Bab 480
Pria itu awalnya sangat percaya diri, namun sekarang mungkin sudah tidak sabar, wajahnya penuh dengan kebencian.
Mendengar kata-katanya, aku justru tidak merasa sedih, malah merasa lega.
Aku menatapnya dengan ekspresi datar dan berkata, "Aku sudah bilang sejak awal, dia suka Riris, dia benci aku, dia nggak pikirkan aku."
"Kamu sendiri yang nggak percaya. Tentang foto yang kamu maksud, perempuan dalam foto itu pasti orang lain."
"Lagi pula, aku benar-benar nggak ingat ada hubungan apa pun dengan Carson di masa kecil."
Jadi, foto itu pasti salah.
Carman tersenyum dingin pada aku, "Jangan terlalu senang dulu, kalau dia nggak datang, yang mati cuma kamu."
"Terserah, Kalau nyawaku bisa kasih kamu kepuasan psikologis, ambil saja."
Sebenarnya, siapa yang tidak takut mati? Aku juga sangat takut, terutama sekarang aku sedang hamil.
Namun, aku juga tahu, makin aku menunjukkan ketakutan, dia akan makin senang, makin gila.
Jadi, aku hanya bisa menahan rasa takutku dan berusaha tampil seolah-olah tidak peduli.
Benar saja, wajah Carman terlihat sedikit kesal.
Dia mengembuskan asap rokok dengan keras dan mendengus, "Aku nggak peduli. Pokoknya, setelah pukul sepuluh, kalau dia belum datang, aku akan ...."
"Nggak perlu tunggu lagi, aku datang!"
Carman belum selesai bicara, suara dingin tiba-tiba terdengar dari pintu.
Hati aku bergetar hebat, aku langsung menoleh ke pintu.
Ternyata Carson sedang berdiri di sana, tubuh tegapnya menyambut cahaya, seperti dewa yang turun ke bumi.
Para pengawal di pintu segera memeriksa tubuhnya, memastikan tidak ada senjata atau alat komunikasi, lalu membiarkannya masuk.
Carson melangkah maju, gaya tubuhnya penuh wibawa, air mukanya tampak dingin.
Tatapannya yang dalam terus tertuju pada aku, membuat hatiku berdebar kencang.
Aku menggigit bibir bawah dengan keras, menahan keinginan untuk menangis.
Pria ini benar-benar bodoh, dia datang seorang diri seperti ini.
Dia tahu sekali kalau Carman ingin membalas dendam padanya, kenapa dia datang seorang diri?
Bukankah dia membenci diriku? Kenapa dia melakukan ini?
Perasaanku campur aduk, penuh kegembiraan, kesedihan, dan ketakutan.
Aku mengepalkan tangan yang ada di belakang punggungku, lalu dengan sengaja aku berteriak padanya, "Siapa yang suruh kamu datang? Pergilah, aku nggak butuh kamu selamatkan aku, berhenti berpura-pura!"
Carson menatapku dalam-dalam, ujung bibirnya tiba-tiba melengkung membentuk senyum sinis.
"Kamu kira aku ingin datang selamatkan kamu? Hanya saja, ini semua karena aku."
"Aku Carson memang nggak suka berutang budi pada orang, apalagi pada orang seperti kamu, Meisya."
"Jadi, kalau hari ini aku selamatkan kamu, kita nggak akan berutang budi lagi."
Hati aku bergetar hebat.
Apa maksudnya kata-kata itu?
"Kamu 'kan selalu ingin pergi dariku? Setelah hari ini, kamu pergilah."
"Pergilah sejauh mungkin, sampai aku nggak pernah bertemu denganmu lagi."
"Hah, sudah cukup lama, aku memang sudah bosan, melihatmu saja sudah mulai membuatku mual."
Entah kenapa, aku bisa merasakan bahwa kata-kata ini bukanlah yang sebenarnya dia rasakan.
Namun, hatiku tetap terasa sakit.
Aku berkata, "Kamu sudah hina aku begitu lama, kamu kira kalau kamu selamatkan aku hari ini, kita akan selesai?"
"Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan jatuh ke tangan orang gila ini."
"Carson, aku nggak akan pergi, aku akan terus berurusan denganmu sampai mati!"
"Nggak mati nggak selesai?"
Carson tertawa pelan pada dirinya sendiri, lalu tiba-tiba menatap Carman.
Dia berkata dengan suara dingin, "Aku sudah datang seperti yang kamu minta, sekarang kamu bisa lepaskan dia, 'kan?"
"Melepaskan dia? Hah, nggak semudah itu!"
Carman tertawa dingin, tiba-tiba mengeluarkan pisau dan mengarahkan ke leherku ....