NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta yang TerlambatCinta yang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 21

Saat Thalia kembali ke rumah sakit, waktu menunjukkan tepat pukul satu. Ruang rapat sudah terisi penuh. Tiara berbisik pada Thalia, "Ada orang yang buat keributan di rumah sakit. Keluarga pasien nomor lima bersikeras kalau orang dari departemen kita sengaja membocorkan informasi ke media. Sekarang, mereka menuntut penjelasan dari rumah sakit." Thalia menatap ke depan. Di tengah meja rapat, direktur rumah sakit dan kepala departemen duduk bersebelahan. Di samping mereka ada seorang perempuan berwajah pucat yang mengenakan pakaian pasien. Begitu memperhatikan lebih jelas, Thalia baru sadar kalau perempuan itu adalah orang yang tak sengaja ditemuinya di kantor Zavier. Waktu itu hanya sekilas, jadi dia tak mengenalinya. Sepanjang rapat, pihak rumah sakit menekankan pentingnya perlindungan privasi pasien dan menyatakan bahwa kasus ini sudah terlalu parah, jadi akan diusut tuntas. Baik secara terang-terangan maupun tersirat, semua orang diingatkan bahwa jika memang ada orang yang melakukannya, sebaiknya segera mengaku. Tiara menarik Thalia keluar ruangan, lalu berujar sambil menggeleng tak percaya, "Yang benar saja. Cuma segelintir perawat yang pernah lihat pasien nomor lima. Kalau mau selidiki, ya selidiki dokter dan perawat yang pernah menanganinya saja. Kenapa harus libatkan kita?" Thalia menoleh ke arah ruang rapat. Dia melihat Zavier sedang berbicara dengan kepala rumah sakit. Pasien nomor lima juga berada di sebelah pria itu. Tiara mengikuti arah pandangnya, lalu berkata, "Oh ya, Dokter Zavier memang dokter penanggung jawab pasien itu. Dia nggak cerita ke kamu?" Thalia mengerutkan kening. "Mana mungkin dia cerita soal hal yang seharusnya dirahasiakan ke aku?" Lalu, dia menoleh lagi ke arah Zavier. Postur tubuh Zavier yang tinggi tegap, ditambah dengan jas dokter yang dikenakannya membuatnya terlihat berwibawa. Thalia sempat melihat wajah samping Zavier. Dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi jelas terlihat raut wajah pria itu yang serius dan dahinya yang agak berkerut. Thalia menggigit bibirnya dengan sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran. Karena masalah ini, suasana seluruh departemen menjadi muram. Tak ada yang berani bicara keras di pos perawat. Semua fokus pada tugas masing-masing. Thalia menunggu di rumah sakit hingga Zavier selesai kerja. Begitu Zavier keluar dari kantor, Thalia langsung mengikutinya. Zavier meliriknya sekilas dan bertanya, "Ada apa?" Thalia berkata dengan lirih, "Tadi waktu rapat, kepala rumah sakit bilang apa ke kamu? Soalnya aku lihat kamu kelihatan serius banget." Zavier menghentikan langkahnya. Dia menoleh menatap Thalia, sedikit menunduk, lalu berkata dengan suara rendah, "Itu bukan urusanmu, jangan tanya." Thalia terkejut. Dia menunduk dan menjelaskan, "Aku cuma khawatir sama kamu." Setelah jeda sebentar, dia melanjutkan, "Aku baru tahu kamu dokter penanggung jawab Bu Trista." Nada bicaranya terdengar hati-hati dan ragu-ragu. Zavier menatap Thalia dengan tatapan tenang dan penuh pertimbangan, seolah sedang memikirkan sesuatu. Thalia mendadak merasa gelisah. Dia tahu Zavier tak suka kalau dia terlalu ikut campur. Dia pun menggigit bibirnya, lalu menjelaskan lagi, "Aku cuma merasa ini masalah serius. Satu departemen sudah kena imbasnya. Pihak rumah sakit juga pasti akan mengawasi lebih ketat." Zavier mengalihkan pandangannya dari Thalia. Setelah diam sejenak, dia berkata dengan tenang, "Daripada mencemaskan orang lain, lebih baik pikirkan dirimu sendiri. Kamu yang lihat Bu Trista di kantor hari itu." Thalia tertegun, pikirannya langsung kosong. "Apa?" Ekspresi Zavier tetap dingin saat menatap Thalia. "Cuma sedikit orang yang tahu kalau Bu Trista dirawat. Departemen juga sudah punya tim medis khusus buat menanganinya." "Selain tim medis, sejauh ini cuma kamu yang terlihat pernah bertemu dengannya." Nada suara Zavier tak berubah sedikit pun. Kata-katanya terdengar menusuk saat berkata, "Kepala rumah sakit dan direktur departemen akan memanggilmu. Bersiaplah." Butuh waktu lama bagi Thalia untuk mencerna informasi itu. Dia membuka mulut, lalu berkata dengan canggung, "Hari itu aku bahkan nggak mengenali Bu Trista. Itu nggak ada hubungannya denganku." Zavier berkata dengan acuh tak acuh, "Jelaskan saja itu ke kepala rumah sakit."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.