Bab 2069
Fabian langsung bertanya. Ketika melihat kotak hadiahnya dikembalikan, matanya dipenuhi kekecewaan dan ketidaksenangan.
Jeremy mengangkat kedua sudut bibirnya menjadi senyum lembut dan berkata, "Fabian, aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu ketika kau memberi Lilly hadiah ini, tapi ini terlalu mahal."
"Terlalu mahal?" Fabian jelas-jelas bingung dengan kata ini, dan kemudian tertawa. “Orang kaya nomor satu di Glendale baru saja memberitahu bahwa hadiahku terlalu mahal.”
Jeremy mengerti apa yang dimaksud Fabian, dan senyum lembut masih tersungging di wajahnya.
“Latar belakang keluargaku tidak ada hubungannya dengan apakah hadiah itu mahal atau tidak. Fabian, aku tahu bagaimana perasaanmu terhadap Lilly, begitu juga Linnie, tapi kurasa ini tidak cocok untuk Lilly.” Jeremy masih menolak.
Fabian mengangguk sambil berpikir. “Kalau begitu, kau harus pergi.”
"Aku akan pergi, tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih secara resmi."
Fabian dengan cepat menjawab, “Aku sudah menerima ucapan terima kasihmu. Jeremy, kau bisa pergi sekarang.”
"Baik." Jeremy tidak berbicara lebih jauh lagi. Ketika berbalik hendak pergi, dia menoleh lagi. “Aku juga harus minta maaf padamu. Aku telah menyembunyikan apa yang aku ketahui tentang geng Stygian Johnson darimu, sehingga aku bisa dianggap mengambil keuntungan dari kepercayaanmu kepadaku. Sekarang aku mengerti mengapa kau menjadikan aku dan Linnie sebagai target.”
Udara hening sesaat setelah Jeremy mengatakan itu.
Selang beberapa saat, Fabian tersenyum.
"Sudah selesai sekarang." Fabian tersenyum lega. “Aku sudah memikirkannya, dan tidak ada artinya memperpanjang masalah yang sudah lalu. Selain itu, aku harus berterima kasih padamu dan Eveline.”
"Terima kasih padaku dan Linnie?" Kali ini Jeremy bingung. "Terima kasih padaku dan Linnie untuk apa?"
“Terima kasih telah membawa Lilly ke dunia ini. Lilly benar-benar membuatku merasa berharga di dunia, dan dia juga memberiku motivasi untuk menjalani kehidupan yang baik.”
Mendengar jawaban Fabian, Jeremy cukup tersentuh.
Setelah terdiam selama beberapa saat, dia berkata, “Kau bisa datang menemui Lilly kapan saja dan di mana saja. Pintu Whitman Manor akan selalu terbuka untukmu.”
"Terima kasih," ucap Fabian dan naik ke atas tanpa menoleh lagi.
Jeremy juga tidak tinggal lama. Tepat ketika dia akan pergi, ponselnya berdering.
Ketika mendengar nada dering khusus ini, tanpa ragu Jeremy menjawab telepon sambil berjalan ke pintu.
Setelah panggilan tersambung, Jeremy biasanya akan memanggil nama Madeline. Namun, begitu dia membuka mulut, dia langsung mendengar suara Madeline yang sedikit cemas.
“Jeremy, apa kau dalam perjalanan kembali? Banyak bintik merah muda kecil tiba-tiba muncul di tubuh Lilly. Sepertinya reaksi alergi, jadi aku akan membawa Lilly ke rumah sakit.”
“Oke, aku akan segera kembali, Linnie. Jangan terlalu khawatir,” kata Jeremy dan berjalan ke depan dengan tergesa-gesa.
Fabian yang baru saja menaiki tangga mendengar apa yang dikatakan Jeremy, dan dalam hatinya merasa ada yang tidak beres. Tanpa pikir panjang, dia berbalik dan mengikuti Jeremy.
Di hotel, Madeline sedang melihat bintik-bintik yang tampak seperti bunga merah kecil di tangan kecil Lilian saat hatinya makin khawatir.
Dia pikir itu reaksi alergi, tapi Lilian tidak merasakan sakit atau gatal.
Jika Lilian mengalami beberapa gejala, Madeline masih bisa mengetahui apa penyebabnya, tapi Lilian tidak terlihat sakit sama sekali.
Madeline tidak bisa menunggu, jadi dia menelepon Jeremy dan menyuruhnya menemuinya di rumah sakit.
Malam musim dingin di Negara F sangat dingin. Setelah memakaikan pakaian hangat di badan Lilian, dia menggendong si kecil imut itu dan naik taksi.
Setelah tiba di rumah sakit, dia segera membawa Lilian ke ruang IGD, tetapi dia diberi tahu bahwa tidak ada dokter kulit saat ini.
Madeline juga tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak ada dokter.
Dia menatap si kecil di pelukannya dan bertanya dengan gelisah, “Lilly, apa kau benar-benar tidak merasa tidak enak badan? Jika kau merasa tidak enak badan, tulislah di kertas dan beri tahu aku.”
Lilian mengedipkan matanya dengan patuh dan menggelengkan kepalanya, menunjukkan bahwa dia tidak merasa tidak nyaman.