Bab 422
Setelah berlari menuruni tangga, mata Valencia langsung menangkap sosok punggung yang sangat dikenalnya.
Pria itu tampak kedinginan dan kesepian.
Dia berdiri membelakanginya.
Sepatu milik pria yang biasanya selalu menjaga kebersihan itu kini penuh dengan lumpur. Bagian bawah celananya juga kotor dan basah. Bahkan ada bekas cipratan lumpur di bajunya.
Belum pernah Valencia melihat Lorenzo dalam keadaan sekotor itu.
Hidung Valencia mendadak terasa perih, dadanya seperti diremas.
Tanpa pikir panjang, dia berlari dan memeluk Lorenzo dari belakang.
"Kamu datang," bisiknya pelan, nyaris tidak terdengar.
Tubuh pria itu menegang.
Sudah lama dia tidak merasakan pelukan itu.
Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar kerinduannya.
Langit pagi mulai dibalut semburat jingga yang lembut, seolah Sang Pelukis tanpa sengaja menumpahkan catnya di sana.
Asap dapur mulai menjulang, bercengkerama dengan kabut pagi, layaknya sepasang kekasih yang lama terpisah dan akhirnya bertemu kembali.
Siluet pepohonan kian

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda