NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Wajah Garry seketika menggelap. "Seorang pembantu berani bertindak kasar pada majikannya? Seseorang, bawa dia ke ruang bawah tanah dan beri pelajaran yang setimpal!" Ini pertama kalinya Garry menghukum orangku, jelas tindakannya sama saja menampar wajahku. "Dia berbohong! Bu Tina sama sekali nggak menyentuhnya ...." Aku segera berbicara, tapi Angeline malah menangis semakin keras. "Dia bilang, sebagai anak angkat aku seharusnya melayani Nyonya Wendy, lalu dia mendorongku ...." "Kak Garry, senapan angin itu kubuat dengan susah payah setelah begadang beberapa malam untuk menyelesaikannya ...." Wajah Garry benar-benar berubah dingin. "Oh? Jadi seorang anak angkat pantas diperlakukan seperti itu olehmu seorang pembantu?" "Mulai hari ini, Angeline adalah nona kedua Keluarga Griffin. Aku mau melihat siapa yang masih berani menindasnya dengan status!" Setelah mengatakan itu, dia menunjuk ke kolam koi dan membentak Bu Tina, "Ambil senapan angin Nona Kedua dari kolam. Kalau nggak bisa diambil, jangan naik lagi!" Aku memeluk erat anak anjing Samoyed dan berniat memohon belas kasihan untuk Bu Tina, tapi Bu Tina sudah menggertakkan gigi dan melompat ke kolam koi. Air kolam di akhir musim gugur sangat dingin sampai menusuk tulang. Saat dia berhasil mengambil senapan itu, bibirnya sudah membiru karena kedinginan. Melihat Bu Tina akan dibawa kepala pembantu untuk dihukum, aku tak tahan lagi dan berlari maju hendak menghentikan Garry. Tatapan Angeline menyapu anak anjing di pelukanku, lalu dia tersenyum. "Anjing ini lucu sekali. Aku mau." Garry mengusap rambutnya dan suaranya manja. "Baik, ini untukmu." Saat menoleh padaku, nadanya menjadi keras dan tidak bisa dibantah. "Wendy, berikan anjingnya padanya. Aku akan membebaskan Bu Tina dari hukuman." Selama lima tahun pernikahan kami, dia belum pernah berbicara padaku dengan nada seperti itu. Demi gadis yatim piatu yang dia pungut, apakah dia benar-benar mau memaksaku seperti ini? "Garry, aku katakan sekali lagi, Bu Tina sama sekali nggak menyentuhnya. Kamu nggak percaya padaku?!" Dia mengerutkan alis dan suaranya dingin. "Angeline nggak akan berbohong padaku. Hanya seekor anjing, berikan padanya dulu. Nanti aku menyuruh orang mencarikan anak anjing ras murni untukmu." Namun ini anjing yang ayah dan kakak carikan khusus untukku, kenapa harus aku berikan padanya? Saat Angeline hendak merebutnya, aku tak lagi peduli pada kesopanan, kuangkat tangan untuk menepisnya. Kukunya yang tajam menggores pergelangan tanganku, perih yang menyengat membuat mataku seketika memerah. Aku mengibaskan tangan dengan kuat, Angeline menjerit dan terjatuh ke semak rendah di samping. Garry segera melangkah cepat untuk menopangnya. Ketika pandangannya sekilas melihat luka di pergelangan tanganku, tatapannya yang dingin sedikit melunak. "Hanya seekor hewan peliharaan saja, apakah perlu sampai membuat keributan seperti ini? Dengarkan aku, berikan anjingnya padaku. Lukamu harus segera diobati ...." Tidak, itu bukan hewan peliharaan biasa! Itu kenangan dari keluargaku! Perhatian yang sudah lama tak bisa kamu berikan lagi! Aku memeluk anak anjing itu erat-erat, hanya merasakan rasa amis menyeruak ke tenggorokan dan pandanganku perlahan menggelap. Sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya, kulihat wajah Garry berubah drastis, bergegas mengulurkan tangan ke arahku. Ekspresinya seolah benar-benar mengkhawatirkanku. Saat aku sadar, Bu Tina sedang mengelap tanganku dengan mata memerah. Dokter keluarga berdiri di samping ranjang dan berkata dengan wajah serius. "Kondisi jantung Nyonya Wendy jauh lebih buruk dibandingkan pemeriksaan terakhir. Kalian ... sebaiknya bersiaplah." Hatiku seketika tenggelam. "Berapa lama lagi aku bisa hidup?" "Paling lama setengah tahun. Kalau kondisinya memburuk ... mungkin hanya satu atau dua bulan." Aku menggenggam erat seprai hingga ujung jariku memutih. Bu Tina berkata, barusan Garry dengan panik memelukku sambil berlari mencari dokter. Namun saat perban di tanganku belum selesai dibalut, dia sudah dipanggil oleh Angeline yang mengeluh sakit perut. Aku menyentuh perban di pergelangan tanganku, menahan sesak di tenggorokan, lalu berkata dengan pelan pada dokter. "Tolong aku satu hal." "Jangan beri tahu siapa pun tentang kondisi kesehatanku ya?" "Aku nggak mau dijadikan bahan tertawaan, apalagi ... dikasihani."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.