Bab 278
Bukankah dia yang disebut Pak Sigit sebagai Paman Tertua?
Mengingat tadi dia baru saja bertelepon dengan Siska mengeluhkan betapa liciknya istri pria itu, Shania diam-diam menarik napas.
Dia berbalik badan dan kembali menyapa, "Halo, Pak Jimmy. Maaf, tadi saya agak kurang sopan."
Jimmy melambaikan tangan. "Seharusnya saya yang minta maaf."
Shania buru-buru menjawab, "Nggak, nggak."
Dia berkata dengan rendah hati, lalu menoleh ke Simon. "Pak Simon, kalau begitu saya nggak akan mengganggu Anda dan Pak Jimmy makan, saya permisi dulu."
"Nggak perlu pergi. Aku akan telepon orangnya suruh ke ruangku. Kamu ikut saja dulu ke sana," kata Simon.
"Baiklah."
Shania setuju di mulut, tetapi di dalam hati dia merasa sangat tidak berdaya.
Akhirnya dia ikut mereka ke Paviliun Bambu.
Makanan di dalam sudah disajikan.
Sampai duduk pun, Shania masih merasa aneh. Awalnya, dia cuma mau keluar cari angin, kenapa malah berakhir duduk satu meja dengan dua Ketua Dewan besar?
Di seberang, Jimmy bertanya, "Nama l

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda