Bab 453
"Keinginan manusia nggak kenal batas, seperti lubang hitam yang bisa menelan segalanya," ujar Yeno sambil memandang ke luar jendela mobil. "Ada yang bilang, manusia bukan penghuni asli bumi, melainkan orang-orang yang dibuang karena dosanya. Manusia terjebak dalam siklus kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian."
"Dokter Yeno percaya pada omong kosong semacam itu?" Aku tersenyum sinis.
"Omong kosong? Akhir dari ilmu pengetahuan adalah teologi. Ilmu pengetahuan nggak mampu menjelaskan segala hal dan membutuhkan teologi." Yeno tertawa. "Misalnya saja kehidupan abadi. Konsep itu kelihatannya mustahil, tapi apa benar begitu?"
"Tiga ribu tahun lalu, apa manusia pernah membayangkan kalau suatu hari nanti, rata-rata umur manusia bisa mencapai 73 tahun seperti sekarang? Kemajuan medis berhasil memperpanjang umur manusia hampir dua kali lipat meskipun hal itu juga menyebabkan peningkatan populasi orang tua dan bertambah beratnya beban masyarakat."
Mendengar perkataan Yeno, aku mengerutkan kening.
"Selain memperpanjang usia harapan hidup, kemajuan medis juga membantu mengontrol tingkat kelahiran. Akibatnya, makin banyak orang kaya yang memperhatikan kualitas keturunan mereka. Mereka mengutamakan IQ, kekuatan fisik yang baik, dan kekebalan terhadap penyakit. Singkatnya, mereka menginginkan keunggulan evolusi yang melebihi orang kebanyakan," ujar Yeno sambil tersenyum.
Ya, semua ini bisa dicapai oleh kemajuan teknologi saat ini.
"Apa kamu pernah bertanya-tanya, kenapa orang kaya bisa hidup lebih lama? Di usia 90 atau bahkan 100 tahun, mereka masih terlihat energik. Apa kamu pikir mereka punya gen yang membuat mereka berumur panjang? Bukan. Itu karena mereka memiliki akses ke hal-hal yang nggak mungkin dimiliki oleh orang biasa, baik itu obat-obatan ataupun metode perawatan khusus."
Ada sisi gelap yang tidak sulit untuk dibayangkan.
Semua itu hanya karena uang dan kekuasaan.
"Shani, keberadaanmu memengaruhi kepentingan dan nasib banyak orang. Kamu seperti tokoh utama di film The Truman Show. Kelahiranmu, kematianmu, evolusimu, semuanya diamati dengan diam-diam, termasuk setelah kamu mati. Meskipun konsep reinkarnasi ke tubuh Sanny adalah asumsi yang terdengar konyol, sudah ada yang mengamati dan mengumpulkan data."
"Seorang pemilik modal bisa memperbesar nilai keuntungan dari tubuhmu tanpa batas." Yeno tersenyum dan berbicara lagi, "Shani, kamu nggak tahu seberapa berharganya dirimu, 'kan?"
Punggungku tiba-tiba merinding. Aku mengerti maksud Yeno.
Jika reinkarnasi bisa dibuktikan secara ilmiah, akan ada lebih banyak orang kaya yang mempertaruhkan uang mereka di sini. Sindikat rekayasa genetik pun bisa dengan mudah mengumpulkan modal dengan menggunakan tubuhku dalam eksperimen. Mereka bebas melanjutkan penelitian kloning atau meneliti metode reinkarnasi roh dan ingatan untuk melawan penuaan dan kematian.
Ya, tujuan akhir mereka adalah kehidupan abadi.
Namun, untuk mencapai hal itu, akan ada banyak pelanggaran terhadap hukum alam dan etika.
"Sejak lahir, dunia sudah terbagi menjadi kelas-kelas. Keadilan? Itu cuma idealisme saja." Yeno tertawa seperti orang gila. "Aku cuma bisa berharap, kamu bukan Shani ... "
Ucapan Yeno penuh makna. Dia ingin aku menyembunyikan diri agar tidak ditemukan.
"Aku sudah berusaha membuktikan kalau kamu bukan Shani. Aku mencoba melindungi nyawamu," ujar Yeno lagi. "Omong-omong, kita sudah sampai. Ayo, turun."
Aku mengernyit dan keluar dari mobil.
Yeno ternyata membawa kami ke rumah sakit jiwa.
Ya, ini adalah rumah sakit jiwa milik mertuanya.
"Tempat ini menyembunyikan banyak kejahatan." Yeno mengedarkan pandangannya ke bangunan utama rumah sakit jiwa, lalu berbicara lagi, "Vincent, kamu benar-benar pintar. Kamu berpura-pura gila untuk masuk ke sini dan menggali rahasianya. Penyelidikanmu sudah sejauh ini, sungguh luar biasa."
Nada bicara Yeno terdengar serius seakan-akan dia mengagumi Davin. "Sayangnya ... mereka lebih waspada daripada yang kamu bayangkan."
"Ikut aku." Yeno hendak mengajak kami masuk.
"Maaf, Dokter Yeno. Rumah sakit nggak mengizinkan orang asing masuk." Di gerbang, seorang penjaga menghentikan kami.
"Dia pasienku. Yang ini adalah keluarga pasien," ujar Yeno sambil menunjuk Davin, lalu aku.
Penjaga memeriksa data di komputer dan mengetahui bahwa Davin memang pernah menjadi pasien di tempat itu. "Baik, Dokter Yeno. Silakan masuk dan ... "
Penjaga belum selesai berbicara ketika sebuah truk tiba-tiba melaju ke arah kami.
Brak! Truk itu menghantam gerbang.
Davin secara refleks menarik tanganku dan memelukku erat-erat, melindungiku dari benturan.
Namun, Yeno tertabrak dan tubuhnya tak ayal terpental.
"Cepat ... lari ke luar ... " Suara Yeno sangat lemah. Untuk mengucapkan dua kata itu saja dia sudah tidak punya tenaga.
Lari ke luar.
Yang dia maksud dengan lari ke luar bukan sekadar kabur dari tempat ini, melainkan kabur dari dunia yang dimonitor banyak orang seperti tokoh utama di film The Truman Show.