NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Aku menatap Ryan dengan rasa tak percaya, dadaku terasa nyeri. Dulu aku mencintainya, memercayainya, sampai berani menunjukkan sisi rapuhku padanya. Namun, sekarang justru dia menggunakan kerapuhanku sebagai senjata untuk menyerangku. Ryan tertegun sejenak, sepertinya menyadari telah mengatakan sesuatu yang menyakitkan hatiku. Namun, tidak lama kemudian, dia kembali merasa yang dilakukan itu benar. Dia mencengkeram wajahku, lalu menatapku dengan angkuh. "Berlutut! Minta maaf pada Icha atau pernikahan kita batal?" "Pernikahan kita belum terdaftar resmi di kantor capil, jadi kamu pasti tahu artinya kalau pesta pernikahan ini dibatalkan?" Mata Ryan yang biasanya penuh cinta sekarang berubah menjadi dingin dan mengancam. Namun, sorot matanya seolah kemenangan sudah di tangannya. Dia yakin aku sangat mencintainya, jadi aku tidak mungkin melepasnya. Dia mengira dengan hubungan kami yang sudah terjalin selama sepuluh tahun, aku bersedia berlutut dan minta maaf kepada Icha. Tanpa sepengetahuan Ryan, Icha menatapku dengan tatapan menantang sambil tersenyum puas. Kalimat "kenapa kamu berubah kejam?" yang diucapkan Ryan sangat menyakiti hatiku. Aku memang sudah terbiasa mendengar kalimat seperti itu. Namun, hatiku tetap terasa sakit kalau terlontar dari mulut orang yang kusayangi. Sambil tertawa dingin, aku menjawab, "Kalau begitu, batalkan pernikahan kita." Ryan geram mendengarnya, lalu berkata, "Oke, kukabulkan keinginanmu. Pesta pernikahan kita hari ini batal." "Pulang dan refleksikan kesalahanmu. Kalau sudah mengerti kesalahanmu, baru kita bahas pernikahan." Setelah mengatakannya, Ryan menggendong Icha meninggalkan ruang pesta. Icha menoleh dan menjulurkan lidah mengejek ke arahku. Para tamu hanya berdiri dengan wajah canggung. Aku berdiri di panggung dan membungkuk meminta maaf. "Maaf telah membuat kalian melihat hal yang memalukan hari ini. Pernikahan dibatalkan. Kalau ada pelayanan yang kurang baik, saya mohon maaf." Setelah semua tamu pergi, Nyonya Lina menyuruhku pulang. “Berlutut!” Sikap Nyonya Lina yang menuduh tanpa bukti, membuatku kesal. "Aku nggak salah, kenapa berlutut?" Nyonya Lina memanggil kepala pelayan dan memaksaku berlutut di lantai. Dia menendang daguku dengan ujung sepatu sambil mencibir, "Kamu sudah pacaran sama anakku selama sepuluh tahun, bahkan mengadakan pesta pernikahan yang mewah, sekarang siapa pria yang mau menikahimu? Kalau kamu mau Keluarga Atmaja menerimamu, patuhi aku!" "Membatalkan pernikahan hanya karena Icha menyuruhmu tanda tangan surat perjanjian?" Aku menatap wanita di depanku dengan dingin. Saat pertama kali bertemu dengan Nyonya Lina, wajahnya tampak ramah. Setelah tahu aku tidak bisa hidup tanpa Ryan, Nyonya Lina tidak lagi ramah. "Itu surat perjanjian tentang penyerahan keperjakaan!" Nyonya Lina menanggapiku santai sambil mengagumi kuku-kukunya. "Terus kenapa? Icha cuma mau mengujimu." "Dia itu adiknya Ryan, mana mungkin dia benar-benar melarang kalian malam pertama?" "Setelah menikah, Ryan tetap akan menidurimu, 'kan?" "Icha benar, godaan buat laki-laki di luar itu banyak, kamu harus berlapang dada." "Kalau hal sepele seperti ini nggak bisa kamu terima, mana bisa wanita sepicik kamu jadi menantu Keluarga Atmaja?" Aku bertanya dengan tenang, "Benarkah itu cuma ujian? Icha itu anak angkat, bukan saudara kandung Ryan." Tiba-tiba, Nyonya Lina berdiri dan menjerit, "Nggak mungkin! Ryan hanya menganggapnya sebagai adik!" "Kalau mereka berdua punya hubungan spesial, mana mungkin kamu bisa pacaran sama Ryan?" "Keluar! Minta maaf pada Ryan dan Icha! Setelah mereka memaafkanmu, kamu baru boleh menikah dengan Ryan." Sambil tertawa, aku berkata sinis, "Nyonya Lina, aku berharap kamu nggak menyesali perbuatanmu hari ini."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.