NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta yang TerlambatCinta yang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 7

Kali berikutnya Thalia melihat Hanisha adalah di rumah sakit. Hanisha berjalan mengikuti direktur dan diperkenalkan sebagai dokter baru di sana. Thalia sedang menulis catatan. Ketika mendongak, dia melihat Hanisha berdiri di samping Zavier. Keduanya sedang membicarakan sesuatu dengan kepala tertunduk. Dengan jas dokter dan ekspresi acuh tidak acuh yang sama, mereka berdua terlihat sangat serasi. Seolah menyadari tatapan Thalia, Hanisha tiba-tiba berbalik menatap lurus ke arah Thalia. Tatapan itu benar-benar datar dan saksama seolah-olah sedang membongkar Thalia dari dalam ke luar. Kemudian, Hanisha menarik pandangannya dan membisikkan sesuatu kepada Zavier. Zavier juga mengangkat pandangannya dan menatap Thalia sambil sedikit mengernyit. Sebagai salah satu rumah sakit terkemuka di Kota Jinara, Rumah Sakit Jinara selalu sibuk setiap hari. Upacara penyambutan Hanisha berlangsung dengan singkat. Hanya ada beberapa patah kata, kemudian semua orang mulai bekerja seperti biasa. Para dokter bubar, sedangkan Thalia membereskan barang-barangnya dan bersiap mengambil darah dari beberapa pasien. Tiba-tiba, terdengar ketukan di meja pos perawat. Suara dingin Zavier pun terdengar. "Berikan aku semua catatan pemantauan dari pasien kasur nomor 4 selama seminggu terakhir." Thalia menyerahkan catatan itu kepada Zavier sambil bertanya, "Apa kamu akan mengambil alih pengobatan pasien di kasur nomor 4?" Zavier terus membolak-balik buku itu, lalu menyahut, "Kamu seharusnya mengambil darah dari pasien lain daripada bertanya seperti itu padaku." "Aku hanya khawatir." Zavier balas menatap Thalia dengan wajah tanpa ekspresi. "Ada banyak orang di rumah sakit yang membutuhkan pengobatan. Jangan buang waktu bicara. Menit yang sudah kamu buang itu cukup untuk mengukur suhu tubuh tiga pasien." Zavier selalu berbicara tanpa kenal ampun. Ada cukup banyak orang di pos perawat yang melirik Thalia dengan kasihan setelah mendengar ucapan Zavier. Gerakan tangan Thalia juga berhenti. Lalu, terdengarlah suara Hanisha yang dingin. "Dokter dan perawat punya tanggung jawab masing-masing. Jangan melewati batas dan ikut campur. Itu aturan dasarnya." Karena sudah seperti ini, Thalia pun tidak dapat menjelaskan lebih lanjut. Dia akhirnya berdiri dalam diam dan bersiap pergi ke kamar rawat untuk mengambil darah. Ketika berpapasan dengan Zavier dan Hanisha saat meninggalkan pos perawat, Thalia mendengar Hanisha berkata kepada Zavier, "Pelatihan perawat di rumah sakit kalian sepertinya nggak terlalu bagus." Zavier mengiakan dan menjawab, "Ini hanya kasus spesial, tapi nanti biar kulaporkan soal ini kepada direktur." Saat istirahat makan siang, telinga Thalia terasa agak sakit. Dia pun bersembunyi di kamar mandi dan melepas alat bantu dengarnya. Masalah pendengaran Thalia makin parah. Karena terlalu lama memakai alat bantu dengar, gangguan pendengaran Thalia juga memburuk. Itu sebabnya Dokter Raffa menyarankan kepada Thalia waktu di pemeriksaan terakhir agar secepatnya menjalani implan koklea. Thalia berdiri di dalam bilik. Begitu melepas alat bantu dengarnya, dunianya menjadi sunyi. Alat bantu dengar pertama Thalia diberikan oleh Zavier. Setelah setengah tahun pendengaran Thalia bermasalah dan usaha dari setiap dokter yang Keluarga Wenos temui selalu gagal, akhirnya mereka kehilangan kesabaran dan tidak mau mengobati Thalia lagi. Irish-lah yang memberi tahu Zavier tentang masalah ini. Keesokan harinya, Zavier membawakan Thalia sepasang alat bantu dengar. Hari itu, Thalia bisa mendengar suara Zavier dengan jelas lagi setelah setengah tahun berlalu. Zavier berkata kepada Thalia, "Pakai yang benar, jangan dilepas." Thalia tinggal di kamar mandi selama lebih dari sepuluh menit dan baru keluar ketika telinganya sudah terasa lebih baik. Pos perawat tampak ramai dengan aktivitas, tampaknya mereka tengah mendiskusikan sesuatu. Mereka berdiskusi sambil sembunyi-sembunyi. Saat melihat Thalia kembali, semua mata tertuju padanya lagi. Thalia pun terdiam sesaat. "Ada apa?" Seseorang berkata, "Katanya Keluarga Wenos menyumbangkan lima alat lagi ke poli kita, semuanya adalah alat tercanggih di dunia." Thalia mengangkat pandangannya dan telapak tangannya refleks menegang. Saat pertama kali masuk rumah sakit, Andre juga mengirimkan dua buah alat ke rumah sakit. Kedua alat ini menjadi beban bagi Thalia, karena Andre berkata bahwa Keluarga Wenos tidak akan mengeluarkan uang untuk ini jika bukan karena telinga Thalia. Sekarang, kelima instrumen itu pasti untuk Hanisha. Salah seorang rekan kerja Thalia tidak menyadari ada yang aneh dari ekspresi Thalia dan berkata dengan iri, "Mereka bilang putri mereka bekerja di rumah sakit, jadi mereka ingin membantunya. Thalia, orang tuamu baik sekali."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.