Bab 118
Sejak memutuskan untuk punya pekerjaan sampingan, hari-hariku benar-benar dipenuhi oleh aktivitas menggambar.
Begitu sketsa selesai, langsung lanjut ke tahap pewarnaan.
Setelah karya rampung, aku unggah ke internet.
Begitu terus, berulang.
"Klak."
Pintu kantor terbuka.
Aku refleks menoleh dan melihat Jimmy masuk, tampaknya hendak kembali bekerja.
"Aku mau buat kopi," katanya sambil mendekat. "Kamu mau minum apa?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab, "Teh saja."
Jimmy membuatkan secangkir teh untukku.
Awalnya, dia ingin membuat kopi untuk dirinya sendiri, tetapi saat melihat daun teh hijau mengambang di cangkir porselen yang cantik ...
Dia pun ikut menyeduh secangkir teh untuk dirinya sendiri.
Dia meletakkan cangkir teh di sisi kiriku, lalu duduk di samping. "Gimana rasanya kerja belakangan ini?"
Aku mengangkat cangkir itu, lalu menyeruput teh. Rasa pahitnya membawa kesegaran yang menenangkan.
Tubuh dan pikiranku terasa lebih rileks.
Aku menjawab jujur, "Sibuk seharian, nggak ada wakt

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda