NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 523 Pengantin Baru II

Ketika sampai di ruang istirahat, Heaton perlahan menempatkan Verian ke posisi yang tegak di sisi tempat tidur. Kemudian dia berlutut dan mengangkat kaki Verian, menaruhnya di pangkuannya sebelum melepas sepatu hak tinggi wanita itu. Saat Heaton melepaskan sepatunya, sepatu kulit itu menggesek kulit Verian dan membuat Verian mengerang kesakitan. Heaton sedikit mengernyitkan keningnya dan berkata, “Kalau saja aku tahu kau akan terluka karena sepatu hak tinggi, aku akan menyuruhmu untuk mengenakan sepatu datar saja. Lagipula, tidak ada yang bisa melihat sepatumu saat kau mengenakan gaun pengantin sepanjang ini.” Verian merajuk dan bergumam, “Bagaimana mungkin? Aku bisa terlihat pendek nanti di sebelahmu jika tidak mengenakan sepatu hak tinggi. Selain itu, orang lain akan berpikir kalau kita tidak cocok satu sama lain.” Heaton berdiri untuk mengambil kotak P3K. “Selama aku menganggap kita pasangan serasi, aku tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain.” Verian meregangkan tangannya, menekannya ke tempat tidur sambil menatap Heaton. Dia kemudian bertanya, "Oh, ngomong-ngomong, apakah kita akan kembali ke rumah atau akan menginap di hotel setelah jamuan pernikahan?" “Para tamu dan kita akan tetap di hotel. Xylean dan Serene nanti akan menemanimu ke presidential suite pada sore hari karena akan ada tamu yang mengunjungimu, meminta permen pernikahan. Tapi, kau tidak usah khawatir karena Xylean, Serene dan Helen akan ada di sana untuk membantumu.” “Bagaimana denganmu?” Heaton memegang kaki Verian yang mulus di tangannya sambil mengobati lukanya. “Aku akan menghibur para tamu. Jika ada waktu luang sore nanti, aku akan naik dan menemuimu.” “Banyak sekali tamu yang tidak aku kenal. Aku bahkan tidak tahu bagaimana memanggil mereka. Apa semuanya akan baik-baik saja?” “Tidak apa-apa. Kau hanya perlu tersenyum dan mengangguk pada mereka. Lagipula, pengantin wanita punya hak untuk tidak berbicara apapun pada tamu.” Heaton melirik ke atas dan tersenyum usil pada Verian. Verian tertawa. “Bagaimana jika ada tamu yang bertanya padaku, apa aku harus tetap diam?” Saat itu, perut Verian keroncongan dan dengan cepat dia meraba perutnya dengan malu. Heaton mengerutkan alisnya karena khawatir. “Kenapa kau belum makan apa-apa?” “Bagaimana aku bisa makan? Bukan hanya lapar, aku juga merasa haus. Meski begitu, aku tidak berani makan atau minum. Aku tidak bisa ke toilet dengan gaun ini.” “Kau belum makan atau minum apapun sejak tadi pagi?” “Aku hanya makan setengah roti lapis tadi pagi dan belum makan apa-apa lagi setelahnya.” Setelah mendengar Verian bicara, Heaton mengambil ponselnya dan langsung menelpon Kush. “Tolong bawakan satu porsi makanan dan teh untuk dihidangkan ke ruang istirahat di lantai satu.” Verian sangat suka makan kue dan pencuci mulut, jadi Heaton menambahkan, “Bawakan juga beberapa potong kue ke sini.” Setelah menutup telepon, Heaton melihat luka Verian yang masih mengeluarkan darah dan merasa kasihan. “Setelah makan siang berakhir, kau harus mengganti sepatumu saat kembali ke kamar. Ketika nanti para tamu datang untuk meminta permen pernikahan, kau akan duduk dengan kaki tertutup sepenuhnya dengan gaun pengantin. Tidak ada yang akan melihat sandalmu di balik gaun.” Verian menganggapnya lucu saat berusaha membayangkan skenario itu. ‘Mengenakan gaun pengantin dan mengenakan sepasang sandal sekali pakai. Sungguh gaya yang aneh,’ pikirnya dalam hati. Saat Kush datang untuk mengantarkan makanan, Heaton sudah selesai membalut luka Verian. “Bos, Nyonya, jangan ragu meneleponku kalau kalian butuh hal lain.” Heaton mengangguk. “Kau bisa pergi sekarang.” “Baiklah.” Setelah Kush meninggalkan ruang istirahat, Verian mengangkat kaki telanjangnya ke tempat tidur dan menyilangkannya. Melihat makanan yang menggiurkan di hadapannya, seleranya bangkit. Dia sangat kelaparan. Verian makan beberapa kue dan sudah merasa kenyang. Dia berhenti makan saat merasa tidak lapar lagi. Heaton melihat tatapan putus asa dari Verian dan memberikannya makanan lagi. “Kau boleh makan lagi kalau kau mau. Lepas saja gaun pengantinmu kalau kau ingin ke toilet. Lagipula, kau akan menggantinya dengan gaun malam nanti untuk bersulang dengan semua orang.” “Aku akan makan sedikit lagi kalau begitu. Hanya sedikit.” Verian mengulurkan tangannya dan mengambil pisau dan garpu. Setelah mengisi perut kosongnya dengan pasta dan buah-buahan, mereka berdua meninggalkan ruang istirahat dan kembali ke ruang jamuan sekali lagi. Jamuan makan siang berlangsung sampai hampir pukul 14.30. Setelah itu Verian baru bisa pamit meninggalkan ruang jamuan. Setelah Heaton memberikan kartu kunci hotel padanya, dia naik ke atas bersama para pengiring pengantin dan pembawa bunga. Saat mereka sampai di presidential suite, Verian menuju tempat tidur dan duduk di atasnya. Helen menyadari punggung Verian yang kaku dan terlihat kelelahan, Helen bertanya dengan khawatir, “Verian, apa kau mau melepaskan gaun pengantinmu sekarang? Kau akan merasa lebih baik dengan mengenakan gaun malam.” Little Jelly Bean cemberut dan juga peduli pada Verian. “Monty, apa kau lelah? Biar aku pijit punggungmu dengan memukulnya. Aku selalu memukul-mukul punggung kakek kapan pun dia merasa lelah.” Gadis kecil itu merangkak ke atas tempat tidur dan berlutut di belakang punggung Verian. Kemudian dia mengepalkan tangannya dan mulai memukul-mukul bahu dan punggung Verian. Verian terenyuh saat melihat Little Jelly Bean mengkhawatirkannya. Dia berbalik ke arah Little Jelly Bean dan menggendongnya ke pangkuannya. “Aku tidak lelah. Bukankah Jelly Bean juga kelelahan? Kau bangun lebih awal dan sudah berjalan sejak tadi pagi. Helen, tolong ambilkan permen pernikahan agar anak-anak bisa memakannya. Mereka pasti sudah kelelahan hari ini.” Helen tersenyum dan menjawab, “Oke.” Helen menyerahkan dua kotak coklat pada Verian. Little Jelly Bean dan Tyler duduk di samping Verian dan membuka bingkisan coklat itu dengan tangan mereka yang mungil dan menggemaskan. Saat mereka melihat bentuk unik dan ukiran halus pada cokelat, mereka menyipitkan mata dan tersenyum. Gigi mereka berlumuran coklat dan setelah menghabiskannya, mereka bermain di dalam kamar. “Aku akan mengganti gaun malam pukul 4 sore. Tolong sampaikan pada penata rambut untuk datang dan menata rambutku. Seharusnya aku bisa selesai berdandan tepat sebelum makan malam.” “Baiklah.” Helen tiba-tiba ingat dengan lemparan buket pengantin dan bertanya pada Xylean dan Serene dengan senyum nakal di wajahnya, “Leannie, Serene, kalian berdua mendapatkan buket pengantin dari pengantin wanita tadi pagi. Apa kalian ingin menyampaikan pidato karena sudah mendapatkannya?” Serene sangat mudah tergoda, wajahnya memerah karena malu. Dia tergagap sambil berusaha mengubah topik. “Pi-pidato apa…” Helen menggerutu, “Yaa.. misalnya seperti kapan kau akan menikah dengan Dr. Jarret?” Serene duduk di tempat tidur dan pipinya memerah. Dia gelisah sambil memegangi gaunnya sambil memikirkan bagaimana menjawab Helen. “Itu… mana aku tahu.” ‘Tidak mungkin ‘kan aku yang melamar Wilson lebih dulu?’ pikir Serene dalam hati. Saat Helen menggoda Serene, Xylean beralasan untuk keluar dari kamar. “Aku akan mencari udara segar di luar. Aku merasa sedikit sesak di sini.” Setelah Xylean keluar dari kamar, Serene menolehkan kepalanya ke arah Verian dan Helen. “Karena sudah menikah, seharusnya kalian tidak perlu memaksa kami untuk segera menyusul kalian. Itu hanya akan membuat kami tertekan.” Verian merasa sedikit khawatir dengan Xylean. “Serene, pergi dan lihat Leannie. Aku takut dia marah pada kita.” Helen setuju. “Pergilah. Aku akan membantu Verian membagikan permen pernikahan di sini.” Serene mengangguk dan keluar untuk mencari Xylean. Akhirnya, dia menemukan Xylean di balkon di lantai yang sama dengan presidential suite. Xylean bersandar di pagar sambil minum soda, menikmati pemandangan. Serene menggerutu dengan sengaja. “Serius, ada apa dengan Verian dan Helen? Hanya karena mereka sudah menikah, mereka jadi ingin memaksa orang di sekitar mereka untuk segera menikah juga. Aku masih menikmati hidup melajang.” Xylean tersenyum tipis. “Aku tidak marah ataupun kesal. Ini topik yang umum dibicarakan di usia kita. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.” Serene bersandar di pagar dan menolehkan kepalanya untuk melihat Xylean. “Aku tidak tahu bagaimana memberi nasehat atau menenangkan orang. Tapi, aku tahu kalau kita hanya bisa hidup selama beberapa dekade, jadi hal terpenting yang kita inginkan dalam hidup adalah bahagia. Jika kau tidak bahagia dengan seseorang yang ada di sisimu, tinggalkan mereka. Jika kau mencintainya, cintai dia sebanyak yang kau bisa.” “Aku mengerti maksudmu. Tapi, aku tidak bisa melawan kehendakku.” Serene bertanya dengan penasaran. “Tapi Leannie, Presiden Soan orang yang baik. Apa kau tidak takut seseorang akan merebutnya?” Xylean hanya pasrah. “Jika seseorang bisa merebutnya dariku, artinya dia memang tidak pernah jadi milikku. Orang yang sudah ditakdirkan bersamaku tidak akan pergi apapun yang terjadi.”

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.