Bab 200
Perasaan Satya juga tidak enak. Namun, Lydia baru saja pulih. Jelas dia tidak bisa membiarkan Lydia terlalu sedih hingga memperburuk kondisinya.
Dia buru-buru menenangkan. "Bagaimanapun, waktu itu dia masih kecil, lalu ditimpa pukulan sebesar itu."
"Ditambah lagi neneknya memprovokasi di depannya, wajar kalau dia khawatir."
Lydia makin marah. "Bayangkan, bagaimana bisa seorang nenek tua busuk bicara sembarangan seperti itu di depan anak sekecil itu?"
Satya juga tidak mengerti. "Itu membuktikan kalau dia memang bukan orang baik!"
Lydia menggertakkan gigi. "Betul."
"Begitu aku sembuh, aku pasti akan ke rumahnya, memberi pelajaran yang setimpal, membela Wulan dan melampiaskan amarah kita!"
Satya mengiyakan, "Baik!"
...
Kembali ke kantor, aku menyalakan komputer. Aku memikirkan Jimmy yang ingin memesan boneka dengan wujud Prita, untuk membantu pemulihan Wulan.
Aku bahkan tidak sempat menggambar komik, langsung duduk di sofa, dan mengingat dengan saksama penampilan Prita. Setelah selesai me

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda