NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 432

"Delapan … " Tiba-tiba, Yesa mendengar suara misterius dari belakang. Semua orang seketika menahan napas. Bulu kuduk kami merinding saat itu juga. "Ah!" Tiba-tiba terdengar teriakan Qiara yang ketakutan. Tak lama kemudian, kekacauan pun pecah karena semua orang mulai berlarian dengan panik. Yesa tak kuasa menahan ngeri sampai-sampai suara jeritannya melengking tinggi. Dengan panik dia berlari tak tentu arah dan menabrak seseorang. Dia langsung memeluk orang itu sambil meminta tolong. "Tolong aku! Ada hantu!" "Hehehe … " Di luar dugaan, terdengar suara menyeramkan yang berasal dari orang yang dia peluk. "Ah!" Mendengar tawa menyeramkan itu, Yesa tidak bisa menahan kepanikannya. Saking takutnya, dia hampir mati di tempat. "Tolong! Ada orang lain bersama kita!" Yesa berlari sekencang-kencangnya sambil berteriak histeris. Larinya tanpa arah hingga siapa pun tidak mampu menghentikannya. Ketika Yesa nyaris terjatuh, Yoga berhasil menangkapnya. Dia langsung mendorongnya untuk kembali berpegangan pada dinding. "Jangan teriak-teriak!" Yesa tak kuasa menahan rasa takut yang hebat. Dia takut akan dibunuh, jadi saat mendengar suara Yoga, tangisnya langsung pecah karena lega. Meskipun usianya sudah dua puluh tahun lebih, tangisan Yesa benar-benar memekakkan telinga. "Berhenti menjerit … " Kepala Yoga terasa pening. Yesa mempererat pelukannya di lengan Yoga. Dia sudah tidak menghiraukan bahwa mereka sama-sama pria. Dia mulai merengek, "Tadi aku menabrak hantu!" "Buat apa menangis segala?" ujar Yoga dengan tegas. Namun, dia tetap membiarkan Yesa memeluk lengannya. Dengan tatapan tajam, dia memperhatikan sosok bayangan yang berada di tengah-tengah kegelapan. "Shani … " Dalam gelap, aku mendengar namaku dipanggil dengan cemas oleh Clara. "Shani?" "Clara?" Kekacauan barusan telah membuat semua orang terpencar. Kami tidak bisa lagi saling menyentuh untuk memastikan keberadaan satu sama lain. "Clara … " Qiara ikut memanggil sambil terisak. Yuna kebingungan untuk menentukan siapa orang yang akan dia panggil. Dia hanya bisa menangis tanpa henti. "Tolong aku … " Aku mengerutkan kening dan berpikir sejenak, kemudian menyuruh Clara dengan tegas. "Rara, jangan pergi dari tempatmu. Tetaplah di situ sampai kami menemukanmu." Tangisan Clara akhirnya terhenti. Sesuai instruksi, dia pun tetap diam di tempat sambil memanggil, "Ben … " "Jangan takut … " Ben menenangkannya dengan lembut. Sementara itu, kami semua berusaha mencapai posisi Clara berada. "Mm!" Suara erangan yang teredam tertangkap di telinga kami. Aku dan Ben tiba di sisi Clara bersama-sama. Badan Clara terkulai lemah di lantai. Napasnya terdengar berat dan tersengal-sengal saat dia memanggil dengan lemah, "Shani ... Shani … " Jantungku langsung berdebar kencang karena panik. Takut akan kemungkinan terburuk, aku pun buru-buru memeriksa perutnya. Ada orang yang memanfaatkan kepanikan tadi untuk menusuk Clara. "Ben … " Clara tidak merasa kesakitan saat ditikam. Namun, luka di perutnya tidak berhenti mengeluarkan darah sehingga lambat laun napasnya makin tidak teratur. "Shani, lari, cepat lari … " Tubuhku menggigil saat menemukan titik pendarahan di perutnya. Suaraku tercekik oleh tangisanku sendiri. "Jangan takut. Kamu nggak bakal mati di sini. Aku pasti akan menolongmu … " "Clara … " Ben juga memanggil dengan panik. "Clara!" "Mm!" Pada saat bersamaan, ada seseorang yang terjatuh ke lantai. "Yuna?" panggil Yesa untuk memastikan keberadaan Yuna. "Tolong aku … " Yuna meminta tolong dengan suara lemah. Tidak diragukan lagi, dia juga telah diserang oleh orang misterius itu. Saat ini, pelaku penusukan berada di antara kami. Namun, anehnya aku sama sekali tidak mendengar langkah kaki lain di sekitar Clara. Seseorang di antara kami telah memanfaatkan lingkungan yang gelap ini untuk melakukan pembunuhan. "Ah!" Pada saat bersamaan, kami juga mendengar teriakan Qiara. Dalam posisi bersandar lemah di dinding, dia mencoba meminta tolong, "Tolong aku. Tolong … ada seseorang di sini. Ada orang lain di sini!" Suara Qiara lambat laun terdengar makin lemah. Pada saat ini, kami semua dalam keadaan panik. Sementara itu, suara Qiara dan Yuna pada akhirnya benar-benar tidak terdengar lagi. Tiba-tiba saja aku merasa seperti ada orang di belakangku. Dengan waspada, aku langsung membalikkan badan dan berusaha menangkap tangan orang itu. Namun, orang itu balas memukulku dengan gagang pisau. Ketika orang itu akan menarik tangannya, aku mencoba merebut pisaunya dan berhasil mencakar punggung tangan orang itu. Jika sudah terang nanti, aku bisa memastikan siapa orang di antara kami yang diam-diam melakukan percobaan pembunuhan. Tak! Tak! Tak! Tiba-tiba aku mendengar suara pipa baja diketukkan ke lantai. Davin ... itu Davin! Dia pasti telah berhasil menemukan jalan keluar!

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.