NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1605 Rex Si Tukang Daging

Joaquin Santacruz tahu apa yang telah dia lakukan. Dewa Kedua telah memberikan dukungan kepadanya selama beberapa waktu. Karena itu, dia turut menentang keberadaan dari Istana Regal. Namun, ketika dia memikirkan tentang masa depan, di mana akan ada lebih banyak lagi kesempatan baginya untuk dapat bekerjasama dengan Dunia Kedua, Joaquin tidak lagi menghargai pihak Istana Kerajaan. Selama anggota Istana Regal tidak berhasil meringkusnya hari ini, maka dia hanya perlu menunggu Dewa Kedua untuk dapat menghancurkan organisasi tersebut. Selanjutnya, dia bisa menantikan hari dimana dia dapat berjalan dengan bebas dimuka bumi ini. “Jenderal, pasukan kita telah dihabisi oleh pihak dari Istana Kerajaan. Pria itu, Sol, adalah seorang mantan Jenderal dari Segitiga Emas, bukan? Dulu, kami bahkan pernah membeli beberapa barang darinya,” ucap salah satu antek yang ada di sebelahnya. "Betul sekali." Joaquin mengangguk. "Saat ini dia adalah sosok jenderal terhebat yang ada di Istana Kerajaan." Antek itu tengah menghirup udara dingin dan bertanya dengan cemas, "Jenderal, apakah keputusan melawan Istana Regal ini memang dilakukan untuk sekelompok bocah-bocah itu?" “Brengsek!” Joaquin tiba-tiba menendang tubuh pria ini. Kemudian, dia menegur dengan keras, “Kau harus ingat bahwa mereka bukanlah anak-anak dari kalangan biasa. Mereka semua adalah keturunan dari organisasi Transenden utama di Dunia Kedua. Simpan omong kosongmu itu! Kita harus segera pergi dari sini sekarang juga. Selama kita bisa bertahan selama dua hari ke depan tanpa tertangkap oleh Istana Kerajaan, masalah ini bisa dianggap selesai.” Sekelompok orang itu mulai berbicara sambil berjalan. Tanpa waktu lama, mereka segera tiba di dasar kaki gunung. Pada saat ini, sebuah helikopter tampak melayang di udara. Joaquin juga tengah menyaksikan keberadaan pesawat ini. Pada saat itu, firasat buruk langsung muncul di dalam hatinya. “Tembak! Cepat tembak helikopter itu untuk jatuh.” Dengan itu, Joaquin segera mengambil senjatanya dan mulai menembaki helikopter yang tengah melayang diatas udara. Para anak buahnya yang ada disekitarnya tidak merasa ragu sedikitpun. Mereka semua mulai menembaki helikopter itu. Tapi, sayangnya, saat pesawat yang terbang di ketinggian seperti itu, Joaquin dan rekan-rekannya tidak bisa menembak pesawat itu dengan akurat. Ketika mereka menyadari peluru yang mereka gunakan telah habis sebelum mereka berhasil menjatuhkan helikopter itu, Joaquin tidak langsung bergegas untuk mengganti isi dari peluru itu, juga dia tidak terus menembaki helicopter itu hingga dia terjatuh. Sebaliknya, dia berlari ke arah depan secepat mungkin. Ada sebuah kendaraan SUV yang terparkir tidak jauh dari mereka. Joaquin dan yang lainnya segera masuk ke dalam kendaraan. "Jenderal, kemana kita harus pergi sekarang?" Antek yang ada di belakang kemudi segera bertanya. Joaquin menjawab, “Pertama, kita harus menyingkirkan helikopter itu.” "Baiklah." Kendaraan SUV itu mulai bergerak dan melaju dengan cepat di jalanan yang tidak terlalu luas. Kemudian, mobil ini segera tiba di sebuah jalan utama. Saat itu, terdapat banyak kendaraan dari pihak masyarakat yang sedang berlalu lalang di jalanan ini. Di dalam sebuah helikopter terdapat seorang pria tampan dengan rambut panjangnya, berjongkok di atas palka helikopter. Dia menatap kendaraan SUV yang tengah bergerak dengan kecepatan tinggi tanpa berkedip sedikitpun. Sementara itu, sosok pria ini juga bermain dengan pisau swiss army yang berada di tangannya, seolah-olah dia sedang melakukan beberapa trik sulap. Namanya adalah Rex, orang ini memiliki nama panggilan, Rex the Butcher atau biasa disebut Rex si Tukang Jagal. Dia adalah salah satu dari Delapan Belas Jenderal Istana Kerajaan. Sebelum Rex bergabung dengan Istana Regal Palace, dia sudah lebih dahulu terkenal di dunia pembunuhan. Meskipun ia dikenal sebagai Raja Pembunuh, reputasi yang dimilikinya setara dengan Black Caesar, Caesar Mercenary Corps! Ada seorang pria bertubuh besar dan kokoh tengah memegang pistol Gatling yang ada di sebelahnya. Alat bidik dari senjata Gatling itu telah diarahkan kepada kendaraan SUV yang bergerak dengan kecepatan tinggi di atas jalanan. “Rex, haruskah aku menembak mobil itu? Turunkan saja kecepatannya sedikit lagi, dan aku akan jamin bahwa aku bisa menguranginya menjadi sampah,” ucap pria bertubuh besar yang ada di sebelahnya. Rex menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Tidak, Hadwin. Kau akan melakukan banyak kerusakan pada kendaraan warga sipil yang ada di jalanan. Kita tidak bisa secara acak membunuh orang yang tidak bersalah.” “Ingatlah, bahwa kedatangan kita untuk bertemu dengan Joaquin untuk mendapatkan informasi darinya tentang Dewa Kedua. Kita tidak akan membawanya keluar. Jika kita membunuhnya, maka semua upaya yang kita lakukan hari ini akan menjadi sia-sia.” Pria bertubuh besar yang ada di sebelahnya kembali melanjutkan, “Di hadapan kami terdapat sebuah daerah kumuh dengan medan lokasi yang cukup rumit. Mungkin, dalam waktu lima menit, kendaraan ini akan memasuki kawasan kumuh itu. Kami akan mengalami kesulitan untuk dapat melacak Joaquin dan juga anak buahnya saat mereka keluar dari mobil.” “Tenang saja! Kita bisa melakukan pendekatan ke mobil mereka dan terus mengikuti pergerakan mereka dibawah sana.” "Oke." Helikopter mulai bergerak turun. Rex dan Hadwin telah mengunci pandangan mereka ke arah kendaraan SUV yang ditempati oleh Joaquin dan anak buahnya. Oleh karena itu, pesawat itu terus saja melayang di atas mobil. Pada saat ini, mata Rex telah berubah menjadi setajam elang. Tatapannya telah terkunci mati pada sosok kendaraan SUV. Kemudian, dia mengambil napasnya dalam-dalam dan melompat ke atas udara. Seketika, Rex terjatuh dengan anggun keatas tanah seperti seekor elang. Boom!!! Sebuah ledakan keras terdengar! Rex telah mendarat di atas kap kendaraan SUV yang tengah bergerak itu. Sayangnya, suara gemuruh itu juga telah membuat seluruh kap SUV itu pecah. Bahkan ban depan dan keempat sisi kaca jendela telah hancur akibat tabrakan itu. “Arghh!!!” Raungan keras terdengar dari Joaquin dan yang lainnya yang berada di dalam kendaraan. Sebelum mereka bisa bereaksi terhadap apa yang baru saja mereka alami, kendaraan SUV itu berhenti di tengah jalan, menyusul ledakan suara mobil yang berdecit hingga memekakkan telinga. Joaquin dan anak buahnya benar-benar merasa tercengang. Saat mereka berada dalam situasi yang linglung, Rex mulai mengeluarkan pistol dari dalam sakunya dan mencoba membidik sasaran mereka dengan tepat. Semua anak buah Joaquin telah ditembak mati di antara kedua alis mereka. “Halo, Tuan Santacruz. Aku pikir kita harus mengobrol dengan baik.” Rex meletakkan pistol yang ada di tangannya dan terus bermain dengan pisau swiss army-yang ada di depan Joaquin. Pria itu masih terjebak dalam suasana kalut. Ketika akhirnya dia tersadar dari kesurupannya, dia mulai merasakan sensasi yang hangat di antara selangkangannya. Pria ini sangat ditakuti oleh Rex sampai-sampai dia mengompol. "Kau harus segera keluar dari mobil!" Rex menarik kerah Joaquin dan mengangkatnya keluar dari dalam kendaraan. Ada banyak kendaraan yang diparkir di sekitar mereka. Orang lain yang berada di dalam mobil mulai menatap mereka dengan perasaan takut. Beberapa orang bahkan telah meninggalkan kendaraan mereka dan melarikan diri dari tempat kejadian. Rex menggendong Joaquin seperti seekor anjing mati. Kemudian, dengan santai dia mulai masuk kedalam mobil secara acak dan melaju kencang menuju ke daerah kumuh yang ada di depannya. Di dalam mobil, Joaquin tampak menatap Rex, wajahnya terlihat pucat ketika dia bertanya, “Hei bro, kau… Kau ini siapa?” “Aku adalah salah satu dari Delapan Belas Jenderal Istana Kerajaan, Rex si Tukang Jagal,” jawab Rex. Ketika dia mendengar 'Istana Kerajaan', Joaquin menjadi terperangah. Tubuhnya terasa lemas saat duduk di kursi penumpang seolah-olah saat ini dia telah berubah menjadi tumpukan lumpur yang lembek. Saat itu, Rex tampak mengeluarkan ponselnya dan memutar nomor Sol. Panggilan dijawab. Suara tembakan yang menusuk terdengar di seberang ujung telepon. Rex bertanya, “Hei, Sol Tua. Bagaimana keadaanmu di sana? Aku telah berhasil menangkap Joaquin.” "Oh baiklah!" Sol menjawab dari ujung telepon yang lain. “Oke, di mana lokasi mu sekarang? Aku akan segera menghampirimu.”

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.