NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 522 Pengantin Baru I

Saat orang-orang mulai bersiap pergi ke hotel untuk jamuan pernikahan, awalnya Xylean ingin berada di mobil yang sama dengan Serene. Namun, Wilson sudah menarik Serene ke mobil lain sebelum Xylean bisa menahannya. Serene menatap buket pengantin di kedua tangannya. Pipinya sedikit tersipu malu. Tiba-tiba, Wilson mendekat kepadanya dan bergumam di telinga Serene, “Apa yang kau pikirkan?” Setengah bercanda, Serene berkata, “Apa kau tahu artinya jika seseorang mendapatkan buket pengantin dari pengantin wanita?” Wilson sedikit mengernyitkan dahinya. Dia tidak yakin apa artinya itu, karena dia jarang menghadiri pernikahan. Lagipula, Wilson meragukan mitos jaman dulu turun temurun. Tapi, jika Serene yang menceritakan mitos itu padanya, dia dengan senang hati akan mendengarkannya. “Apa artinya?” Gadis itu menatap mata Wilson dan bicara dengan serius, “Wanita yang menerima buket pengantin dari pengantin wanita juga akan segera menikah.” Wilson terkejut sesaat dan tatapannya berubah menjadi genit. “Sayang, apa kau sedang memberi isyarat padaku kalau kita harus segera menikah?” “… Si-siapa yang ingin menikah denganmu!” Merasa malu dan kesal, Serene menyerahkan buket bunga itu ke tangan Wilson dan memandang ke arah jendela. Tapi, bayangan gadis yang sedang berseri-seri itu terpantul dari jendela. … Sementara itu, Yandel dan Xylean duduk di kursi belakang Bentley hitam. Di dalam mobil itu benar-benar hening. Setelah beberapa lama, Yandel mengalihkan pandangannya ke buket pengantin yang dipegang Xylean. Dia memulai pembicaraan. “Aku dengar orang yang mendapatkan buket pengantin dari pengantin wanita akan menikah setelahnya.” Xylean menjawab Yandel dengan tenang, “Jangan khawatir. Bahkan jika aku segera menikah, pengantin prianya bukan kau, Yandel Soan.” “Xylean.” Tidak peduli betapa baiknya Yandel, dia tetap kesal jika Xylean melewati batas. Xylean menolehkan kepalanya untuk melihat wajah Yandel yang cemberut. Dia mengomel. “Kau marah hanya karena ini? Kau meminta Verian untuk melemparkan buket ini padaku, ‘kan? Jangan bersikap kekanakan lagi…” Tiba-tiba, Yandel memegang pinggang Xylean dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Setelah itu, dia menundukkan kepalanya dan mencium Xylean seenaknya. Xylean mengepalkan tangannya dan memukul bahu Yandel. “Oh… Lepaskan aku!” Seakan-akan Yandel berusaha untuk membalaskan dendamnya pada Xylean. Dia menggigit bibir wanita itu dengan keras, rasa darah memenuhi setiap sudut mulut dan napas mereka. Xylean merasa kesakitan dari bibirnya saat matanya mulai berkaca-kaca. Namun, Yandel dengan kuat meletakkan tangannya di belakang leher Xylean dan menyandarkan dahinya ke dahi wanita itu. Kemudian dia berkata dengan perlahan, “Xylean, pilihannya cuma kau akan melajang seumur hidupmu atau pengantin priamu adalah aku.” “Kau pikir kau siapa!” Xylean memelototi Yandel. “Karena kau milikku.” Tidak ada siapa pun yang menyerahkan hidup mereka kepada orang lain. Xylean kesal dan berteriak, “Masalahnya satu-satunya yang aku inginkan cuma hidupmu!” Yandel berhutang nyawa pada saudaranya, Richard! Yandel menghela napas dalam-dalam dan menggosokkan hidungnya ke hidung Xylean. Perlahan, dia menutup matanya dan bergumam dengan pelan. “Suatu hari, aku akan mengembalikan hidup Richard padamu. Namun, sebelum itu, bisakah kita berusaha untuk akur?” ‘Bahkan jika itu hanya sekedar simpati,’ pikir Yandel dalam hatinya. Xylean juga menutup matanya. Dia tidak ingin dan tidak berani menatap wajah Yandel. Yandel adalah pria yang sombong. Dan itu sudah mendarah daging dalam tubuhnya. Sebelum kecelakaan yang menimpa Richard, kesombongan Yandel membuat Xylean sangat tertekan. Tapi, saat dia memikirkan masa lalu, ada separuh dirinya yang tidak menyukai Yandel. Setelah Richard meninggal, kesombongan Yandel tidak berarti apa-apa di mata Xylean. Malah, Xylean menganggap kesombongan Yandel yang tidak penting itu menggelikan. Tujuh tahun yang lalu, Yandel adalah pria yang suka membanggakan diri dan ningrat di depan Xylean dan Xylean hanya bisa menerima sikapnya itu apa adanya. Dia tidak akan berani membantah jika Yandel sudah menyuarakan pendapatnya. Tujuh tahun setelahnya, Xylean mulai bertingkah di depan