Bab 349
Daftar belanjaan yang disusun oleh Alice bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan oleh orang biasa. Eden tidak bisa memberikannya secara begitu saja, setidaknya dia juga harus membeli satu set tambahan untuk digunakan sendiri.
"Baik. Kamu tulis alamatnya di sini, nanti aku akan antar ke sana," ucap pemilik toko tanpa ragu.
Total harga satu set daftar peralatan ini sekitar 15 juta, dua setnya sekitar 30 juta.
Namun, jika dia mengirim daftar ini ke forum peretas di internet, bisnisnya pasti akan melonjak tinggi dan keuntungan yang bisa dia dapatkan pasti jauh melebihi nominal ini.
Eden baru saja merasa sangat senang dalam hatinya karena merasa sangat pintar dalam berbisnis, tetapi karena pemilik toko itu menyetujuinya tanpa ragu sedikit pun, dia merasa seperti dirinya telah rugi.
Setelah meninggalkan alamatnya, Eden kembali ke pusat perbelanjaan untuk mencari Alice dan Ibu.
Sepulangnya mereka dari supermarket ke rumah, komponen laptop juga kebetulan tiba. Alice memeriksa semua peralatannya dan memastikan bahwa isinya lengkap dan benar, tapi dia menemukan bahwa ada dua set di dalamnya.
"Apakah kamu salah antar?" tanya Alice kepada pemilik toko.
"Nggak, nggak, memang jumlahnya sebanyak ini. Terima kasih sudah belanja di toko kami. Kalau kamu membutuhkan sesuatu lainnya, silakan hubungi aku kapan saja. Ini kartu namaku, aku bisa mengantar secara gratis," kata pemilik toko tersebut sambil menganggukkan kepala dan merendahkan diri saat memberikan kartu namanya.
Alice mengernyitkan keningnya. Dia memikirkan sesuatu, lalu melirik ke arah Eden.
"Baiklah, pergilah," ucap Eden dengan angkuh menerima kartu nama tersebut. Setelah itu, dia berbalik dan tersenyum lebar sambil berkata kepada Alice, "Satu set lagi adalah milikku, anggap saja sebagai hadiah tahun baru yang kamu berikan padaku. Kalau ada urusan seperti ini lagi, cukup cari aku saja."
Alice hanya bisa terdiam.
Adiknya ini cukup pandai berbisnis.
Pada sore hari, saat Alice belajar cara membuat pangsit dengan Amel, Carlo dan Kaden kembali dengan kabar baik.
"Grup XS telah menggandakan investasinya menjadi dua miliar dan memutuskan untuk berinvestasi di Grup Amarta tanpa mengubah ketentuan investasi yang diberikan oleh Pak Damian," kata Carlo dengan penuh semangat.
"Mengapa grup XS melakukan ini?" tanya Alice. Dia merasa bahwa hal ini tidak semudah itu.
"Kami juga bingung, tapi Pak Panji berkata bahwa dia ingin bersaing dengan keluarga Cavali," jawab Kaden. Dia melanjutkan, "Ini pertama kalinya aku melihat investor yang begitu antusias sepanjang hidupku."
Alice terdiam.
Tindakan ini memang sangat sesuai dengan gaya tindak Grup XS. Dulu Grup XS dapat bangkit dengan kuat juga karena hasil dari merebut pesanan transaksi besar dari Grup Cavali.
Alice bertanya, "Jadi, apakah kalian sudah menandatangani kontrak?"
"Sudah, aku sudah meminta pengacara untuk memastikan bahwa nggak ada isi di dalam kontrak yang merugikan kita. Ini adalah investasi cuma-cuma, jangan sia-siakan," kata Kaden.
Yang paling penting adalah Pak Panji bukan berinvestasi untuk Alice, sedangkan tujuan Damian berinvestasi pada mereka adalah untuk Alice.
Dalam situasi seperti ini, jika Alice bermasalah dengan Damian di masa depan, keluarga mereka akan sulit untuk membela Alice.
"Baguslah," jawab Alice.
Ini adalah hal yang baik. Sebelumnya Alice sempat berpikir, apakah nantinya dia akan melibatkan keluarga Amarta ketika dia membalas dendam kepada keluarga Cavali.
"Bagaimana dengan Pak Damian?" tanya Nenek Dela tiba-tiba.
"Uang yang dia berikan lebih sedikit, nggak ada salahnya kita memilih pilihan yang lebih baik," kata Kaden dengan yakin.
Alice tidak tahu harus berkata apa-apa.
"Aku juga mau membantu. Alice pernah membuat pangsit untuk tahun baru juga?" tanya Kaden sambil mencuci tangannya, kemudian menggulung lengan bajunya, dan ikut serta dalam kegiatan membuat pangsit.
Alice menjawab, "Dulu kita tidak makan pangsit, tapi makan nasi."
Selama obrolan santai, makan malam tahun baru telah siap. Keluarga duduk bersama dengan bahagia di sekitar meja makan, setelah mengambil foto keluarga dengan kamera, mereka mulai makan malam bersama.
Setelah makan malam tahun baru, Nenek Dela, Carlo, dan Amel membagikan uang angpao kepada anak-anak mereka masing-masing. Tak lama kemudian, Nenek Dela berkata ingin istirahat di kamar.