Bab 142
Wajahnya yang sudah pucat terlihat semakin pucat, dan benjolan merah di dahinya sangat mencolok.
Bayangannya terpantul di kaca, seluruh tubuhnya terlihat dingin dan menyedihkan.
Pikirannya dipenuhi oleh kata-kata Doni.
"Nona Lily, kondisi adikmu nggak bisa disembuhkan dengan cepat, membutuhkan proses yang panjang. Dalam hal ini, kemungkinan dia akan kehilangan kontrol emosi. Tapi, perawat akan menjaganya 24 jam. Jadi kamu cuma bisa menunggu."
Menunggu?
Menunggu selalu menjadi hal yang paling menyiksa.
Dia berada di ketidakpastian.
Namun, dia hanya bisa mengharapkan kesembuhan Hans.
Meskipun, ada banyak sekali kemungkinan buruk.
Hans pun akhirnya terlihat tenang dan tertidur.
Lily duduk di kursi. Dia menengadah memandang ke luar jendela.
Kepalanya terasa kosong, dia bahkan tidak tahu harus memikirkan apa.
Terlalu banyak hal yang seperti benang kusut di dalam hatinya, dia tidak tahu harus memulai dari mana.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Di luar kamar, Sandy berdiri

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda