Bab 481
Valencia menatap lelaki itu. Sepasang mata bulatnya tampak berbinar.
Selama beberapa saat, dia memandang Lorenzo tanpa berkedip, lalu tiba-tiba tertawa pelan. "Lorenzo, kamu ganteng banget."
"Kalau begitu, kamu mau cium aku?" tanya pria itu sambil menatap matanya.
Tatapan Lorenzo yang dalam seakan mengandung sihir, menyeret dan menjebaknya di sana.
Valencia yang sudah mabuk pun tertawa seperti anak kecil, lalu mengangguk. "Iya, mau."
"Kalau begitu, sini cium aku." Suara Lorenzo terdengar serak dan rendah.
Lelaki itu bersandar ke belakang, sedikit mendongakkan wajah. Tatapannya lurus ke depan, menunggu Valencia mencium dirinya lebih dulu.
Valencia tidak ragu. Dia membungkuk, mendekat, dan menyentuhkan bibirnya.
Bibir mereka bersentuhan.
Namun, ciuman Valencia kacau, tak beraturan sama sekali.
Teknik menciumnya tidak ada kemajuan.
Lorenzo membalasnya pelan. Senyum tipis terukir di sudut bibirnya. Hatinya terasa sehangat cahaya matahari pagi.
Valencia terus mencium. Namun, semuanya hanya

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda