Bab 2088
Carter menyeringai sinis, berbalik, lalu pergi.
Pintu besi yang berat itu dengan cepat tertutup, hanya menyisakan Jeremy yang membopong Madeline di kolam renang.
Madeline tahu bahwa Carter tidak akan kembali dan melepaskan mereka, jadi dia tidak memiliki harapan.
Hatinya terasa lebih lega sekarang setelah dia melihat Jeremy.
"Jeremy." Madeline melirik pria itu, mengangkat lengannya dan melingkarkannya di leher Jeremy, dan memeluknya erat-erat.
“Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Kau bilang bahwa dirimu akan menemui Carter setelah memikirkan sebuah tindakan balasan, tetapi mengapa kau mengambil risiko sendirian? Kau tahu Carter ingin menyakitimu, terus kenapa kau langsung masuk ke perangkap laki-laki itu?”
Setelah mendengarkan keluhan Madeline, Jeremy bisa merasakan perhatian dan kekhawatiran Madeline terhadapnya.
Dia menarik bibir seksi dan indahnya menjadi sebuah senyuman. "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
"Kau masih bilang kau baik-baik saja?" Madeline melepaskan tangannya, kesedihan memenuhi matanya yang indah dan basah. "Cepat turunkan aku dulu."
"Aku tidak lelah."
"Apa kau berencana untuk menggendongku seperti ini sampai Carter membiarkan kita keluar?"
Madeline bertanya secara retoris, itu jelas tidak mungkin.
Namun, Jeremy bersikeras dan berkata, “Aku akan menggendongmu selama yang aku bisa. Aku tidak ingin dirimu menderita di dalam air seperti aku.”
“Kita adalah suami istri, jadi berbagi suka dan duka adalah hal yang seharusnya kita lakukan. Turunkan aku sekarang,” kata Madeline, juga bersikeras.
Jeremy tidak ingin melawan keinginan Madeline, jadi dia menurunkan wanita itu dengan patuh.
Setelah Madeline menginjakkan kakinya ke air, dia melihat kalau air kolam itu setinggi betisnya.
Airnya jelas-jelas terlihat tidak kotor, tapi sangat dingin.
Dengan suhu musim dingin yang begitu dingin, airnya sangat menusuk tulang.
Ketika memikirkan bagaimana Jeremy berendam di kolam seperti ini selama dua hari terakhir, air mata Madeline jatuh di luar kemauannya.
Ketika melihat Madeline menangis, Jeremy langsung mengangkat tangannya lalu menghapus air mata yang mengalir dari kedua sudut mata Madeline.
"Kenapa kau menangis untuk bajingan sepertiku lagi?" Dia bertanya dengan nada bercanda, berusaha membuat Madeline santai.
Namun, jangankan berhenti, tangis Madeline malah makin keras sekarang.
Dia adalah Eveline Montgomery yang tangguh dan kuat di depan orang lain.
Namun, di depan Jeremy, dia hanyalah seorang wanita mungil yang lembut dan rapuh.
Semakin Jeremy memandangnya, semakin dia merasa tertekan.
“Sudah, jangan menangis, Linnie. Aku baik-baik saja. Carter hanya menjebakku di sini, tapi dia masih memberiku makanan dan minuman. Dia tidak akan menyiksaku sampai mati seperti ini.”
Ketika mendengar itu, Madeline menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan dirinya.
"Dia gila."
“Dia tampak terluka, benarkah?”
"Ya." Madeline mengangguk dan memberi tahu Jeremy apa yang terjadi kemarin.
Jeremy menghela nafas sedih. "Begitu banyak hal terjadi di luar sana kemarin, tapi aku tidak bisa mendengar apa-apa."
“Orang-orang dari St. Piaf ada di sini, dan mereka bermaksud menangkapnya. Kurasa dia akan menggunakan metode paling kejam dan paling biadab untuk menghabisi kita dua hari ini. Jeremy, aku sangat mengkhawatirkanmu.”