Bab 11
Sitta menatapku dengan penuh amarah.
Tapi aku sama sekali tidak perlu menjawabnya.
Johan pun jelas tidak berniat menanggapi.
Justru sang sopir yang turun dari mobil dan bertanya, "Kamu karyawan Nexora? Ini area parkir khusus presdir. Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"
Baru saat itu Sitta tersentak, seakan dia teringat tujuannya datang ke sini.
Sitta cepat-cepat menahan ekspresi paniknya, lalu bicara dengan nada penuh permintaan maaf.
"Oh begitu ... maaf, aku benar-benar nggak tahu."
"Aku karyawan baru, jadi masih belum hafal area Nexora. Barusan aku terus kepikiran soal rancangan desain, dan tanpa sadar tersasar ke sini."
Selama bicara, bulu matanya terus berkedip-kedip, berusaha tampil polos.
Semua gerak-geriknya terasa dibuat-buat, bahkan jelas terlihat seperti sesuatu yang sudah dia latih berkali-kali di depan cermin.
Aku menatap Sitta yang begitu penuh kepura-puraan.
Namun entah kenapa, yang muncul dalam ingatanku justru cara dia yang dulu dengan mudah mengendalikan setiap emosi R

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda