Bab 476
Aku bahkan mulai meragukan apakah gadis dalam foto itu sebenarnya hanya mirip dengan aku, dan itu bukanlah aku.
Aku juga mulai meragukan apakah Carson benar-benar mengatakan bahwa aku lupa tentang masa kecil, mungkin dia salah mengenali diriku, mengira aku adalah gadis yang dia janjikan sejak kecil.
Gadis itu, mungkin yang sebenarnya ada dalam foto itu.
"Nggak terduga, 'kan ...." Carman tersenyum pada aku, "Waktu itu dia sudah dambakan kamu."
Aku berusaha keras menekan gejolak hatiku, lalu berkata dengan suara rendah, "Kalian pasti salah orang, itu nggak mungkin aku. Karena sebelum aku kenal kamu, aku sama sekali nggak kenal dia. Jadi, nggak mungkin dia punya fotoku, dan nggak mungkin dia suka aku."
Carman tidak membantah dan hanya mengangkat bahunya.
Dia berkata, "Percaya atau nggak, pastinya, dia memang selalu inginkan kamu."
"Termasuk malam reuni itu, itu juga jebakan yang dia atur."
Mengenai malam reuni itu, aku sudah tahu bahwa itu adalah rencana yang sengaja diatur oleh Carson.
Namun, aku selalu berpikir bahwa alasan dia ingin aku terlibat adalah karena kebenciannya terhadapku.
Walau begitu, kata-kata Carman kini memberi makna yang berbeda, seolah-olah Carson menyukai aku, itulah sebabnya dia melakukan itu.
Aku jadi bingung, tidak tahu mana yang benar.
Carman tersenyum sinis lagi, lalu melanjutkan, "Sejak kecil, semua orang selalu bandingkan aku dengan pria itu."
"Meskipun mereka terus memujiku dan merendahkan dia, bahkan menekankan perbedaan kontras dari kegelapan dia dengan kemegahan aku."
"Tapi, aku tahu itu cuma pujian basa-basi.
"Ada berapa kali aku dengar orang bilang aku nggak lebih baik darinya, dan aku cuma sukses karena ibuku yang jadi selingkuhan."
"Mereka bilang aku menangkan penghargaan dalam melukis, itu hanya karena curi karya dia."
"Hah, sejak saat itu, aku berusaha bersaing dengannya di segala hal, apa pun yang dia miliki, aku harus memilikinya juga, apa pun yang dia tidak punya, aku juga harus mendapatkannya."
"Namun, dia malah nggak mau bersaing denganku, kamu tahu nggak? Itu adalah penghinaan terbesar bagiku."
"Justru kamu yang terlalu berpikir jauh," Aku nggak bisa menahan diri dan berkata, "Mungkin bukan dia yang nggak mau bersaing, cuma dia merasa bersaing untuk hal-hal sepele itu nggak ada artinya."
"Heh, kamu benar, itu cuma nama, hanya benda-benda sepele, memang nggak ada artinya untuk diperebutkan."
Carman menundukkan pandangannya dan tersenyum dingin, sedikit neurotik.
Dia berkata, "Akhirnya, pada suatu hari, aku sadar, ternyata orang yang selalu nggak peduli dengan apa pun, seperti dia, rupanya bisa suka seorang gadis."
"Lalu, aku putuskan, aku akan merebut gadis itu."
"Jadi, aku mulai dekati kamu."
Mendengar kata-kata Carman, aku masih tidak bisa memercayainya, aku merasa mereka berdua salah mengenali orang, keliru mengenali aku.
"Hehehe, kamu tahu, waktu kamu dekat denganku, betapa gilanya pria itu?"
Aku terpaku dan menggelengkan kepala, sulit membayangkan bahwa orang yang dia maksud adalah Carson.
"Setelah dia tahu aku tertarik padamu, dia beri aku banyak peringatan untuk jauh darimu."
"Melihat dia begitu cemas dan gila, kamu nggak tahu, betapa aku merasa senang."
"Hahaha ... Carson yang biasanya angkuh, akhirnya kehilangan kendali cuma karena seorang wanita."
"Yang lebih lucu lagi, waktu itu kamu sangat benci dia."
Aku diam-diam menatap pria di depan aku yang tertawa gila, dan tiba-tiba menyadari bahwa dia sebenarnya juga seorang aktor yang andal.
Dulu dia terlihat sangat sopan dan lembut, matanya selalu penuh kasih sayang saat menatapku.
Di luar dugaanku, semuanya hanya kepura-puraan, semua hanya untuk membalas dendam kepada Carson.
Pada akhirnya, hati pria ini juga bermasalah.
Aku menggigit bibir dan berkata, "Sebenarnya kamu nggak perlu lakukan ini, mungkin kamu keliru, gadis yang dia sukai bukanlah aku, atau aku cuma pengganti yang mirip dengan gadis itu."
Carman mengisap rokok dengan keras, lalu mengejek, "Itulah kenapa aku bilang pria itu gagal total dalam hal cinta. Sudah lakukan semua itu, dan kamu masih belum paham perasaannya. Hah, benar-benar menyedihkan."