NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 9 Kamu Seharusnya Bicarakan pada Hardy

Susan menyetir menuju tempat tinggal Milana dengan perasaan campur aduk. Tempat ini didekorasi dengan sangat hangat. Jelas terlihat, banyak energi dan perhatian yang dicurahkan untuk tempat ini. Ada banyak bunga mawar ditanam di halaman. Seekor kucing putih sedang berbaring di ayunan di halaman. Ini dulunya adalah rumah impian Susan, tetapi Hardy memberikan rumah ini kepada Milana. Dia menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya, lalu menekan bel pintu. Milana muncul di balkon lantai dua, lalu memandang Susan dari atas ke bawah sambil tersenyum manis. "Nona Susan sudah datang." Susan secara alami mengangkat hadiah di tangannya. "Aku mewakili perusahaan datang mengunjungi Nona Milana." "Nona Susan terlalu segan." Milana turun untuk membukakan pintu, lalu mempersilakan Susan masuk. Dia berpura-pura mengangkat rambutnya dengan santai, memperlihatkan bekas merah di lehernya. "Rumah ini agak berantakan. Aku belum sempat memanggil orang membersihkannya." Susan tidak melewatkan bekas ciuman di leher Milana, gaun tidur yang berantakan di lantai, dan kondom ... yang sudah digunakan. Milana sengaja memperlihatkan pemandangan ini padanya. Susan mengumpulkan semangat dan meletakkan hadiah di atas meja, lalu berkata dengan suara lembut, "Nona Milana, aku ingin bahas soal kerja sama." Milana duduk di sofa sambil memandang Susan di depannya. Lantaran tidak ada orang lain di sana, jadi dia juga malas berpura-pura lagi. Dia berkata dengan santai, "Kalau begitu, aku akan jujur saja. Aku bisa memberimu proyek itu, tapi kamu harus bercerai dengan Hardy dan meninggalkan Kota Jinggara." Sesuai dugaan Susan, Milana pasti akan menggunakan proyek ini untuk memaksanya berpisah dengan Hardy. Hanya saja, yang tidak dia duga adalah Hardy tidak memberitahunya bahwa mereka sudah bercerai? Sekarang yang kurang hanya surat cerai resmi saja. Dia bisa bercerai dengan Hardy, tetapi dia tidak akan setuju meninggalkan Kota Jinggara. "Aku menolak permintaanmu." Saat Susan menatap Milana, suaranya begitu tenang. "Aku nggak akan meninggalkan Kota Jinggara." Milana tersenyum sambil menyilangkan tangannya. "Kalau begitu, nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Tunggu perusahaan kalian bangkrut saja." Susan menatapnya dengan tajam. "Milana, apa yang kamu takutkan?" Senyum di wajah Milana memudar. Ada sedikit emosi dan rasa malu di dalamnya. "Apa kamu bilang?" "Hardy begitu mencintaimu, mengapa kamu begitu nggak percaya diri?" Susan tiba-tiba tertawa kecil. Milana merasa tawa itu agak sinis. Apalagi, tatapan Susan seolah-olah bisa menembus rencana yang telah disusunnya dengan hati-hati. Milana menenangkan dirinya. Dia memiliki cinta dari Hardy, jadi seharusnya bukan dia yang panik. Dia mengangkat gelas berisi air dan menyesapnya. "Kehadiranmu hanya akan mengganggu Hardy dan membuatnya terus-menerus teringat bagaimana kamu menjebaknya menikahimu." "Kalau begitu, kamu seharusnya lebih terbuka. Kamu justru begitu nggak sabar mengusirku dari Kota Jinggara. Cara ini membuatmu kelihatan sangat nggak percaya diri." Susan berdiri dan tersenyum pada Milana. "Nona Milana, maaf sudah mengganggu." "Nggak kuantar lagi." Tangan Milana yang menggenggam gelas makin erat. Nada suaranya dingin. Susan berbalik dan pergi. Suara Milana terdengar dari belakang. "Susan, kamu tahu nggak Hardy bersamaku dalam dua hari terakhir ini?" Susan tidak menoleh ke belakang, tetapi hanya menunduk dan berkata, "Sekarang aku tahu." Mungkin karena sudah terlalu sering sakit hati, jadi saat melihat adegan ini, dadanya akan terasa sesak sebentar, tetapi kemudian, dia sudah lebih berpikiran terbuka. Lama-lama akan terbiasa. "Susan, akulah orang yang dicintai Hardy selama ini. Kamu seharusnya mundur. Terus-terusan menjeratnya hanya akan membuatmu terlihat nggak terhormat." Milana juga berdiri. "Kamu sudah menunda kami selama dua tahun." Susan berhenti melangkah, lalu menyeringai. "Kamu seharusnya bicarakan hal ini pada Hardy." Hardy tidak menyebut masalah mereka telah bercerai, jadi Susan juga tidak perlu memberi tahu Milana. Orang yang membicarakan masalah terhormat ini justru melakukan hal-hal yang tidak terhormat. Setelah Susan pergi, Milana memandangi hadiah-hadiah di meja, lalu menyapu semua barang itu ke lantai seperti orang gila.

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.