NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 191

Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Rina menelepon tiga atau empat kali berturut-turut, semuanya tidak dijawab dan ini membuat Rina sangat marah. Banyak orang yang sedang menunggu rapat untuk segera dimulai, Rina tidak bisa terus menunggu Teguh. Rina terpaksa harus memulai rapat terlebih dahulu. Dia akan mencari Teguh lagi nanti untuk meminta pertanggungjawaban. Di jalan menuju Rumah Sakit Pertama. Para pengawal Keluarga Yulianto sedang melajukan mobil dengan cepat. "Semoga orang tua ini bisa menyembuhkan tuan muda ... " Hal ini yang terlintas dalam pikiran si kepala pengawal. Jika tidak bisa sembuh ... Mereka semua para bawahan akan menjadi korban dari ledakan amarah Yogi Yulianto. ... Sambil berpikir, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada seseorang berdiri di depan jalur. "Tin, tin, tin ... " Kepala pengawal segera menekan klakson dengan membabi-buta, dengan maksud memaksa orang tersebut untuk segera menyingkir. Namun, orang itu bergeming. Dia malah berdiri tegak di tengah jalan, menegaskan maksudnya menghentikan mereka. Kepala pengawal sangat marah. "Bos ... " "Orang itu sepertinya Teguh Laksmana!" Di dalam mobil, entah siapa yang mengatakan kalimat tersebut, tapi kepala pengawal seketika menjadi sangat gembira. Teguh Laksmana! Jika dia berhasil menangkap dan membawa Teguh ke kepala Keluarga Yulianto, ini pasti akan menjadi prestasi besar untuknya! "Ayo!" Dia memarkir mobilnya di pinggir jalan dan segera memanggil beberapa pengawal untuk ikut turun. Dia hanya meninggalkan satu orang untuk menjaga Hanum dan Pak Husada untuk mencegah mereka melarikan diri. Yang lainnya ikut bersamanya bergerak menuju Teguh. "Teguh Laksmana ... " Kepala pengawal memasang ekspresi yang menakutkan. "Kamu tidak hanya memukul tuan muda kami, tapi juga berani menghalangi mobil kami. Kurasa kamu sudah bosan hidup!" "Hajar!" Begitu dia memberi perintah, beberapa pengawal menyerbu dari empat arah, yaitu depan, belakang, kiri, dan kanan. "Pang!" Kepala pengawal maju paling depan, dan dia juga yang paling pertama terkena pukulan. "Aduh ... " Teguh langsung melayangkan sebuah tinju ke hidungnya. Pukulan tersebut mematahkan tulang hidungnya, membuatnya terlempar ke belakang, dan terjatuh ke tanah sambil meraung kesakitan. Beberapa pengawal lainnya sama sekali tidak menyangka bahwa Teguh memiliki kekuatan bertarung yang begitu kuat, dan seketika itu juga mereka semua hanya bisa terdiam sejenak. Hanya dalam sekejap mata. Teguh meraih seorang pengawal dengan tangan kirinya dan seorang pengawal lain dengan tangan kanannya, kemudian dia dengan keras menabrakkan keduanya di tengah. "Pang ... " Kepala kedua orang itu bocor seketika dan darah mengucur. Kemudian, dengan gerakan yang luwes, Teguh melakukan tendangan berputar yang melempar pengawal terakhir. Dalam waktu kurang dari lima detik. Empat pengawal semuanya tergeletak di tanah. Pengawal di dalam mobil sudah tertegun dari tadi, dan bahkan tidak menyadari Teguh berjalan ke mobil. "Prang!" Dia baru sadar ketika akhirnya Teguh memecahkan kaca jendela mobil dengan sekali pukulan dan menarik pengawal tersebut beserta dengan kaca-kaca yang pecah. Wajah pengawal tersebut luka-luka terkena serpihan-serpihan kaca. Pak Husada dan Hanum segera keluar dari dalam mobil. Teguh melihat ke arah si pengawal dengan ekspresi yang sangat dingin. "Saya tidak akan membunuh kalian, pulanglah dan sampaikan pesan ini." "Nggak ada yang bisa menyembuhkan Xeno, itu pesan dari Teguh Laksmana!" "Masih ada." "Saya memberi Yogi Yulianto waktu satu hari, jika dia tidak pergi dari Kota Senggigi ... " "Maka dia akan pulang ke Provinsi Nalang sebagai mayat!" Hawa pembunuh yang begitu dahsyat membuat para pengawal yang tergeletak ketakutan dan berkeringat dingin. Seluruh punggung mereka merinding, dan mereka bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Dalam perjalanan pulang. Pak Husada berkata dengan tulus, "Teguh, Keluarga Yulianto pasti datang mencarimu, mungkin lebih baik kamu kabur dulu untuk menghindari masalah." “Ya, Tabib Kromo.” Hanum juga tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara, matanya yang besar berkedip-kedip penuh kekhawatiran. "Aku mendengar Keluarga Yulianto di ibu kota provinsi sangat kuat, kamu harus berhati-hati!" "Tidak apa-apa." Teguh tersenyum kecil, "Lebih bagus lagi kalau mereka mau datang menemuiku." Sambil berkata, dia menampilkan nomor Bayangan di ponselnya. "Pak Husada, jika ada orang yang berani mengganggu Anda atau Anda menghadapi bahaya di masa depan, Anda bisa menelepon nomor ini." "Dia akan membantu kalian menyelesaikan segala hal."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.