Yandel layaknya burung merak yang sulit dijinakkan. Yandel sangat perhatian padanya dan jika kemanapun Xylean pergi, Yandel akan mengikutinya. Selama Xylean tetap ada di sisinya, dia akan menyetujui semua, tak peduli betapa permintaan Xylean merepotkan dirinya. Dalam hidupnya, Yandel hanya akan memaafkan Xylean, memberinya segala yang dia inginkan dan menurunkan batasan semampunya untuk Xylean. Dia akan bahagia selama Xylean berada di sisinya. … Di dalam mobil pengantin yang memimpin iring-iringan, Verian dan dua anak kecil duduk bersama di kursi belakang sementara Heaton duduk di samping Verian. Saat kedua pembawa bunga ada di sana, Verian dan Heaton tidak banyak berinteraksi di dalam mobil. Little Jelly Bean mengenakan gaun renda putih seperti seorang putri hari ini. Dia mengedipkan matanya yang besar dan memberi pujian pada Verian. “Monty, kau sangat cantik hari ini! Kau wanita tercantik di antara yang lainnya!” Verian mengangkat tangannya dan membelai rambut Little Jelly Bean. Dia tersenyum. “Apa aku juga lebih cantik dari Little Jelly Bean?” Little Jelly Bean menggelengkan kepalanya dengan polos. “Tidak, tidak mungkin. Aku yang tercantik dari semuanya! Setelah aku, Monty lah yang tercantik!” Tyler yang mengenakan jas hitam dan dasi kupu-kupu merah melingkari lehernya menolehkan kepalanya ke arah Little Jelly Bean. “Cherie, kau tidak tahu malu!” Dua anak kecil itu bertengkar saat tatapan Heaton dan Verian bertemu tanpa sengaja. Keduanya saling menatap, mata mereka berbinar-binar karena bahagia. Dengan cincin kawin tersemat di jari mereka, diam-diam mereka saling berpegangan tangan saat kedua anak itu tidak memperhatikannya. … Segera setelah itu, mereka sampai di Hotel Banyan Tree. Tidak ada tamu lain di hotel hari ini karena seluruh hotel disewa sebagai tempat jamuan pernikahan Heaton dan Verian. Para undangan diarahkan ke ruang jamuan dan segera duduk di bangkunya masing-masing. Heaton dan Verian menghampiri setiap meja untuk bersulang dengan para undangan. Namun, karena Verian menggunakan gaun pengantin dan sepatu hak tinggi, dia kesulitan untuk berjalan dan hampir tersandung setelah berjalan beberapa langkah. Heaton sangat tanggap dan dengan cepat membantunya berdiri. Karena Heaton takut Verian akan tersandung dan jatuh, dia melingkarkan tangannya di pinggang Verian dan membungkukkan badannya untuk berbisik di telinga wanita itu. “Kau tidak apa-apa?” Verian mengangguk dan menjawab, “Aku baik-baik saja.” Heaton merasa sedikit kasihan dan berkata, “Kita akan istirahat malam ini.” Meskipun Heaton mengatakan itu dengan serius, Verian salah menanggapinya dan pipinya yang mulus tersipu malu. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain dan menarik kemeja Heaton dengan pelan. “Ayo pergi ke sana dan bersulang. Masih banyak meja yang belum kita datangi.” Setelah bersulang dengan semua meja di ruang jamuan, Verian merasa sedikit mabuk. Meskipun Heaton sudah mencampur botol Verian dengan setidaknya 80% air, kepalanya terasa sedikit sakit, dan langkahnya jadi seringan bulu. Meskipun sepatu hak tinggi yang dia gunakan di acara pernikahan hari ini adalah sepatu yang dibuat khusus dan lebih nyaman daripada sepatu hak tinggi pada umumnya, tetap saja rasanya tidak senyaman menggunakan sepatu datar. Lagipula, sepatu itu juga masih baru, sehingga tumitnya memar karena bergesekkan dengan sepatu. Verian bisa merasakan sensasi terbakar di kakinya. Saat Verian kembali ke meja pengantin, Heaton menghampirinya dan membisikkan beberapa kalimat di telinganya. Kemudian Heaton membawa Verian ke lorong sebentar. Saat mereka keluar dari ruang jamuan, Heaton menundukkan tubuhnya sedikit, melingkarkan lengannya di leher dan pinggang Verian masing-masing untuk mengangkatnya dan menggendong wanita itu. Verian tidak menyangka Heaton akan melakukan itu dan dia memekik karena terkejut. “Apa yang kau lakukan… Kita mau mana?” “Ke ruang istirahat. Aku akan mengobati luka di kakimu.” “Tapi kita ‘kan pengantinnya. Tidak pantas jika meninggalkan ruang jamuan. Bagaimana jika ada yang mencari kita?” Heaton bukan orang yang biasa peduli dengan perasaan orang lain. “Kita akan segera kembali. Tidak akan ada yang mencari kita dalam waktu sesingkat ini.”

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.