Bab 152
"Kenapa diam saja di situ?"
Suara Jenny tegas.
Awalnya, Sandi sempat merasa tersinggung, tapi sekarang dia sudah terbiasa.
Dengan wajah cemberut, dia melangkah keluar gerbang sekolah. "Kamu menjemput anakmu, bukan aku."
Jenny juga tak bisa terlalu kehilangan kendali di depan orang tua lain. "Apa aku nggak boleh menjemput kalian berdua sekaligus?"
"Kalau begitu, kenapa dulu waktu menjemput Ivan, kamu nggak membawaku?" Sandi membantah. "Sekarang sudah ada sopir, baru kamu menjemputku pulang."
Jenny menarik napas dalam-dalam.
Namun sebelum sempat menenangkan diri, Sandi sudah masuk ke mobil sopir dan menutup pintu.
Mobil itu melaju pergi.
...
Melihat ekspresi Jenny yang garang melalui kaca spion, sang sopir menjadi sedikit takut. "Kalau kita pergi, nanti bagaimana menjelaskan ke Pak Sigit?"
Bagaimana pun, Sigit-lah yang memberinya gaji.
Sedangkan Jenny adalah istri Sigit ...
Dia takut Jenny akan mengatakan hal buruk tentangnya di depan Sigit, dan pekerjaannya bisa terancam.
Sandi menenang

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda