NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 348

Mengapa grup XS tiba-tiba ingin berinvestasi di keluarga Amarta? Alice sedikit curiga, tetapi saat ini dia hanya bisa menunggu mereka kembali untuk mengetahui situasinya. Keempat orang itu menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menempelkan hiasan kertas, menggantungkan lampion kecil, dan menghias seluruh halaman luar rumah dengan meriah. Setelah makan siang, Alice menemani Amel pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan makanan untuk makan malam tahun baru. Akan tetapi, Eden malah mengeluh, "Padahal kita bisa memesan online dan diantar ke rumah, tapi kenapa kalian malah ingin pergi membelinya sendiri?" Namun, meskipun dia mengeluh, tubuhnya tetap mengikuti langkah mereka. "Beginilah baru ada nuansa tahun baru, ya, 'kan, Alice?" kata Amel sambil menatap Alice. Alice mengangguk setuju. Dulu ketika dia masih tinggal di pegunungan, neneknya juga suka pergi ke pasar beberapa hari sebelum tahun baru. Kegiatan ini disebut sebagai persiapan barang tahun baru. Di sepanjang jalan, Alice memeriksa WhatsApp lagi. Damian masih belum mencarinya. Entah apa yang sedang dia lakukan. Alice kemudian sembarang menyalin ucapan tahun baru yang dikirim oleh orang lain, lalu mengirimkannya kepada Damian. Lima menit kemudian, Damian masih belum membalas. Alice terdiam. Begitu mereka tiba di pintu masuk pusat perbelanjaan, Eden dengan bangganya berkata kepada Alice, "Pilihlah sesuatu yang kamu suka, itu akan menjadi hadiah tahun baru dariku." Alice mengangkat alisnya dan mengeluarkan selembar kertas dari sakunya untuk Eden. Melihat tindakannya itu, Eden berpikir dalam hati, "Jangan-jangan dia sudah bersiap-siap sejak lama?" Dia membuka kertas itu dan terkejut melihat banyak kata-kata yang tertulis di atasnya, "Banyak sekali! Kamu keterlaluan sekali, kamu mau memanfaatkan kesempatan ini untuk memerasku, ya?" Setelah membaca dengan seksama, Eden menemukan bahwa benda-benda yang ada dalam daftar isi itu adalah komponen laptop. "Kamu ingin merakit laptop sendiri?" tanya Eden. Dia lalu berseru kaget, "Hebat sekali, kakakku. Ternyata kamu juga bisa merakit laptop." "Kenapa harus merakit sendiri? Beli yang sudah jadi saja, 'kan bagus? Ibu akan membelikannya untukmu," kata Amel. Dia tidak mengerti mengapa harus begitu. "Ibu nggak paham, bagaimana mungkin ada barang jadi yang sebagus ini," kata Eden sambil menyentil kertas tersebut. Melihat bahwa Eden mengerti tentang komponen laptop, Alice menduga bahwa dia pasti sering bermain game. Alice kemudian mengangkat tangannya dan menunjuk ke sebuah toko komputer yang belum tutup di seberang jalan. "Pergilah ke toko komputer di sana. Setelah membeli, mintalah mereka mengirimkannya langsung ke rumah, kami akan menunggumu di depan pintu supermarket," kata Alice. Eden menjawab, "Nggak masalah." Di toko komputer. Karena tidak ada pelanggan sepanjang pagi, pemilik toko hendak pulang untuk merayakan tahun baru. Tiba-tiba, tirai pintu toko terbuka dan seorang bocah laki-laki masuk. Anak laki-laki itu mengenakan pakaian yang terlihat mahal. Melihat penampilannya seperti orang kaya, pemilik toko langsung tersenyum dan bertanya dengan ramah, "Selamat datang, adik kecil. Apakah kamu mau beli komputer atau mainan elektronik?" Selanjutnya, dia menunjuk ke mainan yang ada di rak sambil berkata, "Ini adalah alat terbaru ini yang sangat disukai oleh anak-anak sekolah dasar, apakah kamu mau mencobanya?" Eden melirik alat itu dengan pandangan sinis di wajahnya, lalu mendecak dan berkata, "Itu jelas-jelas adalah keluaran tahun lalu, aku bahkan nggak mau menerimanya kalau itu adalah hadiah." Setelah mengatakan itu, Eden dengan keras meletakkan daftar belanjaan ke atas meja, lalu berkata, "Bungkus dan antarkan barang-barang yang ada di daftar ini ke alamat ini." Pemilik toko tidak menyangka bahwa anak kecil ini tidak mudah ditipu. Dia mengambil daftar itu dan melihatnya dengan cepat, tiba-tiba matanya berbinar, lalu dia bertanya, "Kamu yang membuat daftar ini?" Eden menjawab, "Apa hubungannya dengan kamu? Bungkus sesuai permintaan di atas saja." Pandangan pemilik toko kepadanya berubah seketika. Ternyata anak kecil ini tidak hanya mengerti alat elektronik, tetapi juga seorang ahli dalam bidang ini. Dia kemudian berbalik, mengeluarkan ponsel, hendak mengambil foto daftar belanjaan. Tiba-tiba sebuah tangan kecil menghalangi kamera, dia menoleh dan melihat Eden yang sedang menatapnya dengan wajah sombong. "Mau daftar ini?" tanya Eden sambil mengangkat alis. Pemilik toko itu reflek mengangguk.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.