Bab 143
"Sandy?" Cahyo dengan cepat menarik tangannya, lalu meraih kursi di dekatnya dan mendorongnya ke arah Sandy.
"Terima kasih sudah repot-repot datang menjenguk Hans. Aku ... barusan terlalu cemas."
Terlepas apakah Sandy ingin bercerai dengan Lily atau tidak, Cahyo tetap harus bersikap hormat kepada Lily, di hadapan menantunya.
Dia tersenyum canggung, lalu kembali memberi isyarat agar Sandy duduk.
Sandy tetap berdiri tanpa bergerak, pandangannya yang sulit dijelaskan tertuju pada Lily.
Semakin aneh ayahnya, semakin tidak masuk akal pula perilaku Lily!
Apakah dia sama sekali tidak sadar bahwa dirinya adalah Nyonya Lily? Bisa-bisanya dia membiarkan dirinya ditampar begitu saja?
Kemarahannya tersimpan di dalam hati, lalu pandangannya berpindah ke Cahyo.
"Jangan sampai aku melihat itu lain kali, dia adalah milikku."
Nada suaranya penuh kekesalan yang terpancar ke arah Cahyo.
Dia mengingatkan Cahyo bahwa Lily adalah istri Sandy terlebih dahulu, baru kemudian putrinya.
Keringat dingin langsung

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda