Bab 2
Meski sedang patah hati, hal itu sama sekali tidak mengurangi performa Rani di atas sirkuit. Dia bahkan jadi lebih ganas.
Dari kaca spion, Rani melihat mobil nomor 27 yang Wina tumpangi.
Hanya dalam beberapa putaran, Rani sudah bisa menilai kemampuan wanita itu.
Hanya seorang pemula yang tidak terlalu jago.
Biasanya, orang seperti itu akan tersingkir di putaran pertama. Klub mereka tidak akan menerima sembarang orang. Kalau bukan karena orang dalam, mana mungkin bisa gabung ke klub.
Rani tersenyum meremehkan sambil menginjak pedal gas.
Ada tikungan di depan. Para pemula jelas tidak akan berani menyalip.
Tapi raut wajah Rani seketika membeku saat melihat ada mobil yang mau menyalip.
Dia melihat tatapan menantang Wina dari jendela mobil.
Rani sadar apa yang akan wanita itu lakukan. Wina yang seorang pemula, berani bermimpi mau mengalahkannya.
Rani menginjak pedal gas sampai mentok, lalu banting setir. Mobilnya berputar ekstrem di tikungan, tapi dia masih mampu mengendalikannya. Wina yang melihatnya pun menggigit bibir, mau ikut meniru.
Dia juga harus bisa melakukan apa yang Rani lakukan.
Jodi yang duduk di tribune penonton langsung berdiri saat sadar apa yang mau Wina lakukan. Dia menyipitkan mata dan terlihat tegang.
"Brak!" Suara tabrakan keras terdengar saat sebuah mobil terbalik.
Wina tidak punya kemampuan setara Rani. Dia terlalu memaksakan diri meniru Rani. Kini mobilnya malah terbalik dan terguling.
Jodi yang ada di tribune setinggi dua meter, langsung loncat saat itu terjadi.
Kedua matanya sudah berkaca-kaca saat menghampiri mobil Wina yang terbalik. Pria itu bersimpangan jalan dengan mobil Rani yang melaju.
Hari itu, Rani kembali memenangkan pertandingan. Tapi saat itu, gelar juaranya tidak mendapatkan perhatian orang-orang.
Para petugas dan paramedis sibuk dengan mobil nomor 27 yang terbalik.
Jodi menggila, tangannya mencengkeram erat pintu mobil yang penyok. Kedua matanya tampak cemas sekaligus takut. Baru kali ini Rani melihatnya seperti itu.
Rani bahkan bisa mendengar teriakan pria itu meski dirinya berdiri jauh di luar pagar.
"Wina, bangun, bangun. Aku belum sempat menyatakan perasaanku padamu, aku mencintaimu!"
Ekspresi wajah Rani tampak kaku. Hatinya seperti ditusuk-tusuk jarum.
Lehernya seperti dicekik, membuatnya sulit bernapas.
Orang yang diam-diam dia cintai, sekaligus tunangannya sendiri, ternyata mencintai wanita lain.
Hidung Rani mulai meler, air matanya sudah menetes.
Dia pertama kali bertemu Jodi di sebuah pesta. Karena enggan berlama-lama di acara itu, dia memanjat jendela dan kabur. Tapi malah jatuh dari lantai dua, tepat ke dalam pelukan Jodi.
Sejak mereka bertemu pandang waktu itu, jantung Rani berdegap kencang. Dia tahu dirinya sedang jatuh cinta.
Rani dikenal bebas dan tidak peduli aturan. Tapi dia belum pernah suka, apalagi mencintai seseorang.
Dia gadis muda yang penuh cinta, tapi tidak berpengalaman. Dia hanya bisa terus melangkah sambil tertatih.
Demi menarik perhatian pria yang dia suka, Rani hanya bisa memikirkan satu cara, yakni terus mengajak bertengkar pria itu.
Semua orang bilang kalau dia dan Jodi seperti musuh bebuyutan. Tidak ada yang tahu sedalam apa cinta Rani dari caranya memandang Jodi.
Suara sirene ambulans membuat Rani tersadar dari lamunannya. Dia melihat Wina berhasil dikeluarkan dari mobil. Wanita dalam pelukan Jodi itu berlumuran darah.
Pemandangan ini terasa familier bagi Rani. Sebab Jodi juga pernah memeluknya seperti itu.
Waktu itu, mereka baru saja dekat. Saat balapan, ada yang sudah menyabotase mobil Rani. Mobilnya pun terbakar di tengah balapan berlangsung. Tanpa memedulikan keselamatan sendiri, Jodi waktu itu nekat menyelamatkan Rani dari kobaran api.
Rani sama sekali tidak terluka, malah lengan Jodi yang terkena luka bakar.
Bekas luka itu masih ada sampai sekarang.
Rani masih ingat detak jantung serta suhu tubuh Jodi saat itu.
Namun, pria itu kini malah memeluk wanita lain.
Rani tidak sudi melihatnya lagi. Dia balik badan dan hendak pergi.
Dia menghapus air mata yang menetes. Rani tidak akan merasa rendah diri. Karena Jodi tidak menyukainya, dia juga tidak akan memaksa.
Dia adalah pembalap muda wanita yang cantik dan berbakat. Pria mana yang tidak bisa dia dapatkan.
Rani baru saja melangkahkan kaki. Tapi seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya.
Suara Jodi yang panik pun terdengar.
"Golongan darah Wina RH negatif, sama denganmu. Ayo ikut ke rumah sakit untuk jaga-jaga."
Rani menoleh dan menatap tajam Jodi.
"Buat apa? Buat apa aku harus menyelamatkan selingkuhan tunanganku? Dulu kamu bilang nggak akan membiarkan darahku menetes sedikit pun ... "
Jodi mengerutkan kening. Dia merasa bersalah karena ucapannya itu tidak lebih dari rayuan di atas ranjang. Dia tidak menyangka Rani akan menganggapnya serius.
Nada bicara Jodi terdengar tidak enak hati, tapi dia terus memohon.
"Rani, jangan bicara begitu. Wina bukan selingkuhanku. Katakan, aku harus apa biar kamu mau donor darah."