Bab 168
Ekspresinya sangat serius, seperti orang dewasa kecil.
Jimmy mencubit pipinya sambil menahan tawa. "Tapi kamu sudah bukan anak kecil umur dua atau tiga tahun lagi, 'kan."
Wulan yang memang masih kecil itu, memiringkan kepala, berpikir lama, tapi tetap tidak tahu bagaimana membalasnya, lalu menatapku dengan tatapan minta tolong.
Aku menggendongnya dan mendudukkannya di pangkuanku. "Tapi sekarang 'kan kita masih di TK!"
Wulan mengangguk kuat-kuat, wajahnya penuh persetujuan. "Mama benar!"
...
Saat Sigit menjemput Sandi, ternyata Jenny juga datang.
Dari kejauhan, dia melihat Jenny dengan rambut diikat setengah, berdiri diam di samping, tampak tenang dan anggun.
Sesaat itu juga, Sigit seperti kembali ke masa saat dia belum bercerai dengan Annika.
Waktu itu, setiap hari dia mengantar anaknya ke sekolah saat berangkat kerja, dan menjemput anaknya sepulang kerja, begitu juga Jenny.
Tak bisa dihindari, dia pun jadi sering berinteraksi dengan Jenny.
Lama kelamaan, kebencian masa lalu pun memuda

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda