Bab 2247
Tanpa berpikir panjang Teguh berkata, "Tolong tunjukkan jalannya, aku akan menemui Tiga Tetua Besar ini."
"Ayo, ikuti aku."
Ketika itu, Yuni membawa Teguh menuju sebuah Aula Utama yang terletak di dalam lingkungan sekte.
"Teguh ..."
Di jalan, Yuni menambahkan, "Sikap Tiga Tetua Besar agak keras, mungkin kamu akan menemui sedikit kesulitan untuk membuat mereka setuju dengan permintaanmu."
Itu hanya kesulitan kecil ...
Teguh pun terkekeh pelan.
Meskipun di dunia dewa dan iblis, dia berada di antara kelompok orang penting, kali ini dia tidak peduli dengan intimidasi tiga orang tua itu.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Yuni juga ikut tertawa.
Dia hampir melupakan sesuatu.
Teguh begitu perkasa di Alam Nirwana, menjadi sosok yang tak tertandingi di seluruh dunia.
Tidak lama kemudian, mereka berdua akhirnya sampai di sebuah aula utama.
Yuni berkata kepada seorang pengawal, "Jeka, aku mau bertemu dengan Tiga Tetua Besar untuk membahas urusan penting, tolong beri tahu mereka."
"Baik, Kak Yuni. Tolong tunggu sebentar."
Yuni saat ini adalah Master teratas Tahap Mahayana dan posisinya di dalam sekte masih sangat baru.
Murid tingkat keenam itu segera masuk.
Tidak lama kemudian, tiga orang yang terlihat sudah sangat tua keluar dari aula itu.
Tetua pertama, wajahnya terlihat memiliki pesona yang anggun seperti dewa.
Tetua kedua wajahnya penuh ketegasan, tampak berwibawa.
Tetua ketiga matanya tampak tajam dan luar biasa tegas.
Yuni segera memberi hormat, "Tetua Agung, Tetua Kedua, Tetua Ketiga."
"Iya."
Tetua Agung menganggukkan kepalanya, melirik Teguh di sebelahnya, sebelum akhirnya bertanya, "Apa yang membuatmu memanggil kami bertiga keluar?"
Yuni langsung berkata, "Tetua Agung, orang di samping aku adalah Raja Serigala Serenara, sekaligus teman baik aku. Teguh Laksmana."
"Dia ingin Sekte Pencari Keabadian membuat sebuah jembatan jalur keabadian khusus, untuk orang-orang Serenara."
Mendengar penjelasan Yuni, Tetua Agung mendengus dingin.
"Jembatan Jalur Keabadian adalah jembatan yang menghubungkan dunia dewa, iblis, dan manusia dengan dunia kultivasi. Harganya sangat mahal dan sekte Pencari Keabadian kami sendiri sudah sulit untuk mempertahankannya, tidak ada jembatan lain yang tersisa."
"Kamu, sebaiknya pergi dari sini."
Teguh mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apa nggak ada cara lain?"
Tetua meliriknya sebentar, lalu berkata dengan sembarangan, "Karena kamu adalah teman dekat Yuni, kami bisa memberikanmu satu kesempatan."
"Kalau kamu bisa mengalahkan kami bertiga, maka kami bisa mempertimbangkannya."
Mendengar itu, bukan hanya Teguh yang terkejut, bahkan Yuni hampir saja tertawa.
Teguh datang dari Dunia biasa dan sekarang dia adalah Master tingkat Dewa Emas.
Tiga orang tua itu benar-benar ingin melawan Teguh, sungguh sangat memalukan.
"Uhuk, uhuk, uhuk ..."
Teguh berdehem pelan, "Baiklah, ayo kita lakukan sekarang."
"Selama kalian bertahan dari seranganku selama semenit, meskipun aku kalah, aku akan segera pergi dari sini."
"Dasar sombong!"
"Sombong sekali kamu!"
"Lancang sekali kamu!"
Tiga tetua mendengus marah, "Hei anak muda, terlalu percaya diri bukanlah hal yang baik."
"Karena kamu begitu yakin, ayo kita lihat saja."
"Kalau kamu kalah, cepat tinggalkan segera Sekte Pencari Keabadian!"
Teguh dengan tenang mengucapkan satu kata, "Baik!"
Tanpa banyak bicara.
Teguh memberikan mereka beberapa detik waktu, sebelum akhirnya menyerang mereka bertiga.
Tentu saja, dia tidak menggunakn kekuatan dari tingkat Dewa Emas, karena itu cukup untuk menghancurkan Sekte Pencari Keabadian.
Teguh hanya menggunakan kekuatan Dewa Langit.
"Brak!"
Tekanan yang kuat dan menggemparkan menciptakan kesan gunung runtuh dan lautan terbalik, angin kencang yang dihasilkan oleh kekuatan itu menghancurkan semua benda di aula menjadi debu.
Tiga tetua menjadi sasaran utama. Kurang dari satu detik, mereka langsung kalah tanpa sempat melawan.