NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 4

Rani menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah. Jodi melontarkan kalimat barusan dengan begitu entengnya demi melindungi Wina. Apa Jodi benar-benar mencintai Wina? Sebelum Rani sempat bertanya, tiba-tiba staf terdengar panik. "Olinya bocor! Cepat lari! Mobilnya mau meledak!" Beberapa orang langsung lari, kemudian disusul suara ledakan keras. "Buum!" Rani yang terlambat selangkah pun terpental akibat gelombang ledakan. Beberapa tubuhnya juga terluka akibat serpihan ledakan. Tubuhnya didera sakit luar biasa. Telinganya juga terasa berdengung. Saat melihat ke arah Jodi, tatapan matanya sudah mulai kabur. Tapi samar-samar dia masih bisa melihat pria itu melindungi Wina sekuat tenaga. Tubuh pria itu gemetaran saat bertanya dengan cemas. "Wina! Apa kamu terluka? Mana yang sakit?" Jodi sama sekali tidak melirik ke arah Rani. Air mata Rani mengalir deras, hatinya hancur berkeping-keping. Benar juga, Jodi pernah bilang kalau mereka cuma teman tidur. Pria itu menyukai wanita lain. Rani tidak bisa membedakan lagi mana yang lebih sakit, apakah tubuh atau hatinya. Dia seperti menyiksa diri sendiri saat menatap Jodi. Kedua matanya berderai air mata, tapi kemudian perlahan terpejam karena makin tidak bertenaga. Dalam kondisi setengah sadar, dia bisa mendengar Jodi memanggilnya dengan panik. Rani hanya tersenyum kecil, merasa itu tidak mungkin. Jodi tidak akan peduli dengan hidup dan matinya. Saat sudah benar-benar sadar, Rani membuka mata perlahan. Aroma disinfektan seketika memenuhi hidungnya. Dia pun sadar kalau dirinya kini ada di rumah sakit. "Nona Rani sudah sadar?" Rani berbalik dan langsung melihat Wina yang duduk di sampingnya. Wanita itu memasang ekspresi kemenangan. Dalam ledakan tadi, Wina sama sekali tidak terluka karena dilindungi oleh Jodi. Sementara Rani terkena serpihan ledakan dan harus menjalani operasi selama lima jam. "Nona Rani, ini bukan kali pertama kita bertemu. Kamu tahu kan kalau aku cinta pertama Jodi? Tujuh tahun lalu, kamu menyelamatkan pemuda yang tenggelam." Tubuh Rani kaku seketika. Kedua matanya mulai menyipit. Waktu itu dia tinggal bersama gurunya dan latihan setiap hari. Dia memang pernah tidak sengaja menolong seorang pemuda tenggelam. Tapi kenapa Wina bisa tahu? Wina tersenyum puas. Dia merapikan rambut sambil berkata lagi. "Pemuda yang kamu tolong dulu itu Jodi. Waktu dia sadar, dia salah mengira aku yang sudah menolongnya. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat orang yang menyelamatkannya. Tapi ternyata salah orang." Jantung Rani berdegap kencang. Samar-samar, dia akhirnya bisa mengingat kenangan dari masa kecilnya itu. Hidungnya terasa basah. Rani mencengkeram erat seprai. Tapi Wina sepertinya masih belum puas, dan sengaja memprovokasi. "Oh ya, sebenarnya gurumu juga bukan mati karena menyelamatkanmu. Waktu itu dia sudah diselamatkan, tapi karena aku kebetulan masuk rumah sakit karena gagal organ, Jodi diam-diam menguji kecocokan organ kami. Ternyata betulan cocok. Makanya Jodi menyuruh agar jantung gurumu didonorkan padaku. Sebenarnya, waktu itu gurumu nggak perlu sampai mati." Rani sontak balik menatapnya. Waktu seakan terhenti saat itu juga. Telinganya berdengung, kalimat Wina barusan terus menggema dalam benaknya. Jodi dan Wina sudah membunuh gurunya. Wina sangat puas melihat penderitaan Rani. Dia berdiri santai dan kembali memberikan pukulan terakhir bagi Rani. "Jodi ternyata secinta itu padaku. Waktu aku bilang dadaku terasa sesak karena abu pemilik jantungku masih ada, dia langsung membuang abu orang itu. Padahal dia tahu orang itu kan gurumu. Sekarang, abu jenazah gurumu mungkin sudah jadi makanan ikan." Kedua mata Rani sudah memerah, sorot matanya dipenuhi kebencian. Kalimat barusan membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia tiba-tiba bangkit dan mencekik leher Wina sekuat tenaga. Suaranya terdengar serak seperti iblis dari neraka. "Akan kubunuh kamu!"

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.