Bab 186
Di kediaman Keluarga Yulianto.
Setelah keluar dari Hotel Naga Besar, Teguh langsung datang ke sini.
Yoga, Zakir, dan Rina semuanya lengkap.
Terutama Rina, wajahnya masih agak pucat, dan masih belum sepenuhnya pulih dari ketakutan.
"Teguh, kamu sudah datang."
Ketika Yoga melihat Teguh, dia tidak bisa menahan tawa pahit dan berkata, "Kali ini, kamu sudah melihat drama keluarga kami."
Teguh mengatakan dengan acuh tak acuh, "Setiap keluarga pasti ada masalahnya."
"Ya ... "
Yoga menghela napas, kemudian mulai bercerita, "Sebenarnya, konflik dengan Keluarga Yulianto dari ibu kota provinsi sudah terjadi sejak lama, aku juga sudah hampir lupa."
"Pada saat itu ... ayah kami masih hidup."
"Beliau memperlakukan aku dan kakakku dengan adil untuk memilih pewaris keluarga yang layak."
"Aku juga selalu mengikuti ajaran Ayah, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan menjalani hidup dengan rendah hati."
"Pada saat itu, banyak orang yang mendukungku dan kami sempat merasa di atas angin."
"Tapi kebahagiaan kami tidak berlangsung lama ... "
Bercerita sampai di sini, suara Yoga terdengar sangat serak. "Seiring dengan bertambahnya usia Ayah, kesehatannya juga semakin menurun."
"Aku tahu Ayah mungkin tidak akan bertahan lama lagi, jadi aku menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya."
"Pada saat inilah."
"Kakak sulung menggunakan berbagai cara untuk menarik banyak kekuatan pendukung dan memegang kekuasaan atas keluarga kita."
"Setelah Ayah meninggal, aku baru menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa kulakukan."
Yoga menggeleng-gelengkan kepala.
Suaranya juga dipenuhi dengan kepahitan.
Dia mengatakan 'menggunakan berbagai cara' dengan nada biasa saja, tetapi apa yang sebenarnya terjadi, para anggota Keluarga Yulianto tahu betul, dan Teguh juga bisa menebak beberapa hal.
"Tapi kakak sulung masih waspada terhadapku. Dia menuduhku melakukan sesuatu yang tidak berdasar dan langsung mengusirku dari Keluarga Yulianto di Provinsi Julang, memaksaku pergi ke Kota Senggigi."
"Tapi sekarang ... "
Akhir dari cerita ini, Teguh juga sudah mengetahuinya.
Yogi Yulianto, memang benar-benar tanpa belas kasihan, sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi Yoga Yulianto untuk membalikkan keadaan.
"Oh ya, kamu apakan Xeno?"
Yoga menatap Teguh dengan sedikit kekhawatiran terlihat di sorot matanya.
...
Pada saat kata-kata ini terucap, Zakir dan Rina juga melihat ke arahnya.
Teguh berkata dengan tenang, "Tidak kuapa-apakan, aku hanya memberinya pelajaran yang sangat berharga."
Tiga orang itu menghela napas bersama-sama.
Mereka semua khawatir Teguh tidak memandang bulu, dan malah akan menjadi masalah nantinya.
Kalau hanya diberi pelajaran yang sangat berharga ...
Paling-paling hanya kena pukul sedikit, seharusnya tidak ada masalah besar.
Waktu sudah lumayan larut.
"Kakek, kita pulang dulu."
Rina pamit pada Yoga dengan satu kalimat itu, lalu pergi bersama Teguh kembali ke Bahari Indah dengan mobil.
Kembali ke rumah.
Teguh sedang menuju ke kamarnya sendiri.
"Terima kasih, Teguh," tiba-tiba Rina Yulianto memanggilnya dengan tulus.
"Nggak perlu berterima kasih."
Teguh berbalik dan tersenyum dengan riang, "Meskipun kita hanya berakting, tapi berakting juga harus terlihat nyata!"
"Nggak ada pria yang bisa tetap cuek melihat pasangannya dianiaya, bukan?"
Sambil berkata, dia mengedipkan mata kepada Rina.
Rina tiba-tiba merasa ada kehangatan di hatinya.
Teguh sendiri hanya mengucapkan kata-kata itu dengan santai.
Menghadapi Keluarga Laksono, Keluarga Abinaya, dan terutama menghadapi keluarga besar seperti Keluarga Yulianto, masih adakah orang lain yang mampu melakukan seperti apa yang Teguh lakukan, berani bawa badan membela dirinya ketika bencana benar-benar datang melanda?
Sudah cukup beruntung kalau tidak jatuh tertimpa tangga lagi.
Rina seketika teringat banyak hal.
Menara Jayandara, masalah dengan Keluarga Laksono, Keluarga Abinaya, dan kali ini ...
Rina teringat satu per satu, sepertinya tidak peduli apa pun yang terjadi, Teguh tidak pernah mundur.
...
Ketika memikirkan semua ini, Rina tiba-tiba menyadari bahwa Teguh tampaknya juga bukan orang yang terlalu buruk.
Setidaknya, Teguh masih berjuang untuknya dan kekuatan fisiknya juga masih bisa dibilang lumayan, ini seharusnya bisa dianggap sebagai kelebihan!