NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content
Maaf, Tak SeleveMaaf, Tak Seleve
By: NovelRead

Bab 27 Mengungkapkan Identitas

Ardelia menarik tangannya tanpa ekspresi, lalu memandang ke arah Nyonya Besar Aruna, "Nenek." "Hmm, duduklah." Seperti biasa, Nyonya Besar Aruna tampil anggun dalam gaun panjang retro, anggun dan penuh wibawa, dengan giok di tangan. Ardelia duduk di sebelah Nyonya Besar Aruna. Di seberang meja, ada Melisa dan Adrian. Kedua menatapnya seolah sedang menunggu sesuatu, tapi Ardelia hanya berbicara pada Nyonya Besar Aruna, tidak berniat menyapa mereka. "Plak!" Wajah Reza terlihat sangat jelek, "Ardelia, kamu nggak lihat ada orang tuamu di sini? Kamu bahkan nggak menyapa mereka? Benar-benar nggak tahu sopan santun!" Ardelia menatap Reza dengan datar, sama sekali tidak takut dengannya, "Kalau bicara soal nggak punya sopan santun, sepertinya nggak ada yang bisa mengalahkanmu. Nenek belum bilang apa-apa, malah kamu yang bicara?" "Kamu ...." Reza baru mulai bicara, tapi Nyonya Besar Aruna sudah membentaknya, "Reza, tutup mulutmu!" Tatapan Nyonya Besar Aruna penuh kekecewaan. Melisa buru-buru menepuk putranya, "Reza, kenapa kamu bicara seperti itu dengan adikmu?" Reza menggertakkan gigi, tidak berani membalas, tapi matanya penuh kebencian. Vienna melihat Ardelia, "Kakak, maaf ya. Kak Reza hanya terlalu peduli dengan ayah dan ibu, makanya jadi emosional. Kakak jangan marah, ya?" Ardelia bahkan tidak meliriknya, dia hanya berkata pada Nyonya Besar Aruna, "Nenek, kenapa memanggilku ke sini hari ini?" Nyonya Besar Aruna yang berwibawa itu berbicara dengan nada lebih lembut pada Ardelia, "Memang ada hal penting, tapi kita bicarakan setelah makan." "Baik." Sepanjang makan, kebanyakan hanya Nyonya Besar Aruna dan Ardelia yang berbicara. Reza sibuk mengambilkan makanan untuk Vienna, sama sekali tidak menoleh ke arah Ardelia. "Vienna, penjualan produk perawatan kulit Grup Sakura sudah tembus dua puluh miliar," kata Reza sambil melihat berita di ponselnya, "Padahal produk sebelumnya hanya laku sepuluh miliar, kali ini bisa dua kali lipat semuanya berkat kamu." "Itu karena mereka memang punya kemampuan," jawab Vienna sambil tersenyum. Reza melirik Ardelia dengan sinis, "Ada juga yang penjualannya baru enam belas miliar saja, benar-benar lucu padahal sudah pakai artis papan atas!" "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Nyonya Besar Aruna sambil mengerutkan dahi. Reza langsung menjawab, "Nenek, perusahaan tempat Ardelia kerja awalnya mau memakai Vienna menjadi duta merek, tapi Ardelia malah membatalkan kerja samanya dan ganti orang lain. Sayangnya, sekarang penjualannya kalah dari perusahaan yang Vienna wakili!" Vienna berkata lembut, "Itu bukan karena aku, tapi karena produk perawatan kulit Grup Sakura memang sudah terkenal." "Kalau begitu, apa yang perlu dibanggakan?" kata Nyonya Besar Aruna tegas. Wajah Vienna dan Reza langsung berubah. Beberapa detik kemudian, Vienna baru berkata, "Nenek benar, nggak ada yang perlu dibanggakan." Tapi kukunya menekan telapak tangannya. Dasar nenek tua sialan! Dia jelas memihak Ardelia! Apa sih bagusnya Ardelia? Selain hubungan darah, hal lain jelas tak sebanding dengannya! Nenek itu benar-benar kolot! Memangnya hubungan darah sepenting itu? Reza juga merasa marah, tapi di hadapan Nyonya Besar Aruna, dia tidak berani bicara lagi. Nyonya Besar Aruna bisa membaca isi hati keduanya dan merasa kesal. Setelah itu, mengalihkan pandangannya, "Ardelia, hari ini aku memanggilmu ke sini, karena ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu." Saat bicara, Nyonya Besar Aruna mengeluarkan sebuah map. Ardelia membukanya dan terkejut saat melihat isinya. "Nenek, ini terlalu berharga." Ardelia mengayunkan tangannya. "Kamu cucuku, tentu saja kamu berhak mendapatkan bagianmu." Nyonya Besar Aruna bersikeras. Ardelia tidak bisa menolak lagi, akhirnya terpaksa menerima. Ketika menatap ke atas, dia melihat keempat anggota Keluarga Lume menatapnya dengan tajam. Dia menunduk dan ada kilatan melintas di matanya. Makan malam pun selesai, Nyonya Besar Aruna berpamitan dengannya. Namun, keempat anggota Keluarga Lume masih belum pergi, mereka sengaja menunggu sampai Nyonya Besar Aruna benar-benar pergi baru kemudian Adrian berkata, "Ardelia, bagaimana kehidupanmu di luar?" "Lumayan baik." "Bagaimana kalau kamu tinggal di rumah saja?" Adrian menampilkan senyum ramah untuk pertama kalinya. "Kamu seorang gadis, kami khawatir jika kamu tinggal sendiri di luar. Rumah kita luas, kalau kamu mau pulang, kami bisa menebus kesalahan kami. Bagaimana?" Ardelia menyipitkan mata, memperhatikan ekspresi Adrian. Beberapa detik kemudian, dia berkata, "Aku akan pikirkan dulu." Melihat bujukannya tidak berhasil, Adrian langsung berkata, "Begini saja, sebulan lagi, pas ulang tahunmu yang ke-20, aku akan adakan pesta pengakuan di depan semua orang. Saat itu aku akan umumkan kalau kamu adalah putriku. Bagaimana? Kamu sekalian tinggal di rumah." Begitu kalimat itu keluar, wajah Vienna langsung berubah.

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.