Bab 287
Aldi tampak cuek dan suaranya agak sinis.
"Kenapa kamu terus menatap Tavo sambil makan?! Orang yang nggak tahu akan mengira dia itu pacarmu!"
Serina tersenyum, lalu memandang Aldi dengan alis terangkat dan berkata, "Itu sebabnya kamu marah?"
"Apa alasan ini nggak cukup?"
"Cukup, sudah cukup, aku melihat dia karena Nenek suruh aku perkenalkan gadis padanya, tapi nggak ada temanku yang cocok, jadi aku sarankan Nenek mengadakan pesta penyambutan untuk Kak Tavo dan mengundang para gadis keluarga kaya Kota Darley datang untuk berpartisipasi."
Aldi mencibir, "Itu bukan jamuan resepsi, menurutku itu upacara pemilihan selir."
Serina, "...."
Setelah beberapa detik terdiam, dia menatap Aldi dan berkata, "Sepertinya kamu sangat memusuhi Tavo. Apa kamu punya masalah dengannya?"
"Nggak, tapi kami nggak cocok."
Melihat ekspresi Aldi yang kurang bagus, Serina tidak melanjutkan pertanyaannya.
Keduanya kembali ke Yuji dan bertemu Maria yang datang menemui Aldi.
Melihat Serina, mata Maria menjadi suram, Aldi ternyata sudah rujuk dengan dia?!
Karena tahu Maria tidak menyukai dia, Serina menyapa dengan cuek, lalu menoleh ke arah Aldi dan berkata, "Aku kembali ke kamar dulu."
Maria tiba-tiba menghentikannya dengan tersenyum, "Nggak perlu, aku hanya mengantar pangsit yang kubuat untuk Aldi. Kalian simpan di lemari es, kalau nggak mau makan masakan Yasna, kalian panaskan beberapa pangsit untuk makan."
Serina sedikit terkejut saat melihat pangsit yang diserahkan Maria, dia tidak mengerti kenapa Maria seolah-olah menjadi orang yang berbeda.
Melihat Serina tidak menjawab, Maria tersenyum dan berkata, "Serina, aku memang keberatan denganmu sebelumnya, tapi akhir-akhir ini aku sudah memikirkannya dengan jernih. Aku nggak boleh ikut campur dalam hubungan kalian."
Karena tidak tahu apa tujuan Maria, Serina mengambil pangsit yang dia berikan.
"Terima kasih Bu Maria atas pengertiannya."
Maria tidak berkata apa-apa lagi, dia berpesan beberapa patah kata pada Aldi lalu pergi.
Usai memasukkan pangsit ke lemari es, Serina hendak kembali ke kamar tidur untuk mandi, begitu dia berbalik, Aldi menekan dia ke lemari es.
"Pak Aldi, kamu ...."
Sebelum dia selesai berbicara, Aldi menciumnya.
Serina tanpa sadar meraih bajunya dan terpaksa membalas ciumannya.
Aldi tidak melepaskannya hingga dia hampir tercekik.
"Pindah ke kamarku malam ini."
"Nggak mau, sudah kubilang syarat aku tinggal di sini adalah kita tidur di kamar terpisah. Kamu nggak boleh ingkari janji."
Dia menatap Serina, mata Serina tegas dan tak tergoyahkan.
"Baiklah."
Serina mendorongnya menjauh dan berkata sambil tersenyum, "Pak Aldi, sudah waktunya kita mandi dan tidur."
Aldi meraih pinggangnya dan menundukkan kepalanya untuk ciuman panjang lagi.
"Ini kompensasi karena aku dibiarkan tidur sendirian di kamar."
Serina hendak berbicara ketika tiba-tiba ponsel Aldi berdering.
Melihat itu adalah Andrian, Aldi melepaskannya dan berkata, "Aku jawab sebentar."
"Oke."
Aldi berjalan menuju ruang tamu dan menjawab panggilan telepon, entah apa yang dibicarakan di sana, dia segera menutup panggilan telepon dan berjalan ke dapur.
"Ada masalah dengan perusahaan. Aku harus pergi ke sana sekarang. Aku mungkin pulang larut malam. Kamu tidur lebih awal."
Melihat ekspresi muramnya, Serina mengangguk dan berkata, "Oke, cepat pergi, pekerjaan itu penting."
Emosi yang tak terlukiskan melintas di mata Aldi, dia memeluk Serina dan menciumnya sebentar sebelum berbalik dan pergi.
Saat dia sampai di pintu, suara Serina tiba-tiba terdengar dari belakang.
"Tunggu sebentar!"
Tiba-tiba tubuh Aldi menegang, tanpa sadar tangannya terkepal.