Bab 1
"Saskia, kamu sendiri yang bilang hanya menginginkan tubuhku. Jadi kalau sekarang kita berpisah, itu bukan salahku, 'kan?"
Johan bersandar santai di sandaran sofa.
Kata-katanya membuat dada Saskia terasa sesak.
Ternyata, inilah penjelasannya setelah dia tertangkap basah berpelukan dengan wanita lain saat berbelanja?
Pria itu tampak tak memedulikan ekspresi Saskia. Sambil bicara, dia mencoba meraih pinggangnya.
"Keuangan Keluarga Kusuma sedang bermasalah, jadi kami perlu mendekati seseorang dari keluarga konglomerat Juwono yang baru masuk ke Kota Hilmaya. Dia adalah keponakan kepala Keluarga Juwono."
Keluarga Juwono?
Saskia langsung menghindar tanpa menampakkan gerakan, dan diam-diam menyimpan dokumen yang ada di tangannya.
"Lalu, aku bagaimana?"
"Kamu?" Johan tersenyum, menyentuh dagunya dengan lembut, dan berkata dengan nada bercanda, "Ini hanya permainan, kenapa kamu malah menganggapnya serius?"
Saskia berusaha menjawab, tapi akhirnya hanya bisa berkata.
"Apa kamu benar-benar akan putus denganku demi dia? Apa dia lebih berharga bagimu daripada aku?"
Respons itu membuat ekspresi pria itu tampak puas.
"Dia berbeda denganmu. Dia putri keluarga terhormat, polos, dan cocok dijadikan istri."
Hah?
Hati Saskia seakan tersayat.
Berbeda dengannya?
Dia menundukkan pandangan, bulu matanya yang panjang tampak bergetar lembut bak sayap kupu-kupu.
Kecantikannya memang memikat tiada tara.
Apakah Johan lupa, sebelum bersamanya, Saskia juga masih polos dan anggun?
Namun, karena dia menyukai wanita yang bebas, pria itu pun secara perlahan mengubah Saskia menjadi seperti sekarang.
Saskia mengira itulah yang Johan inginkan dan pada akhirnya hubungan mereka akan berujung pada pernikahan.
Namun sekarang, Johan malah memuji wanita lain polos dan pantas menjadi istri.
Saskia tersenyum tipis seolah mengejek dirinya sendiri.
"Oh, begitu ya."
Seolah menyadari perubahan emosi pada gadis itu, Johan merogoh saku dan memasukkan sebuah gelang berlian ke dalam belahan leher V baju Saskia.
"Dengan identitasmu itu, ibuku jelas nggak akan mengizinkanmu masuk ke keluargaku. Kamu sendiri sudah tahu itu."
"Tapi selama kita nggak menampakkan semua ini di depannya, kita masih bisa menjalani hubungan seperti ini."
Dinginnya berlian menusuk kulit Saskia hingga terasa nyeri.
Ini memang trik yang sering dipakai pria itu.
Saskia mengangkat tangannya dan memutar gelang itu di ujung jarinya.
Ini adalah seri terbaru Batu Abadi yang diluncurkan oleh merek mewah tertentu para kuartal ini.
Penjualannya sudah dimulai bulan lalu, dan dia sempat melihat struk pembelian tersembunyi di jas pria itu.
Pria itu sudah menerima barangnya sejak lama, tapi baru hari ini dia memberikannya kepada Saskia.
Sepertinya wanita yang polos itu tidak menyukai hadiah ini. Namun, karena barang itu tidak bisa dikembalikan, Johan pun memberikannya pada Saskia.
Dia seperti sedang membuang sampah.
Hati Saskia terasa hancur.
Meski begitu, dia tetap memakainya, dan menatap Johan dengan senyum memikat yang menawan.
"Malam ini, mau coba hal baru?" tanya Saskia.
Dia memang lincah dan cerdik seperti kancil.
Hal itu membuat Johan merasa tergoda dan tak sabar.
Tak bisa dipungkiri, dia memang menyukai kepatuhan dan keseksian yang Saskia tunjukkan.
Dengan tawa lebar, Johan membuka kedua lengannya.
"Baiklah."
Saskia tampak seperti makhluk menggoda yang memikat jiwa.
Dia mengambil penutup mata, menutup wajah Johan, lalu mengikat tangan dan kakinya ke kursi menggunakan sabuk dan dasi kupu-kupu.
Baru kemudian, dia mulai membuka pakaian pria itu.
Dengan tawa rendah yang menggoda, Saskia menunduk mendekat ke telinga Johan.
"Jangan mengintip, ya."
Johan memang tak pernah mampu menahan diri dari godaannya. Kulitnya yang putih kini memerah karena tersulut rangsangan.
"Kamu akan menyerah malam ini."
Setelah menyelesaikan gerakannya, senyum di wajah Saskia memudar. Dia mundur selangkah, tapi suaranya tetap menggoda.
"Tunggu aku, ya. Aku mau mandi dulu sebentar."
Saskia pergi ke kamar mandi dan menyalakan pancuran. Namun, dia tidak mandi.
Dengan memanfaatkan suara air, dia diam-diam mengeluarkan koper.
Memang, Johan telah mengajarinya hingga menjadi seperti sekarang, tapi dia lupa bahwa pasrah dan patuh bukanlah sifat asli Saskia.
Setelah merapikan barang-barangnya, Saskia mengambil semua perhiasan berharga.
Setelah itu, dia pergi tanpa menoleh sedikit pun pada pria yang sudah tak sabar menunggunya.