Bab 2062 Ini Tidak Mungkin
Sosok Naga emas itu terus saja bergejolak di tangan sang malaikat. Saat binatang agung itu dilepaskan dari kekangannya, dia tampak membuka mulutnya lebar-lebar dan menggigit sosok malaikat itu. Tyr mengayunkan Pedang Surgawi yang ada di tangannya secara bersamaan. “Jiwa Pengikat!” Dia melakukan langkah keenam dari Jurus Tujuh Formasi Pedang dengan santai.
Awalnya, jurus teknik pedang ini milik alam Dewa. Karena Tyr telah menjadi seorang Dewa, maka dia mampu menunjukkan kekuatan penuhnya dari Tujuh Jurus Pedang. Itu adalah sejenis serangan yang ampuh dan tiada tara. Tyr telah membuka celah yang besar di dalam ruang kehampaan, dan retakan itu masih terus saja meledak di hadapan Apophis.
Menghadapi serangan yang begitu mengerikan, Apophis tidak berani menganggap enteng. Penghalang energi besar yang langsung menyelimuti tubuhnya dan memblokir serangan Tyr. Dengan satu pukulan saja, penghalang energi miliki Apophis telah hancur. Dia juga diledakkan oleh serangan itu dan terhempas hingga ke belakang. Setelah dia menstabilkan tubuhnya, Apophis jelas merasakan tubuhnya sedikit gemetar.
Pada saat ini, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi sedikit serius. Ketika dia menatap Tyr lagi, sikapnya tidak lagi santai seperti sebelumnya. Sementara itu, Xavion, Cicero, dan Magus, yang menunggangi burung phoenix, akhirnya tiba di tempat kejadian. “Pertempuran telah dimulai! Aku berdoa semoga pertempuran ini masih terus saja berlanjut. Mudah-mudahan, kita tidak terlambat!” Mereka mendarat di tempat pembangkit tenaga listrik lainnya yang hadir di sana.
Ketika prajurit itu melihat keberadaan mereka, banyak dari mereka yang merasa terkejut. "Tuan Magus!" Seorang agen Pasukan Naga mulai mendekati Magus untuk menyambut kedatangannya. Ketika mereka melihat Cicero bersama dengan mereka, banyak dari mereka yang juga tampak terkejut.
"Kucing terangsang, bukankah kau sudah mati di makam kerajaan Kaisar Martyn?"
“B*ngsat kau! Namaku Cicero, bukan kucing terangsang!” Cicero memelototi agen Pasukan Naga ini. Dia merasa sangat kesal dengan julukan itu. Keane pun menghampiri Xavion dan memeriksa cucunya dengan detail.
"Kakek." Xavion bergegas untuk memberikan hormat kepada Keane. “Xavion… Kenapa kau bersama mereka?”
"Kakek, ceritanya sangat panjang." Xavion tersenyum.
“Kita bisa membicarakannya setelah Tyr berhasil membunuh Dewa itu.”
"Oke."
Semua orang kembali fokus pada pertempuran yang terjadi antara Tyr dan Apophis. Duel yang terjadi diantara para Dewa telah mencapai tahap yang sangat kritis. Semua orang merasa seperti ada sebuah batu besar yang menempel di dalam hati mereka. Tidak ada yang tahu bagaimana konflik ini akan berubah pada akhirnya. Ini adalah pertempuran yang menyangkut nasib dunia dan masa depan bagi umat manusia.
Semua beban ini berada di pundak Tyr. "Energi vitalitas tirani!"
"Mantra Berdarah!"
"Penglihatan Bulan!"
“Penghakiman yang Kacau!” Tak lama, Tyr mulai melepaskan semua keterampilan dan metodenya saat dia berusaha menjatuhkan Apophis dalam satu gerakan.
Apophis pun mulai mengeluarkan kekuatannya secara penuh. Sinar cahaya berwarna keunguan tampak melesat langsung ke atas langit. Enam belas sayap milik Apophis terus mengepak di belakang punggungnya. Mata ketiganya, yang sebelumnya tertutup, tiba-tiba terbuka pada saat ini.
Swoosh! Swoosh! Swoosh!
Sinar cahaya yang menakutkan itu tampak keluar dari mata ketiga Apophis. Pilar cahaya itu seketika langsung menghancurkan energi vitalitas tirani Tyr, Mantra Berdarah, dan Penglihatan Bulan. Energi vitalitas tirani yang menembus permukaan tubuh Tyr hancur dalam sekejap. Pilar cahaya itu mendarat tepat di atas tubuh Tyr dan menembaknya dari atas langit.
