Bab 284
Fredrick menatapnya dengan dingin dan berkata, "Jangan curiga sana-sini sepanjang hari. Kalau kamu benar-benar nggak ada kesiubkan, pergilah jalan-jalan. Aku masih ada pekerjaan, nggak ada waktu untuk bicara omong kosong denganmu!"
Melihat Fredrick hendak pergi, Maria segera menghentikannya.
"Nggak boleh, Aldi dan Serina harus memutuskan hubungan dengan tuntas, kalau nggak, Aldi akan dibunuh olehnya suatu hari nanti!"
"Bisakah kamu jangan membuat masalah yang nggak masuk akal?! Sekarang Tavo sudah bergabung dengan perusahaan, sudah cukup banyak masalah yang terjadi pada Aldi, kamu masih mencari-cari masalah!"
Maria menatap Fredrick dan berkata dengan marah, "Kenapa bilang aku bersikap nggak masuk akal?! Fredrick, demi Grup Barata, apa kamu nggak peduli dengan putramu?!"
"Aku malas bicara denganmu. Terserah mau apa kamu!"
Setelah mengatakan itu, Fredrick berbalik dan pergi.
"Fredrick, berhenti! Kembalilah!"
Namun, bagaimanapun Maria berteriak, Fredrick tidak pernah menoleh ke belakang.
Mereka menikah demi kepentingan bisnis. Maria tahu bahwa Fredrick tidak pernah mencintai dia. Setelah melahirkan Aldi dan Yola Barata, Fredrick tidak pernah menyentuhnya lagi.
Selama bertahun-tahun, dia sudah membuat pertengkaran dan keributan, hingga mendorong Fredrick semakin jauh, sekarang mereka berdua hanya mempertahankan ketenangan yang dangkal.
Aldi adalah kebanggan Maria, Maria tidak akan pernah membiarkan siapa pun mengancam Aldi!
Kalau dia mendatangi Aldi dan meminta Aldi untuk memutuskan hubungan total dengan Serina, Aldi pasti tidak akan mendengarkan dia jadi dia harus mencari cara lain.
Keesokan paginya, begitu Serina tiba di perusahaan, Dharma datang menemuinya.
Setelah mendengar apa yang dia katakan, Serina berkata tanpa ekspresi, "Jadi Pak Dharma meminta aku melepaskan penjahat yang hampir membunuhku?"
"Bu Serina, kakakku hanya khilaf sesaat, kalau dia dipenjara, Sandara benar-benar nggak punya keluarga. Kamu adalah teman baik Sandara, kamu nggak akan melihat hal ini terjadi begitu saja, 'kan?"
Serina terkekeh, "Pak Dharma, apa kamu nggak salah?"
"Salah apa?"
"Kakakmu melakukan kejahatan, ini bukan masalah aku memaafkan dia atau nggak. Dia pasti akan dihukum, bukan hanya dia, dalang di belakangnya juga akan dihukum!"
Mendengar makna lain dalam perkataan Serina, ekspresi wajah Dharma menjadi sangat muram.
"Bu Serina, mohon berbelas kasihan kalau memang bisa, kenapa kamu begitu nggak berperasaan?"
Senyuman di wajah Serina berubah dingin, "Pergi beri tahu hukum tentang ini. Omong-omong, Pak Dharma nggak perlu mencemaskan kain perusahaan. Cukup fokus pada purna jual."
Wajah Dharma berubah pucat, "Bu Serina, apa maksud kamu? Kesalahan apa yang aku lakukan? Kenapa kamu menurunkan jabatanku?!"
"Pak Dharma salah paham. Aku berencana untuk mengambil alih tugas itu dari Pak Dharma karena hanya aku yang punya kemampuan untuk mengurus ini. Selain itu, aku sudah mengumpulkan ulasan pelanggan. Ulasan purna jual Madelinne sepertinya nggak bagus, jadi aku harap Pak Dharma akan lebih perhatikan."
"Haha, Bu Serina, kamu kejam sekali! Kita lihat saja nanti!"
Dharma pergi dengan marah dan membanting pintu kantor Serina dengan keras.
Serina tidak peduli, dia menundukkan kepala dan melanjutkan membaca dokumen.
Saat hendak pulang kerja, Aldi meneleponnya.
"Nenek suruh kita pergi ke Mansion Hedhie untuk makan malam ini."
Kejutan melintas di mata Serina, "Apa dia tahu kalau kita sudah rujuk?"
"Ya, aku sudah bilang."
"...."
Tak mendengar jawaban Serina, Aldi melanjutkan, "Ada apa? Apa kamu kesal?"
Serina merasa tidak berdaya, lalu mengusap pelipis dan berkata, "Haruskah aku bahagia?"
Dia awalnya berencana untuk menghabiskan waktu bersama Aldi terlebih dahulu, kemudian mengumumkan masalah tersebut kepada publik setelah hubungan keduanya lebih stabil, dia tidak menyangka Aldi akan begitu tidak sabar.
"Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku akan batalkan pada Nenek. Kita pergi lain hari."
"Nggak perlu, hari ini saja. Jemput aku sepulang kerja nanti."
"Oke."
Setelah menutup panggilan telepon, Serina tidak terlalu memikirkan masalah tersebut, dia menunduk dan terus bekerja.
Begitu tiba waktunya pulang kerja, Serina segera mengemasi barang-barangnya dan turun ke bawah.
Sebelum meninggalkan kantor, dia memakai lipstik.