Bab 46
Johan menatap Gisel yang terkulai di lantai dengan tak percaya. Wajah yang dulu dia anggap sangat polos itu, kini di matanya tampak penuh kepalsuan dan perhitungan.
Jadi, selama ini, dia telah membuat marah putri Keluarga Juwono yang sebenarnya hanya demi seorang anak angkat?
Kini, dia sendiri menjadi bahan tertawaan terbesar.
Di aula, semua bisik-bisik penuh cemoohan dan ejekan terdengar seperti gelombang pasang yang menghantam Gisel.
Wajahnya memerah, dan dia berharap bisa pergi dari sana sesegera mungkin.
Tamat sudah riwayatnya.
Saskia menikmati drama yang terjadi di depannya dengan senyum yang semakin lebar.
Dia menatap Gisel yang tampak putus asa dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan suara lembut tapi menusuk seperti bisikan iblis.
"Ngomong-ngomong, ada satu hal yang membuatku penasaran. Nona Gisel, aku dengar dulu kamu sempat bertunangan dengan putra sulung Keluarga Lunardi di Kota Cemandi. Tapi entah kenapa, pertunangan itu dibatalkan."
Saskia menundukkan kepalanya sed

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda