NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 2266

Srak, srak, srak! Setelah para budak tersadar kembali, mereka segera berdatangan dari segala arah dan bersiap mempertaruhkan nyawa mereka untuk bertarung melawan Teguh. Sementara Teguh, pria itu mengernyitkan keningnya. Sebenarnya mereka hanyalah kumpulan manusia yang bernasib malang. Dan kebetulan, memang dirinya bernasib jauh lebih beruntung. Swoosh! Saat masih merasa ragu, seketika muncul bayangan seseorang mulai melesatkan serangan dan menghantamkan tinjunya ke punggung Teguh dengan keras dan kejam. Akan tetapi! Teguh malah merasa pukulan itu sangat lemah. Teguh pun langsung mengerti. Kenyataan bahwa mereka bisa berakhir diperbudak oleh sosok bayangan Phoenix saja sudah menandakan kalau mereka sangat lemah. Lantas, apakah seorang yang sebegitu lemah hingga terperangkap ini masih bisa disebut sebagai seorang master? Apalagi, menjalani perbudakan dengan tubuh yang terbungkus penuh dengan kain selama ini, sudah bisa dipastikan intensitas kekuatan yang terkandung dalam tubuh mereka sudah berangsur melemah. Tersirat sebuah ide di benak Teguh! Nguung! Detik berikutnya, ketika pukulan yang dilancarkan salah satu penyerang hampir mengenai Teguh, Teguh segera melancarkan sebuah serangan kekuatan abadi ke arahnya. "Sadarlah!" Layaknya sebuah semburan air dingin yang menyegarkan, seketika penyerang itu menghentikan aksinya dan terdiam di tempat. Bersamaan dengan itu, dengan aliran kekuatan abadi yang tak hentinya tersalurkan ke dalam tubuhnya, penyerang itu perlahan tersadar kembali. "Wah! Hei, Sobat! Terima kasih sudah menyadarkanku!" Penyerang yang berhasil tersadar kembali segera bersujud dan berterimakasih pada Teguh. "Ya, ya, Kita bahas nanti dulu ya." Teguh bahkan tidak punya waktu untuk bicara lebih jauh. Ini karena, jumlah budak yang menyerangnya terlewat banyak. Namun, setelah selesai bertarung dengan separuh dari mereka, Teguh mulai bisa beradaptasi menghadapi para budak itu. Dengan bantuan Sayap Siluman Burung Langit, secepat kilat Teguh sudah bisa menghindari pukulan serangan yang dilancarkan, lalu beralih memasukkan kekuatan jiwa ke dalam tubuh mereka. Sosok bayangan Phoenix itu tak lagi ada di dunia ini. Bahkan, tanpa bantuan Teguh sekalipun, sebenarnya mereka bisa perlahan pulih dari mentalitas yang terjarah itu. Hanya saja, Teguh sendiri yang bersedia untuk mempercepat proses penyembuhan mereka. Tak berselang lama, seluruh budak itu pun berhasil disadarkan kembali oleh Teguh. "Hei, Sobat! Terima kasih banyak ya, kamu benar-benar penyelamat!" Mereka semua segera bersujud dan berterimakasih kepada Teguh. Sementara, Teguh melambaikan tangannya seraya berkata, "Sudah-sudah, ayo cepat bangun." Perlahan, mereka semua pun bangkit berdiri. Setelah itu, mereka semua saling berpandangan, sampai salah satu dari mereka bersuara dengan serius, "Karena kamu sudah menyelamatkan kami semua, sebagai gantinya, kami beritahukan satu rahasia." Teguh mengangkat alisnya, lalu bertanya, "Rahasia apa?" "Area tempat kita berada sekarang ini hanya termasuk sebagian kecil dari pusat inti makam kuno. Di dalam sana, masih ada banyak area lainnya yang terdapat dalam pusat inti!" Teguh sangat terkejut. Ternyata, ini bukanlah pusat inti dari makam kuno yang sebenarnya, pantas saja tidak ditemukan adanya jasad burung Phoenix. Mendengar itu, Teguh langsung bersemangat. "Tunggu apa lagi, ayo cepat ke sana." "Mari, ikutlah dengan kami." Setelahnya, sekelompok budak itu pun membawa Teguh masuk ke dalam. Setelah melewati lima atau enam mesin perangkap, dan melewati tujuh atau delapan persimpangan yang berbentuk layaknya labirin, mereka semua sampai di depan pintu Aula Utama. "Inilah Aula Utama yang terakhir." Pria itu menunjuk ke dalam, seraya berkata, "Konon, di dalamnya terkubur jasad Phoenix Tingkat Ilahi." Ternyata benar! Teguh merasakan hatinya berdegup kencang. Tepat di balik pintu Aula Utama ini, adalah Phoenix Tingkat Ilahi! "Dan ..." Ketika Teguh dengan antusiasnya mendorong pintu gerbang aula, pria itu kembali melanjutkan kalimatnya, memberitakan sebuah kabar yang begitu mengejutkan. "Kemungkinan, Phoenix Tingkat Ilahi itu masih hidup." Seakan baru saja diterpa angin topan, Teguh sangat terkejut mendengarnya. Jadi Phoenix Tingkat Ilahi masih belum mati? Kok, kok bisa? Setahu Teguh, Phoenix Tingkat ilahi sudah musnah sejak bertahun-tahun yang lalu, dan hanya bersisakan tumpukan bangkai saja. Sekalipun memang masih hidup, kemungkinan hanya menyisakan jiwa yang bergentayangan. Akan tetapi, bukankah barusan dirinya sudah menelan habis sosok bayangan Phoenix yang tersisa? Itu berarti, di dalam sana hanya terdapat bekas jejak jiwa yang mengendalikannya.

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.