NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

"Prang!" Ucapan Jason tersela oleh bunyi gelas yang pecah berkeping-keping membentur lantai. Nadia sontak melompat keluar dari pelukan Jason seperti seekor kelinci yang ketakutan. "Kakak sudah sadar!" Nadia bergegas ke tempat tidur sambil tetap menangis. "Gimana, Kak? Masih sakit? Ini semua salahku ...." "Gimana aku bisa sehat kalau kamu di sini menghalangi mataku?" sahut Jane, bibirnya yang pucat menyunggingkan seulas senyuman dingin. Air mata Nadia bergulir turun makin deras, bahunya bahkan tampak agak gemetar. Dia bersikap seolah-olah dia diperlakukan dengan sangat tidak adil. Nadia menggigit bibirnya dan menatap Jason sekali lagi, lalu berbalik dan berlari keluar kamar rawat. Jason refleks mengangkat kakinya hendak mengejar Nadia, tetapi langkahnya tiba-tiba berhenti. Dia menoleh menatap Jane dan berkata dengan suara rendah, "Waktu itu aku nggak sempat bereaksi karena situasinya mendesak, Nona Jane ...." Jane tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menoleh memandang ke luar jendela. Dia tidak ingin mendengarkan alasan Jason. Jason pun berdiri di luar kamar rawat selama tiga hari bagaikan pengawal yang rajin, tetapi Jane sama sekali tidak mengajak Jason bicara. Akhirnya, Jane diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Walaupun kakinya belum sembuh, Jane langsung berjalan ke kamar kerja. Dia membuka laci meja mahoninya, lalu mengeluarkan sebuah cambuk hitam mengilap. Ini adalah hukuman di Keluarga Ramana. Setiap cambukannya akan mencabik kulit dan daging. "Pergi dan panggil Jason," perintah Jane kepada si kepala pelayan. Ketika Jason mendorong pintu hingga terbuka, Jane tengah menyeka cambuk itu dengan santai. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela bergaya barat dan menciptakan bayangan di bawah bulu mata Jane. "Jason, kamu adalah pengawalku, tapi kamu gagal melindungiku," kata Jane sambil menatap Jason. "Itu berarti aku harus menghukummu. Apa kamu keberatan?" Jason berdiri diam di tempat, sorot tatapannya tampak kaget. Jane sangat menyadari hal ini. Si pangeran dari Kota Nezan satu ini mungkin tidak pernah menyangka akan ada yang berani menghukumnya seperti ini. Ya, sebagai putra tunggal Keluarga Royan yang terkenal, ada banyak sekali orang yang mencoba menjilat Jason. Mana ada yang berani menyentuhnya? Sekarang, Jane malah ingin mencambuknya? Jane memperhatikan ekspresi Jason dan tiba-tiba tersenyum. Ternyata pria itu bisa ragu-ragu juga. Padahal Jason bisa saja berbalik badan dan pergi atau mengundurkan diri, tetapi dia … malah ragu-ragu? Demi Nadia? Supaya dia bisa tetap berada di sisi Jane dan terus berada dekat dengan Nadia? Mata Jane sontak terasa panas, rasanya dia ingin tertawa sampai menangis. Jason menggertakkan giginya dan akhirnya berbisik, "Nggak." Jantung Jane sontak berdebar kencang. Dia mengepalkan cambuk itu, lalu mengangkat tangannya .... "Jangan!" Tiba-tiba, sesosok perempuan bertubuh ramping pun muncul dan berdiri di depan Jason. Mata Nadia tampak berkaca-kaca, suaranya terdengar bergetar. "Kakak, kalau mau pukul, pukul saja aku! Ini nggak ada hubungannya sama Kak Jason!" "Minggir," kata Jane dengan dingin. "Nggak!" Nadia menggelengkan kepalanya sambil menangis. "Kakak terluka gara-gara aku! Kalau Kakak mau menghukum seseorang, hukumlah aku ...." Jason segera berusaha menarik Nadia pergi. "Ini nggak ada sangkut-pautnya dengan Nona Nadia." Akan tetapi, Nadia bersikeras berdiri di depan Jason dan menolak minggir. Amarah Jane pun tersulut, tangannya mengayunkan cambuk itu dengan kencang! "Ctaas!" Bunyi cambuk yang menembus udara itu terdengar tajam menusuk. Awalnya, Jane bermaksud mencambuk Jason. Akan tetapi, Nadia malah melangkah maju dan menerima cambukan itu! "Aahhh!" Nadia sontak menjerit kesakitan. Tubuh rampingnya terhuyung, lalu dia terjatuh. Jason refleks menangkap Nadia. Dia menundukkan kepalanya untuk memeriksa luka di tubuh Nadia, lalu mengangkat pandangannya lagi …. Dia menatap Jane dengan sangat dingin. Bahkan ada hasrat membunuh tersirat di sana. Seolah-olah Jason ingin sekali menyerang dan mematahkan leher Jane. Jane sontak mematung, tubuhnya terasa dingin. "Pergilah." Dia bisa mendengar suaranya sendiri yang bergetar. Jason pun menggendong Nadia yang tak sadarkan diri dan berbalik badan. Dari balik pintu kamar kerja di belakang Jason, terdengarlah sebuah suara yang memekakkan telinga. Jane berdiri diam, dia baru menyadari tangannya gemetar hebat sampai-sampai tidak bisa memegang cambuk.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.