NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 2261

Dia bahkan sama sekali tak menganggap mereka sebagai manusia! "Hei Bocah, sudah terperangkap dalam formasi, kamu masih berani berlagak sombong? Kamu pikir formasi kami hanya terbuat dari tanah liat?" "Heh, akan kutunjukkan seberapa hebat kekuatanku!" Di sela pembicaraan, sang ketua mulai bersiap mengaktifkan formasi, dengan tujuan memberikan waktu kepada Teguh dan Bulan merilekskan kembali otot tubuh mereka yang menegang. Namun, tepat di detik berikutnya ... Teguh mengacungkan jari telunjuknya dan mengarahkannya tepat ke arah membran dinding formasi. "Hehe ..." Awalnya, sang Ketua sama sekali tidak kepikiran dan bahkan berencana untuk mengejek pergerakan yang dikerahkan Teguh. Akan tetapi, sebelum sempat mengatakan sepatah kata pun, gelombang dahsyat yang luar biasa kuat seketika melesat hingga menembus membran dinding formasi. Alhasil, sang ketua terhempaskan akan serangan dahsyat itu dan dirinya terpukul mundur layaknya baru saja tersambar dan terlempar akibat sambaran petir. Hoek! Seketika, seonggok darah kental bersimbur menyebar di tengah udara, hingga melapisi seluruh atmosfer udara dengan aroma darah yang menyengat. Bukan si ketua itu saja. Urggh! Namun, seluruh master yang bahkan sudah melindungi diri mereka dengan formasi perlindungan, masih ikut terpental akibat efek dari serangan hingga tak hentinya memuntahkan darah. Bersamaan dengan itu. Layaknya balon yang meledak akibat tertusuk jarum, formasi yang baru saja terbentuk seketika meledak hebat. Boom! Mereka yang semula berada di atas udara, seketika terjatuh ke atas tanah hingga tanah berguncang Bahkan, guncangan tersebut mengakibatkan munculnya sebuah lubang raksasa yang hampir mengeluarkan sumber air dari dalamnya. "Kamu, kamu ..." Kedua mata sang ketua itu membelalak menatap Teguh, seakan kedua bola matanya sudah akan meloncat keluar dari kerangka. Sementara, para master lainnya juga tak jauh berbeda darinya. Sorot mata mereka seakan menaruh kecurigaan terhadap Teguh, seolah mereka baru saja berhadapan dengan seorang monster. Tentu saja! Diam-diam, mereka semua juga mengirimkan pesan kepada Fafnir untuk memberitakan segala kejadian yang terjadi di sana. Swoosh! Detik berikutnya, sekelibat cahaya melesat dengan cepat. Awalnya, kemunculan cahaya tersebut hanya berupa titik kecil, tetapi seketika cahaya tersebut berubah menjadi sesosok pria yang berdiri tepat di hadapan Teguh dan para master. Terpaan angin surgawi dan tulang belulang yang terasa tidak asing. Ternyata pria itu adalah sosok yang dikenal dengan "Biksu Penyapu" dari Sekte Pedang Terbang Ilahi, yakni Fafnir. "Master Fafnir, dia orangnya ..." Sang ketua segera melaporkan situasi kepada Fafnir. Akan tetapi ... Seolah tidak bisa mendengar omongan sang ketua itu, Fafnir langsung berjalan lurus sembari tersenyum lebar ke arah Teguh, pria itu tampak terkejut. "Nak Teguh, kita baru nggak lama bertemu, bisa-bisanya energi auramu sudah sedahsyat ini." "Apa ternyata kamu sudah mencapai tingkat Dewa Emas sepenuhnya?" Teguh mengangguk seraya tersenyum padanya. "Karena aku lagi beruntung saja itu, yah bisa dibilang juga karena kebetulan ada kesempatan saja." Mengalihkan topik pembicaraan, Teguh kembali bertanya, "Belakangan ini, apa Rina baik-baik saja?" "Kondisi Nona Rina saat ini masih stabil," ujar Fafnir dengan serius. "Tapi ..." "Proses penuaan dalam tubuhnya terus berlanjut, dan bahkan makin parah." Teguh langsung terdiam. Benar! Selama waktu akan terus berjalan, Rina akan terus menua, dan baru akan berhenti sampai hari di mana wanita itu tak lagi mampu untuk bertahan. Teguh mulai Berpikir sejenak sebelum kembali bersuara, "Master Fafnir, aku sudah mengundang Ratu Naga dari Klan Naga Petir Kosmik, dan bersiap untuk memasuki ruang formasi untuk mengambil darah phoenix tingkat ilahi." Fafnir mengangguk. "Ya, sekarang sudah waktunya." Teguh ikut menganggukkan kepala, sembari menatap ke arah Bulan. "Master Fafnir, silakan dimulai." "Oke." Bulan melantunkan sebuah mantra yang panjang, sembari mengatupkan kedua tangannya untuk menciptakan sebuah cahaya ilahi. Proses tersebut berlangsung beberapa saat. Saat Bulan kembali membuka kedua tangannya, seketika muncul sebuah ruang kecil. "Saudara Teguh, masuklah." "Di dalam ruang ini kita bisa bergerak bebas tanpa terikat oleh batas-batas atau formasi dari manapun." "Oke!" Teguh pun melompat masuk. Selanjutnya, Bulan mulai mengendalikan ruang kecil tersebut, memasuki wilayah leluhur Klan Siluman Burung Langit.

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.