Bab 473
Meskipun aku tidak tahu waktu dengan tepat, aku bisa merasakan bahwa mobil ini sudah berjalan hampir satu jam.
Namun, ketika aku melihat keluar, di sekelilingku masih gelap gulita, bahkan bayangan kota saja tidak terlihat.
Jelas sekali, mobil ini masih berada di daerah terpencil.
Padahal aku ingat betul, vila tempat Carson menahanku itu hanya berjarak kurang dari satu jam dari pusat kota.
Hari itu, orang-orang Carson membawaku dari bandara ke vila di pegunungan dalam waktu hanya beberapa puluh menit, bahkan dengan sedikit kemacetan di jalan.
Sekarang, perjalanan mobil ini hampir tidak terhalang sama sekali, tidak mungkin sudah hampir satu jam, masih saja tidak ada tanda-tanda kota.
Aku menekan kekhawatiran di dalam hati dan melihat ke arah Carman.
Pria itu sedang bersandar di kursi, menutup mata seolah-olah sedang beristirahat. Garis wajahnya kini tidak lagi lembut dan hangat seperti biasa, melainkan tampak lebih dingin dan garang.
"Carman ...."
Aku memanggilnya dan bertanya, "Kita sekarang akan pergi ke mana? Nggak akan bergabung dengan Ricky dan Bella?"
"Nggak perlu terburu-buru."
Carman perlahan mengeluarkan dua kata, tersenyum ringan padaku, "Begitu kita sampai, kamu akan tahu."
Melihat ekspresinya seperti itu, aku makin gelisah.
Aku mulai meragukan diri sendiri, apakah keputusan aku untuk pergi bersamanya tadi terlalu terburu-buru.
Mobil masih melaju di daerah terpencil, angin dingin yang masuk melalui jendela terasa begitu kencang, seperti tangisan hantu dan teriakan serigala di malam gelap.
Aku gelisah, menggenggam tangan, sarafku mulai tegang.
Entah sudah berapa lama mobil ini melaju, akhirnya aku melihat cahaya lampu di depan.
Itu terlihat seperti sebuah kota kecil, dengan lampu yang tersebar di area yang tidak terlalu luas, dan penyebaran lampu itu terlihat agak jarang.
Aku menjilat bibir, lalu kembali melihat ke arah Carman.
Pria itu masih bersandar di kursi, menutup mata, tampak sangat tenang.
Aku menekan ketidaknyamanan dan keraguan dalam hati, dan diam menunggu.
Aku tidak memiliki permusuhan dengan Carman, dan kami masih memiliki sedikit hubungan masa lalu, jadi seharusnya dia tidak akan menyakiti aku.
Ricky dan Bella juga akan hadir. Terutama Bella, dia adalah sahabat terbaikku yang paling aku percayai.
Bagaimanapun, dia tidak akan menyakiti aku.
Aku memutuskan untuk menunggu, melihat ke mana dia akan membawaku.
Mobil melewati jalan-jalan kota kecil. Aku melihat banyak orang sedang minum dan bermain judi di warung pinggir jalan, suasananya sangat meriah.
Setelah melewati keramaian singkat, kami kembali memasuki wilayah terpencil yang sunyi.
Aku gelisah, menunggu, hingga akhirnya mobil berhenti.
Aku segera menoleh, mengamati sekeliling.
Dengan bantuan lampu mobil, aku melihat ada sebuah gudang terbengkalai, tingginya sekitar dua lantai.
Di sampingnya ada pabrik terbengkalai dan bangunan asrama.
Pandangan aku meluas, dan yang terlihat hanyalah keheningan yang sunyi dan sangat sepi.
Aku bingung dan melihat ke arah Carman, "Kita datang ke sini untuk apa? Di mana Ricky dan Bella?"
Carman perlahan membuka matanya, menoleh padaku, dan tiba-tiba tersenyum.
Senyumnya itu ... bagaimana ya, dengan jelas memperlihatkan sedikit kebencian, sikap dingin, dan sindiran.
Aku mengerutkan dahi, merasakan sesuatu yang buruk.
Aku buru-buru mendorong pintu mobil dan turun.
Namun, dengan cepat, seorang penjaga yang turun terlebih dulu menghalangi jalanku dan menangkapku.
Saat itu, hatiku benar-benar tenggelam.
Carman turun dari mobil, berjalan dengan santai ke arahku dengan senyum di wajahnya. Akan tetapi, kini dia tidak lagi terlihat lembut dan perhatian seperti yang aku kenal.
Wajah itu penuh dengan rasa kejam dan penghinaan.
Jantungku berdegap kencang.
Aku berdiri tegang, menatapnya, "Carman, kamu ... apa yang sebenarnya kamu mau lakukan? Ini tempat apa?"
Sebenarnya, begitu aku naik ke mobilnya tadi, aku sudah merasakan ada yang tidak beres dengan pria ini.