NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 2 Dikatakan Sebagai Pembantu

Setelah berkata demikian, Juvent pergi dengan membanting pintu tanpa menoleh sedikit pun, meninggalkan Gisella sendirian dalam kesunyian. Gisella duduk lemas di lantai. Rupanya Juvent memang ingin mengurungnya agar lebih mudah menyiksanya. Betapa besar cintanya dulu, seberapa besar pula kebenciannya sekarang! Saat ini, entah di pelukan hangat wanita mana lagi Juvent akan bermalam. Dulu, Gisella mengira Juvent mungkin masih mau kembali setelah selesai membalas dendam. Sayangnya, dia terlalu naif. Juvent keberatan terhadap masa lalunya. Hati Juvent telah lama diterkam oleh kebencian dan niat balas dendam. Juvent tidak bisa memahami bahwa masa kelam itu juga terus menghancurkan jiwa dan raga Gisella. Gisella meringkuk tak berdaya. Air matanya membanjir. "Juvent, katakan padaku, bagaimana cara memperbaikinya?" "Bisakah kita kembali seperti dulu?" Jawaban yang didapatkan hanya udara dingin yang membuatnya sesak. Dalam kabut air mata, Gisella seakan-akan kembali ke pemandangan romantis ulang tahunnya yang lalu. Juvent memegang buket bunga dan berlutut satu kaki untuk melamar dengan penuh rasa cinta, berjanji akan mencintainya seumur hidup tanpa penyesalan! Akan tetapi, janji itu telah lama menguap. Kenyataannya, hati Juvent yang keras tidak akan berubah lagi. Gisella tidak bisa tidur. Dia tidak tahu kapan akhirnya dia tertidur dalam keadaan setengah sadar. Tidurnya tidak nyenyak. Walau musim semi, dia merasakan dingin yang menusuk tulang. Pembantu datang membangunkan Gisella untuk sarapan. Gisella sebenarnya masih ingin tidur lagi, tetapi teringat Juvent minum banyak bir semalam, dia sedikit mengkhawatirkannya. Begitu turun, Gisella menyalakan televisi, lalu membuka koran untuk melihat halaman berita hiburan. Meski mereka suami istri, untuk mengetahui keberadaan Juvent, Gisella bahkan harus menggunakan cara seperti ini. Juvent jarang sekali menjawab panggilan telepon darinya, juga jarang pulang ke rumah. Kalau pun pulang, keadaannya seperti tadi malam. Halaman depan dengan jelas bertuliskan: [Tuan Muda Keluarga Bonardi Menuju Kapal Pesiar Bersama Wanita Cantik!] Di bawahnya banyak komentar hangat. Dunia tampaknya telah lupa bahwa Juvent sebenarnya memiliki istri. Gisella memaksa diri menyantap sedikit sarapan. Dia bingung harus tetap menunggu pasif atau secara aktif mencari cara untuk berdamai. Tepat saat dia bingung, suara mesin mobil terdengar dari luar pagar. Gisella merasa heran, siapa yang datang di jam seperti ini? Begitu keluar dan melihat dua sosok itu, Gisella merasa seperti ditampar dan terpaku di tempatnya. Seorang wanita seksi menempel erat pada Juvent dan berkata dengan centil, "Tuan Muda Juvent, tempat apa ini? Megah sekali!" Juvent membalas dengan nada mesra, "Sayang, ini tempat yang akan kamu tinggali!" Wanita itu tampak sangat girang. Tiba-tiba, matanya tertuju pada Gisella. Dia bertanya dengan nada menantang, "Tuan Muda Juvent, siapa dia?" Kuku Gisella menancap dalam di telapak tangan. Dia merasa dirinya seperti badut. Meski selalu tahu Juvent bersenang-senang di luar, Gisella hanya mengetahuinya dari berbagai tanda, belum pernah benar-benar menyaksikannya sendiri. Rupanya menghadapi pemandangan ini secara langsung sangat memalukan dan menyakitkan. Rasa sakit yang tak tertahankan menyebar ke seluruh tubuh Gisella. Pandangan kosongnya tertuju pada pria yang masih tampan dan sangat dicintainya itu. Juvent menggerakkan bibir tipis dan sensualnya, dengan mudah melontarkan kata-kata paling kejam, "Hanya pembantu, bisa diperintahkan sesukamu!" Hati Gisella mencelus, tercebur ke dalam jurang tak berdasar. Tangannya segera berpaut pada bingkai pintu agar tidak terjatuh. Pria yang dulu memanjakannya, kini membawa wanita baru ke rumah. Untuk menyenangkan hati wanita itu, dia bahkan menyebut istrinya sendiri sebagai pembantu. Wanita baru itu sepertinya menyadari keanehan, lalu merajuk, "Tuan Muda Juvent, kenapa aku merasa tadi dia seperti memelototiku?" Mata Juvent berubah gelap. Dia memerintahi Gisella dengan kasar, "Cepat bawakan sarapan! Nggak lihat kami baru pulang dan sudah lapar?"

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.