NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta di Ujung SenjaCinta di Ujung Senja
Oleh: NovelRead

Bab 5

Wina tidak menyangka Rani bisa sampai hilang akal dan menggila begini. Wina yang tidak bisa bernapas karena dicekik itu pun dibuat ketakutan setengah mati. Wajahnya sudah merah padam. Dia berjuang melepaskan diri, vas di sampingnya sampai jatuh dan menimbulkan kegaduhan. Pintu ruangan akhirnya terbuka dari luar. Jodi berjalan masuk dan sontak kaget melihat apa yang terjadi. Pria itu menendang Rani dengan satu kaki. Wanita itu pun jatuh ke samping dengan keras. Bahkan lukanya sampai berdarah lagi dengan diikuti rasa sakit yang menusuk. Sementara Wina sudah ada di pelukan Jodi. Kepanikan di wajah pria itu sampai sulit dijelaskan dengan kata-kata. Wajah Wina sudah mulai membiru. Jodi segera menyuruh orang membawanya agar dapat perawatan. Kini di ruangan itu cuma ada dia dan Rani. Keheningan di antara mereka terasa mencekam. Rani bangkit dari lantai dengan kondisi menyedihkan. Baju pasien berwarna biru putih yang dia kenakan sudah berlumuran darah. Saat dia baru berdiri, Jodi malah langsung mencekik lehernya. Pria itu menatapnya dengan tatapan jijik. "Kenapa kamu kejam sekali, Rani! Sudah baik Wina mau menjengukmu, tapi kamu malah mencekiknya. Apa kamu seiri itu? Kamu secinta itu padaku?" Tubuh Rani membeku, kedua tangannya terkepal. Dia tiba-tiba panik. Jodi tahu kalau dia mencintai pria ini. Cengkeraman Jodi makin menguat saat berkata dengan dingin. "Aku akan segera membatalkan pertunangan kita. Mulai sekarang, kita nggak punya hubungan apa-apa lagi. Simpan saja pikiran kotormu itu. Kita cuma pernah tidur bersama, nggak lebih. Aku nggak akan pernah menyukaimu seumur hidupku." Kedua mata Rani memerah, hatinya seperti ditusuk-tusuk jarum. Rasanya begitu menyakitkan sampai dadanya sesak. Dia kira, dirinya selama ini sudah sangat rapi dalam menutupi rasa cintanya untuk Jodi. Tapi rupanya pria itu sudah tahu dari awal. Semua yang sudah Rani lakukan selama ini terlihat seperti lelucon di mata pria itu. Kedua mata Rani sudah berkaca-kaca saat melontarkan pertanyaan yang selama ini menghantuinya. "Jantung guruku ada di tubuh Wina. Apa kamu yang sudah menyuruh orang mentransplantasikannya? Kamu sungguh sudah menjadikan abu guruku makanan ikan?" Jodi kaget sampai terdiam. Dia tidak menyangka Rani bisa tahu hal ini. Tapi waktu itu dia tidak tahu kalau pria itu adalah guru Rani. Sementara kondisi Wina sedang kritis, dan Jodi nggak mungkin membiarkannya mati. Jodi juga tidak bisa mengelak dari apa yang sudah terjadi. "Jantung itu memang jantung gurumu. Wina bilang dadanya masih sakit setelah operasi transplantasi. Saat periksa ke pengobatan alternatif, katanya itu karena masih digelayuti abu pemilik jantung yang asli. Makanya aku menebarkan abunya jadi makan ikan." Tubuh Rani gemetar, dadanya naik turun saking marahnya. Dia menatap Jodi dengan kedua mata melotot. "Itu guruku! Jodi, manusia macam apa kamu ini?" Jodi masih terlihat tenang seolah semua itu tidak penting baginya. "Kan cuma abu. Anggap saja pemanfaatan sampah jadi pakan ikan, yang penting Wina sudah baikan." Usai melontarkan kalimat barusan, Rani yang mendengarnya makin dibuat marah. Dia tiba-tiba menarik pisau buah dan mau menusukkannya ke jantung Jodi. Hati Rani hancur berkeping-keping. Jodi tahu seberapa besar arti guru Rani bagi wanita itu. Tapi masih melakukan hal keji tersebut. Hati Rani benar-benar sudah hancur. Semua yang terjadi sebelumnya seperti lelucon. Rani tersenyum getir. Dia memegang erat pisau di tangannya. Jodi refleks melawan. Dia tidak tahu kenapa Rani nekat begini. Di tengah kekacauan tersebut, Jodi berhasil merebut pisau tadi. Saat sudah sadar, pisau itu malah sudah menancap di jantung Rani. Tubuh Rani pun ambruk ke lantai dalam sekejap. Dia terbaring menatap Jodi, lalu menutup mata dengan putus asa. Dia sudah mengecewakan gurunya, bahkan tidak sanggup membunuh Jodi dengan tangannya sendiri. Dia sudah mencintai Jodi sampai ke tulang. Dia membenci dirinya sendiri karena gagal membalaskan dendam gurunya. Kesadaran Rani makin berkurang. Dia kira dirinya akan mati, dan dia akan menganggap ini sebagai penebusan dosanya pada gurunya. Pandangan Rani sudah kabur, tapi dia bisa mendengar suara Jodi yang panik. Suara parau pria itu terdengar panik. Dia memeluk Rani di lantai sambil berteriak. "Dokter! Dokter!" Jodi tidak tahu kenapa semua jadi begini. Dia cuma mau memberi Rani pelajaran. Dia tidak benar-benar ingin melukai wanita ini. Lampu tanda gawat menyala semalaman. Pintu ruang tindakan akhirnya terbuka. Begitu melihat dokter keluar, Jodi langsung menghampirinya sambil menanyakan kondisi Rani. "Pasien sudah melewati masa kritis. Kalau pisau itu meleset sedikit saja, kami nggak akan bisa menyelamatkannya." Jodi baru bisa tenang usai mendengarnya. Beban berat di bahunya seolah sudah terangkat. Raut wajah Wina tiba-tiba berubah tidak enak saat melihatnya.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.