Bab 6
Sebelum benar-benar pingsan, aku melihat Garry seperti orang gila.
Dia menendang kotak obat hingga terbalik, lalu meraung dengan mata memerah, "Omong kosong! Mana mungkin Wendy kenapa-kenapa!"
"Obati dia! Kalau nggak, seluruh rumah sakit kalian akan menanggung akibatnya!"
Dengan sisa tenaga terakhir, aku menarik ujung lengan bajunya.
"Ga ... Garry, lepaskan Bu Tina ya ...."
Dia dengan panik memelukku lebih erat, menempelkan wajahnya pada keningku yang basah oleh keringat dingin.
"Baik, aku janji. Wendy, jangan takut. Ada aku, aku takkan membiarkanmu kenapa-kenapa!"
Mendengar dia memerintahkan kepala pembantu membebaskan Bu Tina, aku baru menghela napas lega dan tenggelam ke dalam gelap.
Saat membuka mata lagi, tiga hari sudah berlalu.
Mata Garry tampak cekung, dagunya dipenuhi cambang kebiruan. Dia hanya berlutut di samping ranjang.
"Wendy, kamu sudah sadar! Semuanya salahku, jangan tinggalkan aku ya?"
Suaranya serak seperti tergores amplas, dengan nada hidung yang berat, seluruh wajah

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda