NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 437

Aku menggertakkan gigi dan menatap Qiara dengan kening berkerut. Dia juga menatapku seakan-akan tidak takut aku akan membongkar perbuatannya. "Shani?" Davin memanggilku dengan pelan. Aku tersadar dan segera membalas, "Kamu cari jalan keluar dulu. Mungkin kita bisa minta bantuan." Davin mengamatiku sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mengajak Yesa dan Yoga pergi. Di sisi lain, Ben membopong Clara ke tempat yang lebih terang dan menatap luka-lukanya dengan cemas. "Ben ... kalau aku mati, apa kamu mau menuliskan 'Istri Ben' di batu nisanku?" tanya Clara dengan lemah dan serak. Pada saat seperti ini, dia bahkan masih sempat menggoda Ben. Ben menekan luka Clara sambil mengerutkan kening. "Kamu nggak akan mati ... nggak akan." Mata Clara berkaca-kaca. "Aku nggak mau mati. Aku belum menikah, belum punya pacar ... aku masih sendirian. Hiks … " Ben tidak bisa berkata-kata. Jika Clara masih bisa bersikap begitu, dia seharusnya belum akan mati. "Sudah, jangan takut … " Ben menyingkap baju Clara dan melihat lukanya sekilas. Luka sayatnya tidak terlalu dalam meski masih mengeluarkan darah. Untuk sementara ini wanita itu masih bisa bertahan. "Ben, aku hampir mati, 'kan?" Clara menangis terisak. "Belum, tapi lukamu harus segera dijahit," jawab Ben lirih. Aku memperhatikan keduanya sejenak dan memastikan Clara tidak apa-apa untuk sementara waktu. Setelah itu, aku berbalik dan menatap Qiara. Qiara balas menatapku dengan senyum di ujung bibirnya. Dia pasti sudah tahu aku akan curiga setelah melihat bekas cakaran di punggung tangannya. "Ikut aku." Tanpa pikir panjang, aku menarik kerah Qiara dan menyeretnya ke bawah tangga. Aku mendorong Qiara hingga menabrak dinding, membuatnya meringis kesakitan. "Huh ... kamu ternyata kejam juga." Aku mencekik lehernya dan perlahan menambah kekuatan. Qiara tersenyum mengejek. "Kamu nggak akan membunuhku." "Kamu yakin?" Aku mencekiknya makin kencang. Mataku penuh dengan niat membunuh. "Tami ... kamu sengaja memberitahukan di mana dia bersembunyi, 'kan?" Merasa kesakitan, Qiara memukul-mukul tanganku. Aku perlahan mengendurkan cengkeramanku, lalu menjambak rambutnya. "Kamu korban KDRT, tapi kamu ternyata bisa membunuh suamimu dan menggantungnya di langit-langit. Bagaimana kamu melakukannya?" Aku ingat ketika berada di lantai tujuh belas, setiap kali lampu mati, akan ada orang yang terbunuh. Bagaimana cara dia melakukannya? "Aku cuma perlu menyiapkan jebakan saja," jawab Qiara sambil tersenyum seperti iblis tanpa emosi. "Heh ... ternyata benar-benar kamu pelakunya. Lalu, apa tujuan semua ini?" tanyaku. "Kami ingin membangkitkan dewa yang akan membersihkan dunia ini dari dewa-dewa palsu," jawab Qiara, dia kemudian tertawa seperti orang gila. Aku menarik kerah bajunya dan menghantam lukanya dengan lututku. "Jangan coba-coba menipuku!" Qiara ambruk di lantai dan menatapku sambil tersenyum. "Shani ... yang membuat permainan ini ... bukan aku. Aku cuma ikut bermain saja." Jadi, Qiara bukan dalang di balik semua ini? "Apa tujuan kalian? Membalas dendam? Mencoba mencari keadilan untuk kalian sendiri?" tanyaku sambil menggeram. "Bukan, bukan ... semua ini cuma permulaan." Qiara tersenyum dan berdiri. Perlahan-lahan dia berjalan ke celah di dinding yang ditembus sinar matahari. Dia berdiri di bawah sinar dan menoleh sambil tetap tersenyum. "Tujuan kita sama." Aku mengernyit, tidak mengerti apa maksudnya. "Dunia ini sangat menyedihkan, nasib buruk selalu menimpa orang-orang yang malang, tali yang rapuh selalu putus di bagian yang paling lemah ... Orang-orang miskin nggak bisa menentukan nasibnya dan terpaksa hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Di sisi lain, orang-orang kaya boleh bertindak sewenang-wenang." Qiara tiba-tiba saja mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal. "Shani, dunia ini jauh lebih gila dari yang kita bayangkan." Qiara tertawa sambil berjalan mundur. "Carlo memang pantas mati. Dia melakukan KDRT, mencoba memperkosa anak di bawah umur, terlibat dalam perdagangan wanita dan anak, pelacuran dan lain-lain. Nggak ada kejahatan yang nggak dia lakukan. Dia adalah target yang sempurna. Bagaimana kita bisa membunuhnya kalau nggak mengajaknya ke sini?" Gila. Jadi, Qiara sengaja menikahi Carlo? Selain itu, dia sengaja membiarkan Carlo melakukan KDRT padanya sehingga dia akan dianggap sebagai korban. Semua itu dia lakukan sambil menunggu datangnya hari dimana kami semua memasuki permainan ini.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.