NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 185

Pria tua ini bertubuh pendek dan sangat kurus. Wajahnya berkerut, dan matanya yang berbentuk segitiga terlihat sangat cekung, tetapi sesekali mata itu memancarkan cahaya yang suram. Pandangan sekilas darinya terasa seperti tatapan seekor ular berbisa yang sangat menakutkan. Yang paling mematikan adalah ... Dia memiliki sepuluh jari tangan berwarna coklat kemerahan, dengan kuku yang sangat panjang dan tajam, terlihat seperti cakar elang yang berdarah, sangat menakutkan. "Pak Hukum, Anda datang tepat waktu, bantu saya bunuh dia!" Begitu melihat kedatangan orang tersebut, Xeno langsung gembira dan segera menunjuk Teguh untuk memberikan perintah. "Tuan Muda Xeno, baiklah, baiklah!" Pria tua itu menangkupkan tangannya untuk memberi hormat kepada Xeno, kemudian berbalik badan dan berjalan menuju Teguh selangkah demi selangkah. Sambil berjalan, dia juga berbicara. "Anak muda ... " "Namaku Hukum Sakti, aku adalah seorang ahli bela diri yang mendapatkan kemampuan dari latihan yang keras!" Dia berbicara dengan penuh kebanggaan, dan pandangannya terhadap Teguh sangat meremehkan. "Jurusku adalah cakar tulang putih sembilan bayangan, yang telah mencapai tingkat sempurna." ... Sambil berbicara, dia dengan cepat melambaikan kedua tangannya di udara. "Krak ... " "Brak ... " Ledakan energi yang kuat meletus, meja teh di depannya bahkan pecah menjadi beberapa bagian dan jatuh dengan keras ke lantai. "Kungfu yang hebat!" "Pak Hukum memang pantas menyandang namanya!" Melihat adegan ini, Xeno tidak bisa menahan diri untuk tidak memberikan pujian. Dengan adanya Pak Hukum di sini, Teguh memangnya bisa apa? Teguh bisa langsung dibunuh di tempat. Sudut mulut Hukum terangkat, membentuk seulas senyum menghina. "Sampai saat ini, aku telah menggunakan sepasang cakar ini untuk merobek kepala 399 orang dan jantung 421 orang!" ... "Juga ada delapan belas keluarga yang telah dimusnahkan oleh cakar tulang putih sembilan bayangan!" ... Hukum dipenuhi kepuasan dengan penjelasannya sampai sekarang ini. Semua ini adalah prestasi dan kehormatan yang dia kumpulkan selama bertahun-tahun. "Kalau kamu masih bisa berpikir dengan baik, cepatlah berlutut sekarang juga dan bersujud seratus kali masing-masing kepada Tuan Muda Xeno dan aku. Aku bisa membunuhmu dengan cepat dan tanpa rasa sakit." "Jika tidak ... " Hukum tertawa dengan suara yang aneh, tapi maknanya tersampaikan dengan jelas. "Berisik!" Teguh tidak tertarik untuk mendengar lebih jauh lagi. Dia berkata dengan dingin, "Kakek busuk, berhubung tanganmu sudah penuh dengan darah ... " "Sekarang aku akan mengirimmu ke neraka, bertobatlah dengan baik di sana!" ... Begitu kata-kata itu terlontar, Teguh mendekati Hukum. Dengan satu kaki di udara, jelas-jelas sedang bersiap melancarkan sebuah tendangan. Hukum seketika marah besar dan berteriak dengan keras. "Cih, jangan terlalu sombong!" "Sekarang aku akan merobekmu hidup-hidup!" Selesai berkata, dia langsung mengulurkan jari tangannya dan meraih kaki Teguh. Dengan keahliannya ... Kalau cakar ini berhasil menggenggam dengan kuat, maka akan cukup untuk merobek kaki Teguh sampai hancur! ... Namun, diiringi dengan kemarahan, Teguh melepaskan tendangan dan dalam sekejap, tendangan itu langsung menghantam ke dada Hukum. Terdengar suara benturan seperti suara truk menabrak sesuatu atau seperti sebuah gunung yang sedang runtuh. "Bam ... " Tendangan dengan kekuatan yang dahsyat itu langsung membuat tubuh Hukum terbang, menabrak dinding belakang dengan keras dan Hukum memuntahkan darah segar. Belum sempat tubuh Hukum terjatuh di lantai. Teguh sudah kembali berada di depannya. Tangan kirinya terulur, seperti seekor naga hijau yang sedang menjulurkan cakarnya, dan dengan tepat mencengkeram lengan Hukum. Kemudian, tangan kanannya meremas salah satu jari Hukum dan dengan keras memelintirnya ke belakang. "Krak!" Jari itu patah seketika. "Krak!" "Krak!" Terdengar suara yang sangat jelas. Lima jari tangan kanan Hukum dipatahkan oleh Teguh secara berurutan. Tiba-tiba saja darah mengucur deras dengan mengenaskan. Rasa sakit pada kesepuluh jari tersebut menyebabkan Hukum meneteskan keringat dingin, memutar matanya, dan hampir saja pingsan. "Aduh ... " Teriakan menyedihkan Hukum langsung bergema ke seluruh ruangan. Dia baru menyadari betapa bodohnya dia memprovokasi Teguh, karena itu sama saja dengan bunuh diri! "Tolong ampuni saya!" Hukum benar-benar ketakutan. Bisa-bisa dia kehilangan nyawanya hari ini. Oleh karena itu, dia segera memohon ampun kepada Teguh. "Tuan ... Tuan, tolong ampuni saya!" "Saya, saya ... salah. Saya tidak, tidak akan berani lagi. Saya akan menjadi budak Anda ... " Rasa sakit yang luar biasa di tubuhnya dan ketakutan yang tak berkesudahan di dalam hatinya membuat bibirnya gemetar terus-menerus, sehingga dia tidak bisa mengucapkan satu kalimat pun dengan lengkap. Teguh mendengus dengan dingin, "Bukannya tadi kamu ingin merobekku?" "Sekarang memohon ampun ... sudah terlambat!" "Kamu telah melakukan banyak kejahatan, membunuh banyak orang, sebaiknya kamu pergi saja ke neraka!" Tidak lama kemudian, Teguh mencengkeram tangan yang satunya lagi dan melakukan hal yang sama! "Krak!" "Krak!" "Krak!" Suara ini membuat merinding. Hawa dingin langsung menyebar dari tulang belakang ke puncak kepala, seluruh tubuhnya menggigil. "Aduh ... tanganku ... " Hukum masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia dipenuhi oleh rasa sakit yang luar biasa, dan bahkan ketika dia membuka mulutnya, dia hanya bisa mengeluarkan jeritan serak. Apalagi semua jari tangannya sekarang sudah patah. Hukum malah sudah pingsan juga karena kesakitan. Tapi Teguh tidak membiarkannya begitu saja dan langsung menginjak kepala pria itu hingga pecah. "Duar ... " Darah dan otak muncrat bersamaan. Setetes darah tersebut terciprat ke wajah Xeno, membuatnya ketakutan dan mundur dengan cepat. ... Pada saat ini, tidak ada lagi kesan arogansi dan kelancangan di wajahnya. ... Yang tersisa hanyalah ketakutan yang tak berkesudahan! "Kamu, kamu ... jangan mendekat!" Sambil mundur, Xeno menatap Teguh. Teguh dengan tenang berkata, "Tiga kesempatan sudah habis, giliranku memenuhi janji." "Kalau masih ada yang ingin kamu katakan, katakan sekarang juga." "Kalau tidak, nanti tidak akan ada kesempatan lagi!" ... Begitu kata-kata itu terucap, Teguh sudah berdiri di depan Xeno. "Hua ... " Intimidasi yang kuat dari Teguh langsung membuat Xeno mengompol. Cairan berwarna kuning oranye mengalir di sepanjang kaki celananya dan mengeluarkan bau pesing di udara. Xeno menatap Teguh dengan takut dan berkata dengan cepat, "Teguh, kamu tidak bisa menyentuhku, aku adalah tuan muda Keluarga Yulianto dari Provinsi Julang ... " “Kalau kamu berani menyentuhku, itu sama saja membuat Yoga Yulianto dan Rina Yulianto menjadi musuh besarmu!” "Kamu mungkin sangat jago bertarung ... " "Tapi Keluarga Yulianto pasti tidak akan bisa lari!" Ancaman! Ancaman lagi. Teguh tidak bisa menahan tawa. Orang terakhir yang mengancamnya, sepertinya masih berada di rumah sakit dan masih mengaduh-aduh kesakitan! "Shuuuu ... " Tanpa sedikit pun keraguan, Teguh megulurkan jarum perak dan menusuk tubuh Xeno. Xeno terkejut sejenak, lalu dengan cepat menutup matanya dan pingsan. ... Tak lama kemudian, Teguh meninggalkan ruangan. Tidak lama setelah dia pergi. Asisten Xeno, Bulan tiba. Melihat mayat yang berserakan di lantai dan Xeno yang pingsan, Bulan seketika marah dan syok. Ketakutannya mencapai titik maksimal. "Cepat!" "Segera beritahu kepala keluarga." "Tuan ... ada masalah!"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.