Segera setelah itu Tyr menabrak gunung diatas permukaan tanah setelah dia mendarat dan benar-benar berhasil menghancurkannya. Pertempuran itu tampaknya sudah berakhir. Apophis masih berdiri dengan bangga di dalam ruang kehampaan. Kehidupan dan kematian Tyr tidak diketahui setelah dia dipukul habis dengan parah.
Malaikat raksasa dan sosok naga emas masih terlibat dalam pertempuran sengit. Apophis melambaikan senjata sabitnya dan menebasnya dengan marah ke arah binatang yang sangat luar biasa itu. Luka yang dalam seketika muncul pada tubuh Naga Abadi. Naga itu meraung dengan sengsara dan terjatuh dari langit. "Sialan!" Ketika orang-orang yang ada di ruang kejauhan melihat pemandangan ini, mereka menjadi sangat khawatir. Baik Tyr dan naga emas telah terjatuh dari atas udara satu demi satu. Mungkinkah mereka…?
Bagaimana mungkin Tyr dapat dibunuh dengan begitu mudah? Dia merangkak keluar dari reruntuhan dengan darah yang berlumuran di sekujur tubuhnya, matanya sudah tampak memerah. Naga Emas meraung tinggi saat membawa Tyr di punggungnya dan kembali terbang ke atas langit. Apophis, yang tampak melayang di atas langit, langsung menatap Tyr bersama dengan malaikat raksasa yang berdiri di belakangnya.
Keduanya bahkan telah menggertakkan giginya dengan keras. "Bagaimana aku bisa kalah darimu dengan begitu mudah?" Tyr mengepal Pedang Surgawi miliknya dengan erat. Bayangan tentang apa yang telah dia lalui sejauh ini terus-menerus muncul dalam benaknya. Sejak awal perjalanan karirnya, dia telah mengalami begitu banyak macam kesulitan yang terjadi di rumahnya. Lalu dia bertemu dengan Winifred ketika melarikan diri dari rumah dan kemudian menjadi murid dari Raja Pengemis, bersama dengan Torbert. Akhirnya, dia pergi ke wilayah Rayne untuk menemui saudara-saudaranya, dan bersama-sama mendirikan Istana Kerajaan. Kemudian, dia kembali sebagai seorang Raja dan secara bertahap masih berjalan hingga sampai dengan saat ini. Dia telah bertemu dengan kerabat, teman, kesedihan, kesulitan yang tak terhitung jumlahnya... Saat ini, Tyr memiliki seseorang yang sangat dia sayangi, yaitu keluarga, persahabatan, dan cintanya.
Istri dan anak-anaknya sedang menunggu dia kembali kerumah. Dia berjanji pada sang istri bahwa dia akan membawanya ke puncak dunia dan meraih kebahagiaan... Semua ini akan segera menjadi kenyataan. Setelah dia membunuh Apophis, Tyr dapat memenuhi janjinya kepada mereka. Bagaimana dia bisa menyerah pada menit-menit terakhir? Tyr kembali terbang ke atas udara, menutup matanya dan mengangkat Pedang Surgawi yang ada di tangannya.
“Tujuh Jurus Pedang! Tawa Berputar!” Seketika, semua reiki yang berada diantara langit dan bumi bergegas menuju Tyr dengan kecepatan yang sangat brutal. Dia merasakan kekuatan yang tak berujung di tubuhnya. Senyum tipis muncul di sudut mulut Tyr. Detik berikutnya, tiba-tiba dia mulai membuka kedua matanya. "Tawanya tampak berputar!" Dengan satu kali tebasan saja, tampaknya Tyr telah berhasil memotong ruang dan waktu.
Segala sesuatu yang terjadi diantara langit dan bumi tampak membeku pada saat ini. Apophis yang berdiri di atas langit tiba-tiba terdiam membisu. Perasaan takut muncul di ketiga matanya. Melihat Tyr menyerangnya, Apophis secara naluriah ingin bersembunyi. Namun pada akhirnya, dia menyadari bahwa serangan terakhir Tyr sepertinya telah mengendalikan aliran waktu dan juga hukum ruang, karena itu membuatnya tidak bisa bergerak.
Ketika pedang Tyr menebas tubuhnya, malaikat raksasa yang ada di belakangnya tiba-tiba terlihat retak dan hancur, dan ruang yang ada di belakangnya juga tampak hancur berkeping-keping. Apophis tanpa sadar menundukkan kepalanya dan menatap tubuhnya sendiri. Retakan padat mulai muncul di tubuh dewanya. "Ini tidak mungkin!" Ketika semua batasan itu dicabut, ketakutan yang ada di wajah Apophis berubah menjadi semakin kuat. Keputusasaan telah membuatnya merasa kewalahan ketika dia merasakan bahwa kekuatannya telah habis dan merasa tubuhnya berada di ambang kehancuran