Bab 315

Terutama karena wajah Yavin yang dingin dan tidak mudah didekati. Yavin membawa hawa dingin yang kentara, bahkan di cuaca yang gerah ini, terasa begitu jelas. Seolah dia sudah tahu jawaban Myria, dan dalam beberapa detik itu, jantungnya seperti terkoyak, berkali-kali membujuk dirinya sendiri untuk melepaskan. "Pak Edi, berhenti di pinggir jalan," ujar Yavin. Sopir memperlambat laju mobil dan menepi. Yavin turun lebih dulu, lalu berjalan ke sisi pintu Myria, membukakan pintu untuk Myria dengan tangannya sendiri. Jari-jarinya ramping dan tegas, menggenggam erat gagang pintu, senyum tipis menyebar di sudut bibirnya. Dengan nada bicara santai, dia menahan rasa sakit yang entah datang dari mana. "Yakin nggak mau menikah denganku? Kita buat surat nikah sekarang, bahkan kalau besok kita cerai pun, kamu tetap dapat separuh hartaku." Myria tidak turun. Dia duduk di dalam mobil, sorot matanya jernih. Telapak tangannya menggenggam koin itu, sedikit berkeringat. Yavin berdiri di luar, cahaya mata