Bab 266
Akhirnya kami duduk di sebuah toko kue. Masing-masing dari kami memesan satu potong kue kecil dan segelas teh susu.
Sopir itu menusukkan garpu ke sepotong kue lapis matcha, memasukkannya ke mulut, lalu setelah menelan, dia baru mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Apa kamu nggak merasa sikapmu terhadap Sandi terlalu kejam?"
"Dia baru lima tahun, masih anak kecil yang nggak mengerti apa-apa."
"Kamu tahu nggak, setiap hari saat dia melihat kamu menjemput Wulan di depan sekolah, dia hanya bisa diam-diam menangis?"
"Dia begitu menyayangimu ... "
"Bagaimana kamu tega dan nggak lagi peduli padanya hanya karena kamu bercerai dengan papanya?"
Nada bicaranya penuh ketidakpahaman terhadap keputusanku.
Dalam pikirannya, seorang ibu seharusnya mencintai anaknya tanpa syarat.
Berbeda dengan sikap emosionalnya, aku tetap terlihat sangat tenang. "Sebelum kalian menanyakan hal ini, pernahkah kalian mencoba mencari tahu apa yang dia lakukan padaku?"
Sopir itu menggeleng. "Nggak tahu. Tapi apa sih

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda