NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Wajahnya pucat ketika menggenggam bahuku, ujung jarinya bergetar. "Wendy, kakek memaksaku untuk mempertahankan anak ini. Angeline bilang ... kalau aku nggak menemaninya setiap hari, dia akan menggugurkan kandungannya dan mengakhiri hidupnya." "Dia pernah menyelamatkan nyawaku. Aku tak bisa menjadi orang yang nggak tahu berterima kasih. Lagi pula ... Keluarga Griffin nggak boleh tanpa pewaris." "Aku berjanji padamu, setelah anak itu lahir akan kuangkat menjadi anakmu. Asal kamu nggak mempermasalahkan Angeline, aku bersumpah takkan pernah membiarkannya mengunggulimu!" Saat Garry berbalik, gerakannya terlalu terburu-buru. Ujung jasnya menyapu meja teh dan menumpahkan teh yang baru saja kuseduh. Aku menatap perutku yang masih rata dan dadaku terasa seperti disobek paksa, lalu angin dingin menembus hingga ke dalam. Dalam kecelakaan mobil waktu itu, aku terluka parah di bagian perut demi melindunginya. Sejak pulih, aku sulit untuk hamil. Setelah itu, demi bisa mengandung anaknya, aku meminum begitu banyak obat dan menerima suntikan tanpa henti, hingga tubuhku benar-benar hancur. Saat itu, Garry memelukku erat dan berkata dengan mata memerah, "Wendy, aku bisa hidup tanpa anak, tapi aku nggak bisa hidup tanpamu." Garry juga pernah berkata, semua perempuan lain baginya hanyalah seperti udara. Seumur hidupnya, dia hanya akan memperlakukanku dengan baik. Tak kusangka, seumur hidupnya kandas hanya dalam lima tahun. Aku menggenggam ujung jariku yang kaku dan berkata pada Bu Tina, "Ambilkan berkas di ruang kerjaku. Aku mau bilang ke ayah bahwa aku mau kembali ke rumah untuk sementara waktu." Tiga bulan berikutnya, Garry selalu menyuruh orang mengirimkan barang-barang yang dulu kusukai. Namun, aku tahu betul. Apa pun yang aku miliki, Angeline juga memilikinya, Hal-hal yang berharga bagiku, barangkali tak pernah dianggap istimewa di mata Garry. Seluruh kalangan sosial bergosip bahwa Nyonya Wendy telah kehilangan pengaruh. Bagaimanapun, hampir semua waktu Garry dihabiskan untuk Angeline yang sedang hamil. Begitu ayah dan kakak yang berada di luar negeri mendengar bahwa aku diperlakukan tidak adil, mereka segera mengirimkan satu peti makanan kesukaanku melalui kargo udara. Melihat aku yang akhir-akhir ini tampak murung, Bu Tina membawa seekor anak anjing Samoyed putih dari halaman dan berkata sambil tersenyum, "Nyonya, lihatlah. Ini anak anjing yang ayahmu minta orang carikan khusus untukmu. Katanya persis seperti yang pernah Nyonya pelihara saat kecil." Anak anjing itu menatapku dengan mata hitam yang basah, lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilat punggung tanganku. Aku menggendongnya ke dalam pelukanku, bulu lembutnya menggesek telapak tanganku dan membuat hatiku sedikit hangat. Sejak kehadiran anak anjing itu, hari-hariku kembali punya sedikit harapan. Bahkan saat meneguk ramuan pahit, rasanya tidak sesulit dulu. Melihat raut wajahku membaik, Bu Tina mengusulkan, "Cuaca hari ini bagus, bagaimana kalau membawa si kecil berjemur di taman?" Namun baru saja melangkah ke bawah pergola di teras, kami bertemu dengan Angeline yang mengenakan pakaian berkuda. Dia memegang senapan angin berbentuk aneh. Perutnya belum tampak membesar, tapi dia sengaja menonjolkan perutnya tinggi-tinggi. "Nyonya Wendy, Kak Garry bilang aku sedang hamil, jadi tak perlu bersikap sopan pada siapa pun." Dia melirik ke arah Bu Tina, lalu mengayun-ayunkan senapan angin di tangannya. "Kebetulan, temani aku mencoba seberapa akurat mainan baru ini." Senapan angin itu tampak kecil, tapi kekuatannya pasti tidak kecil. "Angeline, kondisi Bu Tina nggak terlalu baik. Kamu carilah orang lain untuk menemanimu." Aku memberi isyarat agar Bu Tina kembali ke dalam rumah. Angeline tidak mencegahnya, melainkan mengangkat tangan dan melemparkan senapan angin itu ke kolam koi di taman, lalu memegangi perutnya sambil berteriak kesakitan. Dari belakang terdengar langkah cepat Garry. "Ada apa? Bukankah sudah kukatakan jangan bermain dengan benda-benda berbahaya seperti itu?" Dia menoleh dan melihatku. Langkahnya terhenti dan alisnya seketika berkerut. "Wendy, kenapa kamu sampai sekurus ini ...." Dalam tiga bulan terakhir sebenarnya dia sempat pulang beberapa kali, tapi aku selalu meminta Bu Tina bilang aku sudah tidur. Mungkin dia mengira aku masih marah karena urusan Angeline. Tapi Garry tidak tahu penyakitku semakin parah, bahkan untuk bangun dari tempat tidur saja terasa begitu berat. Saat Garry menatapku lekat-lekat, Angeline langsung terjatuh ke dalam pelukannya sambil menunjuk Bu Tina yang baru saja sampai di ambang pintu dan berteriak, "Dia mendorongku! Senapan angin yang susah payah kubuat jatuh ke kolam. Perutku sakit sekali ...."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.