Bab 189
Kabar bahwa Keluarga Yulianto dari Provinsi Julang akan datang segera menyebar dan berita ini dengan cepat menimbulkan kehebohan besar.
...
Keluarga Yulianto dari Provinsi Julang adalah figur yang lebih hebat dari Keluarga Abinaya. Eksistensi mereka sudah seperti batu pilar di ibu kota provinsi.
Kalau Keluarga Yulianto tiba di Kota Senggigi ...
Tidak akan berlebihan kalau keluarga mereka dikatakan sebagai sang pemegang kartu!
Pak Yogi Yulianto adalah tokoh terkenal di Provinsi Nalang.
Satu bersin darinya saja bisa membuat Kota Senggigi dilanda tornado dengan skala dua belas!
...
Oleh karena itu, banyak elit yang berkuasa di Kota Senggigi, semuanya sedang merencanakan strategi malam ini.
Mereka semua sedang berpikir dan bersiap untuk melakukan yang terbaik agar dapat menaiki kapal raksasa Keluarga Yulianto di ibu kota provinsi.
Hari kedua.
Rumah Sakit Pertama Kota Senggigi.
Di dalam ruang perawatan intensif yang paling mewah.
Yogi melihat Xeno berbaring di tempat tidur.
Xeno terlihat pucat, terbaring diam, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan kecuali napasnya.
Ini membuat Yogi sangat marah.
...
Sedangkan Bulan sedang berlutut di lantai, dahi menempel pada lantai yang dingin dan tidak bergerak sama sekali. Dia bahkan tidak berani bernapas.
Sebagai asisten pribadi Xeno, Bulan juga harus bertanggung jawaban atas kelalaiannya yang membiarkan Xeno sampai terkena masalah di Kota Senggigi!
"Bagaimana keadaan cucuku?"
Yogi melihat ke arah Direktur Castor, yang merupakan pemimpin tim ahli, dan bertanya dengan suara yang penuh intimidasi.
Direktur Castor segera berkata, "Saraf Tuan Muda Xeno cedera, dan jika dia tidak menerima perawatan yang efektif dalam waktu 48 jam, ada kemungkinan ... "
Suaranya semakin lama semakin rendah, dia bahkan tidak berani melanjutkan.
"Katakan!"
Yogi berteriak dengan keras.
Direktur Castor tiba-tiba gemetar, dahinya bercucuran keringat. "Mungkin pasien bisa berada dalam kondisi vegetatif yang bergantung pada mesin ... "
"Dor!"
Terdengar suara letupan ketika kata-kata Direktur Castor berhenti.
Ternyata ... Yogi mengangkat tongkat dengan kepala naga dari kayu cendana di tangannya, dan dengan keras menghantamkannya ke kepala Bulan yang sedang berlutut.
...
Dalam sekejap, kepala Bulan pecah dan otaknya berhamburan. Bulan mati di tempat.
Tim ahli yang dipimpin oleh Direktur Castor hanya bisa merinding, merasakan hawa dingin yang menjalar dari tulang belakang, naik ke atas dan langsung menuju puncak kepala, membuat kulit kepala terasa kesemutan.
"Aku nggak peduli metode apa yang kalian gunakan."
"Nggak peduli berapa biaya yang kalian butuhkan."
"Pokoknya sembuhkan cucuku."
"Jika tidak ... "
Wajah Yogi memerah, tongkatnya menunjuk ke Bulan, dan sorot matanya sangat dingin seperti hutan yang dalam. "Kalian akan berakhir seperti itu!"
Para dokter ahli lansung banjir keringat.
Seketika itu juga, seorang ahli maju dan berkata dengan suara rendah. "Pak Husada dari Klinik Obat Husada mungkin bisa membantu Tuan Xeno."
"Tapi ... "
"Pak Husada memiliki aturan."
"Harus membuat janji sehari sebelumnya barulah dia bisa melakukan kunjungan."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, dokter ahli itu kemudian menundukkan kepala, sama sekali tidak berani melihat ekspresi wajah Yogi.
"Aturan?"
Yogi mendengus dingin. "Kata-kataku adalah aturan."
"Kalian ... "
Yogi bergerak menyamping dan memberikan perintah, "Sekarang juga pergi ke Klinik Obat Husada, dan 'undang' Pak Husada ini."
Beberapa pria segera keluar dan pergi untuk melaksanakan perintah.
Di Klinik Obat Husada.
Pak Husada dan Hanum Husada sedang bersiap-siap pergi keluar untuk urusan penting. Baru saja mereka keluar dari klinik, tiba-tiba mereka dikelilingi oleh beberapa pria besar.
"Anda adalah Pak Husada, 'kan?"
"Ikut dengan kami, obatilah tuan muda kami."
Kepala pengawal tidak berkata-kata, langsung mendekati Pak Husada dan menarik tangannya, lalu menariknya ke mobil di samping.
"Tunggu!"
Pak Husada berkata dengan tegas, "Tidak peduli siapa tuan muda kalian, pengobatan harus sesuai dengan aturan!"
"Persetan dengan aturanmu!"
Pemimpin pengawal melirik dengan tajam, sementara seorang pria di sebelahnya mendekat dan menempatkan pisau di leher Hanum. "Jika Anda tidak mau ikut dengan kami, saya akan membunuhnya sekarang juga!"
Pak Husada sangat marah dan frustasi, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa naik ke mobil.